Siapakah yang disebut sebagai ‘Guru Bangsa’? Guru bangsa adalah setiap orang yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mendidik siswa dan orang-orang di sekitarnya agar dapat menjadikan mereka sebagai tunas-tunas bangsa yang akan tumbuh dan menjadi pembangun bangsa sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan dan amanat Undang-undang 1945.
Apakah hanya orang-orang besar saja yang bisa menjadi guru bangsa? Tidak. Pada hakikatnya bahkan setiap guru yang berdiri di depan kelas atau pun berkeringat di lapangan dan di laboratorium dan mengajar anak-anak bangsa sehingga dapat membuat anak-anak tersebut bangkit semangatnya dan muncul inspirasi untuk dapat menjadi penerus perjuangan bangsa pada hakikatnya adalah Guru Bangsa sejati.

Jadi jika Anda seorang guru atau instruktur di lapangan, untuk sejenak lupakan para orang-orang besar di buku-buku sejarah yang sudah dan sedang ditulis, dan mari kita bertanya pada diri kita sendiri apakah kita berkeinginan untuk menjadi Guru Bangsa atau tidak. Kebangkitan bangsa dan negara Indonesia ini ada di tangan para Guru Bangsa yang mendedikasikan seluruh hidup dan cita-citanya kepada pembangunan bangsa melalui pendidikan para tunas bangsa. Dan ada sebesar 2,7 juta guru di seluruh Indonesia yang dapat menjadi Guru Bangsa jika kita mau!
Permasalahan bangsa, dan bahkan masalah pendidikan yang begitu kompleks, jelas tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah, di mana pun di dunia ini. Justru kitalah para guru, yang jumlahnya 2,7 juta orang, itulah yang sebenarnya memegang kunci solusi dari permasalahan bangsa. Jika para guru tersebut dapat menjadi Guru Bangsa maka semua permasalahan bangsa akan dapat terselesaikan dengan mudah.

Gurulah para pemimpin sejati sebenarnya. Gurulah yang memegang peranan sebagai pemimpin perubahan. Dan untuk dapat menjadi pemimpin perubahan maka guru haruslah melakukan perubahan dulu dari dalam dirinya sendiri. Guru tidak selayaknya meminta pihak mana pun untuk mengubah guru. Perubahan haurs datang dari dalam diri guru itu sendiri. Sekali para guru melakukan perubahan dalam dirinya maka selanjutnya roda perubahan akan bergerak dengan sendirinya. Guru tidak bergantung pada pemerintah dalam mengelola pendidikan dan justru pemerintahlah yang bergantung pada guru dalam hal ini. Jadi mari kita hentikan sikap bergantung pada pemerintah tersebut. Justru gurulah yang mampu menggerakkan bangsa ini, apalagi kalau hanya menggerakkan dirinya sendiri. Gurulah yang harus menyelesaikan masalah pendidikan dan bukan para birokrat di Depdiknas. Pemerintah hanya bertugas sebagai lembaga yang mengurus dan mengelola administrasi pendidikan.
Itulah sebabnya mengapa Klub Guru harus berdiri. Klub Guru adalah organisasi profesi guru yang didirikan dan dibangun oleh para guru dan aktivis pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya agar dapat menjadi pelaku perubahan dalam bangsa. Klub Guru didirikan agar kita, para guru, dapat mengubah diri sendiri tanpa harus bergantung pada pihak lain dan sekaligus menjadi lokomotif penggerak perubahan bagi bangsa. Pihak lain dapat membantu proses petubahan tersebut tapi daya dan keinginan untuk berubah itu harus datang dari diri kita, para guru,sendiri. Kita telah melihat bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar guru dapat menjadi kompeten dan profesional seringkali menjadi mandul justru karena keinginan untuk berubah itu belum muncul dari diri kita, para guru itu sendiri. Motivasi untuk berubah harus datang dari dalam diri kita, para guru sendiri, dan bukan karena didorong-dorong dan dipaksa-paksa. Menjadi guru haruslah merupakan pilihan pribadi dan bukan karena keterpaksaan. Oleh sebab itu para guru harus benar-benar hidup dengan pilihannya tersebut atau meninggalkannya sama sekali!
‘Kalau tidak berbahagia sebagai guru, ya jangan jadi guru’, kata seorang teman. Hanya jika kita berbahagia sebagai guru maka kita bisa menjadi Guru Bangsa. Kualitas pendidikan sebuah bangsa itu bergantung pada kualitas gurunya dan kualitas guru ditentukan oleh keinginan para guru itu sendiri dalam meningkatkan kualitasnya. Jadi kita sebagai guru harus menjadi agen perubahan bagi diri kita sendiri lebih dahulu sebelum kita mampu menjadi agen perubahan bagi bangsa. Jika boleh disampaikan dalam kalimat yang ringkas Klub Guru didirikan agar guru dapat menjadi penggerak utama dalam Kebangkitan Nasional.
Oleh sebab itu LET’S TAKE THE LEAD NOW BECAUSE WE, TEACHERS, ARE LEADERS.

Bagaimana hubungan Klub Guru dengan PGRI (dan organisasi profesi guru lain)? Apakah Klub Guru tidak manjadi saingain bagi PGRI? Apakah tidak akan terjadi kerancuan antara Klub Guru dan PGRI? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selalu datang baik dari para guru, birokrat maupun dari pengurus PGRI sendiri. Jika hati saya sedang ingin bergurau saya biasanya menjawab,:”Alhamdulillah! Hubungan Klub Guru dan PGRI baik-baik saja” Faktanya kami memang selalu membangun hubungan baik dengan pengurus-pengurus PGRI di manapun kami berada.
Tentu saja PGRI tidak bisa menjalankan semua tugas pembinaan dan peningkatan kualitas guru sendirian. Jumlah 2,7 juta guru adalah jumlah yang sangat besar dan peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru adalah tugas yang sangat besar dan kompleks. PGRI justru dengan senang hati mengajak kami untuk membantu mereka di mana pun untuk bersama-sama melaksanakan tugas tersebut. The task is so everwhelming dan PGRI tentu akan senang jika ada organisasi profesi guru lain yang bersedia menggerakkan para guru dari dalam sendiri.
Di kota Malang jabatan Ketua Klub Guru justru dipegang oleh Ketua PGRI kota Malang, yaitu Prof DR. Amat Mukhadis dan di Jakarta Ketua PGRI Prop DKI Jakarta Bpk Abdurrohim membuka pintu selebar-lebarnya bagi Klub Guru untuk memanfaatkan faslitas yang dimiliki PGRI Prop DKI Jakarta. Kita memang harus bersinergi dan bekerja bahu membahu dalam memecahkan permasalah pendidikan dan bukan saling bersaing ataupun curiga mencurigai. Sudah saatnya bangsa kita mengerahkan seluruh energinya untuk memecahkan masalah bersama dan meninggalkan sikap saling curiga mencurigai yang sungguh menghabiskan energi tersebut. PGRI bahkan membutuhkan lebih banyak lagi organisasi profesi guru semacam yang dapat mendorong dan menggerakkan guru agar dapat menjadi kompeten dan profesional.

Apakah sebenarnya yang hendak diperangi oleh Klub Guru? Jika ini pertanyaannya maka jawabannya adalah : Klub Guru hendak memerangi KEBODOHAN, KEMALASAN, KETIDAKJUJURAN, DAN KEBERGANTUNGAN. Kebodohan adalah jelas musuh yang diperangi oleh tujuan pendidikan itu sendiri. Kebodohan jelas membuat manusia menjadi terpuruk dan terhina. Hal ini berarti bahwa Klub Guru bertugas untuk mengajak para guru melawan kebodohan diri sendiri agar dapat bangkit menjadi pemimpin yang melakukan perubahan.
Kemalasan adalah musuh besar kita dan teman akrab dari kebodohan. Orang yang malas tidak bisa tidak pastilah akan menjadi bodoh dan bahkan kebodohan itu bermula dari kemalasan. Ini berarti Klub Guru bertugas untuk mengajak para guru untuk bekerja keras melawan kemalasan dan kebodohan. Hanya orang yang rajin dan bekerja keraslah yang dapat berhasil dalam hidup.
Ketidakjujuran adalah antitesa dari semua hal yang baik. Ketidakjujuran adalah penyakit yang harus dihindari jika kita ingin membangun bangsa. Tak ada martabat dan sifat mulia yang bergandengan dengan ketidakjujuran. Jika para guru ingin menjadi Guru Bangsa dan Pelopor Perubahan maka ketidakjujuran harus benar-benar hilang dalam dirinya. Dunia boleh terjungkir balik tapi guru harus tetap jujur dan amanah. Tanpa itu maka tidak ada artinya semua yang dilakukan oleh para guru. Sikap jujur adalah harga mati bagi para guru.
Kebergantungan sengaja kami masukkan sebagai musuh dari Klub Guru karena sikap inilah yang selama ini membuat para guru tak mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai Guru Bangsa dan Pelopor Perubahan dan hanya membuat mereka menjadi pembebek dan medioker. Hanya dengan tekad untuk bersikap mandirilah para guru dapat benar-benar menjadi Guru bangsa dan Pelopor Perubahan. Sekali lagi, guru tidak bergantung pada pemerintah dalam mengelola pendidikan dan justru pemerintahlah yang bergantung pada guru dalam hal ini. Jangan terbalik. Mulai sekarang raihlah tongkat estafet pembangunan bangsa dan bawa larilah menuju garis finish. Tak perlu kita menggantungkan nasib guru pada siapa pun . Kita adalah para Guru Bangsa dan pelopor Perubahan dan Guru Bangsa tidak menggantungkan nasib dan keputusannya pada siapa pun.
Adakah hubungan antara Klub Guru dengan partai politik tertentu? Tidak. Klub Guru jelaslah bukan organisasi yang dibentuk dengan tujuan politis sehingga tidak ada orang-orang politik yang ikut dalam Klub Guru. Jika ada orang-orang politik yang ingin terlibat dalam gerbong perubahan yang dilakukan oleh Klub Guru maka ia harus menanggalkan jubah partainya dan tidak bersikap partisan dalam Klub Guru. Klub Guru tidak didirikan untuk kepentingan politik dan tidak akan menjadi organisasi politik.

Lantas siapa sajakah orang-orang di ‘belakang’ KLUB GURU? Tentu saja para anggota Klub Guru itu sendiri yang terdiri dari para guru dan aktivis pendidikan yang membantunya selama ini. Jumlah mereka saat ini ada sekitar 2.500 orang dan terus bertambah dengan cepat.
Tapi jika Anda ingin mendengar nama ‘selebritis’ maka saya dapat sebutkan beberapa diantaranya yaitu : Prof Dr. Muchlas Samani, Ir. Ahmad Rizali MSc, Dr. Indra Djati Sidi, Dr. Gatot Hari Priowirjanto, Prof Dr. Amat Mukhadis, Dra. Sirikitsyah MA, Bambang Sumintono PhD, Dr. Shofwan Msi, dll. Tentu saja selain para ‘selebritis’ tersebut banyak ‘orang-orang biasa’ yang tidak kalah pentingnya perannya dalam Klub Guru. Pak Yono dan Mas Syifa di Jombang, Pak Pudji di Bojonegoro, Dr. Shofwan, Kadis Pendidikan Kota Malang, Pak Anam dan John di Surabaya, Pak Margani Kadis Dikmenti Prop DKI Jakarta dan Pak Abdurrahim Ketua PGRI DKI Jakarta, Habe Arifin yang wartawan dan yang sangat penting adalah Mas Mohammad Ihsan yang rela keluar dari pekerjaan lamanya untuk menjadi Sekjen Klub Guru selama ini. Tanpanya Klub Guru tidak akan dapat berkembang seperti ini.
Apakah yang dapat dilakukan oleh Klub Guru dalam membantu guru mengembangkan kompetensi dan profesionalismenya? Klub Guru pada intinya adalah menggerakkan semua anggotanya di berbagai daerah untuk mulai mengorganisir kegiatan-kegiatan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan tugasnya baik sebagia guru di kelas ataupun sebagai pelopor perubahan di masyarakat secara sistematis dan terpadu. Setiap daerah akan melakukan kegiatan-kegiatan seperti seminar, lokakarya, forum diskusi, pelatihan terstruktur, studi banding, pameran pendidikan, konperensi, dialog interaktif di radio, sarasehan, kunjungan kerja, dll sesuai dengan kapasitas masing-masing daerah dengan mendapatkan dukungan dan kerjasama dari berbagai cabang Klub Guru lainnya. Setiap cabang Klub Guru mensinergikan sumber daya dan kegiatannya demi memperoleh hasil yang optimal. Sumber daya yang ada di satu cabang Klub Guru dapat dan akan ditawarkan ke daerah atau cabang Klub Guru lain agar dapat digunakan oleh cabang Klub Guru tersebut. Dengan sinergi seperti ini maka sumberdaya yang dimiliki oleh para guru yang ada di cabang Klub Guru mana pun akan dapat disebarkan agar para guru dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Saat tulisan ini dibuat, Klub Guru telah berhasil mengajak para guru dan aktivis pendidikan di Jabodetabek untuk mengadakan acara awal yaitu seminar dan launching Klub Guru Jabodetabek yang rencananya akan diadakan pada tgl 15 Juni 2008. Setelah itu para guru dan aktivis pendidikan di Bandung dan sekitarnya juga sudah bersedia untuk juga melakukan hal yang sama dengan mendirikan Klub Guru Jawa Barat. Daerah-daerah lain nampaknya hanya masalah waktu saja untuk dapat ikut serta dalam gelombang ini. Tapi upaya ini jelas sudah menggelinding dengan cepat.
Jika para guru sudah memahami arti penting dari sinergisme dalam upaya peningkatan kompetensi dan profesionalisme mereka sendiri maka sebenarnya kebangkitan nasional dalam arti yang sesungguhnya telah di depan mata.
Mari kita sambut Kebangkitan Nasional yang dipelopori oleh para guru ini!
Satria Dharma
Balikpapan, 5 Mei 2008
Artikel ini juga dimuat di Klub Guru
Semoga antusiasme mas Satria dalam membina Klub Guru ini benar-benar bisa membentuk karakter guru, yang layak untuk “digugu lan ditiru” …bukan hanya semu dan superficial saja… seperti yang masih sering saya lihat di kepribadian sebagian para guru.
Salam,
Wuryanano
Saya sepakat dengan bung Satria. Guru adalah pelopor perubahan. Sayangnya masih banyak yang status quo, anti perubahan, malas, tergantung, suka menuntut dan manja. Mohon ijin tulisan ini saya posting di blog kami untuk ‘memprovokasi’ teman-teman kami di Kab.Kendal.
saya alumni UNESA Th. 2000, saya pernah menjadi Guru Kontrak (Bantu) disebuah SMK di Surabaya. Namun karena dari profesi Guru kesejahteraan saya kurang terjamin saya untuk sementara waktu memilih mundur dan kemudian terjun ke Dunia Wirausaha. Alhamdulillah sekarang Rejeki saya agak lumayan, sekarang saya ingin kembali Membagi ilmu saya dengan semua.. Jiwa Guru saya bangkit kembali.. Meskipun saya sudah kehilangan kesempatan menjadi PNS.. saya apresiate terhadap Klub Guru yang semakin berusaha meningkatkan SDM Guru di Indonesia, klo ada kesempatan saya pingin berbagi..
Saya Melly kiong, menaruh hormat yang luar biasa atas keinginnan luhur dan penganbdian Guru guru Bangsa. Setelah saya baca tentang klub guru ini, sungguh terbangun rasa optimis yang luar biasa, bahwa jika benar benar semua guru punya semangat yang begitu besar untuk merubah bangsa ke arah yang lebih baik, niscaya kita punya harapan ke depan bangsa kita akan lebih baik. Pak, perkenankan saya juga menjalankan misi kedepulian saya terhadap anak anak bangsa, yang saya bisa kampanyekan juga lewat sekolah sekolah, dimana syaa mulai ngamen dari sekolah ke sekolah untuk mengajak kembali peran serta orang tua, untuk membangun hubungan harmonis dengan guru guru sekolah, dalam mempersiapkan mental juang anak anak di era globalisasi. Sukses untuk Klub Guru, dan perkenakanlah saya menjadi debu perubahan bagi bangsa kita ke depan, karena saya yakin sebagai ibibu anak bangsa, kehadiran kami dalam mendidik anak anak dari rumah akan memberikan efek yang bermanfaat bagi masa depan bangsa.
Salam Peduli Aanak Bangsa
Thanks atas komentarnya Bu Melly. Saya berharap suatu saat kita bisa mengadakan seminar khusus Parenting dan Ibu bisa jadi narasumber kami. bersedia kan?
Salam
Satria
Dengan senag hati Pak, justru saya lagi mencari jalan utk mengetuk pintu hati banyak pintu untuk bisa mensponsori kegiatan saya supaya saya bia masuk ke semua sekolah tanpa kecuali dan mengajak orang tua untuk peduli dengan anak anak bangsa.
Doakan saya yah Pak.
Salam Peduli Anak Bangsa
Assalamualaikum wr.wb.,
Yth.
Pak atau Mas Satriadhrma yang diberkahi Allah.
Saya M. Masykur Hs., satu noktah kecil dari sekian guru yang telah berbuat banyak untuk anak bangsa, saya beberapa kali telah membaca tulisan/ulasan bapak/Mas satria di beberapa milis dan juga di situs bapak, namun baru sekarang melayangkan tulisan ini, saya ingin menyampaiakn beberapa hal:
1. Saya seorang guru dan menyintai profesi saya ini (dengan penuh harapan saya selalu ikhlas dengan setiap tugas yang dibebankan pada saya), sekarang di tugaskan di Sekolah Indonesia Riyadh, ingin bergabung pada komunitas Klub Guru yang sudah eksis ini. Bagaimana mekanismenya?
2. Untuk meningkatkan mutu dan profesionalitas profesi saya juga teman-teman yang lain )di Sekolah Indonesia Riyadh), Adakah langkah kongkrit yang bisa kami serap dan terapkan?. Perlu teman-teman yang lain ketahui keberadaan Sekolah Indonesia Luar Negeri khususnya Sekolah Indonesia Riyadh merupakan sarana untuk mencerdaskan anak-anak bangsa yang saat ini mengikuti orang tua mereka untuk mengais Riyal dalam berbagai profesi dari sektor formal sampai informal dan bergelut dengan ketidak ramahan lingkungan dimana mereka kerja.
Demikian sementara pertanyaan saya semoga berkenan menanggapi.
Wassalamualaikum wr.wb.,
M.Masykur Hs., Riyadh
Untuk ibu Melly,
Ada satu contoh yang bagus sekali bagaimana orang tua berperan besar menentukan arah pendidikan di sekolah putra-putri mereka. Para bapak-bapak komite sekolah SMPN 2 Cisauk ini ikut mengontrol keuangan sekolah, kualitas guru, content pengajaran, dan gaya hidup anak-anak mereka di sekolah. Mereka bukannnya kongkalingkong dengan kepsek tapi dengan tegas dan lugas mereka menjadi lembaga pengotrol eksekutif sekolah. Belum pernah ada komite sekolah yang sekuat ini dari banyak sekolah yag saya kenal. Mereka orang-orang pintar dari puspiptek (Pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi), dimana kebetulan sekolah tersebut berada dalam perumahannya. Selama ini komite sekolah yang saya kenal diketuai kalau bukan oleh salah satu suaminya guru yang mengajar di sana, atau oleh big shot misalnya anggota DPR yang notabenenya nggak punya waktu dan dedikasi yang murni terhadap pendidikan. Hasilnya komite sekolah lebih sebagai lembaga juru ‘amiin’ keinginan sekolah plus atm untuk menjalankan proyek-proyek mereka. Tapi komite sekolah smpn 2 cisauk,suwer bedaaaa! (Kok kayak iklan, ya?)
Wa alaikum salam wr wb Pak Maskur.
Saat ini kami sedang berusaha untuk mendirikan Klub Guru di setiap daerah. Kami ingin menginspirasi para guru agar benar-benar mau berdedikasi penuh pada tugas mulianya tersebut. Pertengahan bulan ini kami akan mengundang para guru dari berbagai daerah untuk menjelaskan bagaimana membuka Klub Guru di daerah masing-masing dan sekaligus menyusun program-program pemberdayaan gurunya. Saya belum tahu bagaimana caranya agar teman-teman di Riyadh bisa terlibat langsung di Klub Guru. Tapi kalau mau terlibat secara virtual maka bisa ikut di milis Klub Guru atau masuk ke website kami di http://www.klubguru.com.
Apakah Bapak sudah pernah mengunjungi web kami? Silakan datang dan kunjungi.
Salam
Satria
Pak Satria konsultan di SF, kan? Ada yang bisa dibagi tentang konsep USI SMAN 10 Malang yang bekerjasama dengan SF. Katanya cukup baik dan berbeda. Baiknya dan bedanya apa ya klo dibandingkan program pemerintah?
bagaimana klub guru bisa mewadahi guru-guru yang bergerak di bidang pendidikan luar sekolah (pls) yang selama ini nota bene kurang mendapatkan perhatian ???
Bisakah gerakan pendidikan formal berjalan beriring dg pls atau pada dasarnya masing-masing berdiri sendiri-sendiri dan tidak pernah bertemu dalam suatu forum untuk membahas kesepadanan dan sinkronisasi di bidang pendidikan ?
Warmly and with regard and thanks
Pak satria kami berterima kasih dengan apa yang telah dilakukan bapak selama ini..
terlebih memperkenalkan kami dimojokerto dengan komunitas yang luar biasa…
Namun ditahun-tahun ke depan perlu kiranya semua eksponen klub guru disemua cabang dan daerah untuk kumpul bareng dalam sebuah momen (Kongres atau apalah namanya.Bagaimana mekanisme organisasi ini dan semua kelengkapannya. Bukankah kita semua ingin klub guru berkembang menjadi organisasi yang profesional, transparan dan akuntabel, menjadi guru bangsa seperti yang dikatakan oleh Pak Satria.
Agar kami-kami didaerah turut terbantu dalam mensosialisasikan klub guru kepada para guru
Terima kasih atas kesempatan yang luarbiasa
hafis/mojokerto
aSSALAMUALAIKUM.
pAK SATRIA TERIMA KASIH ATAS KEGITAN INI TERLEBIH SETELAH KLUB GURU MEMBUKA CABANG DI GRESIK SEMOGA ORGANISASI INI MENJADIKAN KITA GURU YANG PROFESIONAL UNTUK TURUT SERTA DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI iNDONESIA tRIMs wASSALAM
Beruntunglah daerah yang sudah siap menerima perubahan……di tempat kami (Banten) terjadi intimidasi bagi PNS yang menjadi anggota IGI. ini terjadi pada sy, ketika sy ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Seminar IGI se-Kab Pandeglang, Pimpinan PGRI Pdg dan jajaran pengurus mengintimidasi saya seolah IGI itu adalah organisasi terlarang meski sy sdh jelaskan bahkan sy berikan Profil IGI.
Situasi dan kondisi yang belum siap menerima kehadiran IGI karena dianggap saingan oleh jajaran PGRI, karena mantan-mantan pengurus PGRI sekarang ini (di daerah) banyak yang menduduki jabatan di Dinas Pendidikan, kondisi ini saya alami sekarang ini, oleh sebab itu sampai saat ini saya sangat berhati-hati mau mengadakan kegiatan, tapi sambil jalan dan sharing dengan sesama IGI di lain daerah mudah-mudahan IGI saya bisa eksis, mohon dukungan….