Bagaimana hasil tes PISA 2022 anak-anak kita yang baru diumumkan pada 5 Desember 2023 kemarin?
Seperti yang sudah diduga dan disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim pada Rabu 25 Januari 2023, atau 11 bulan sebelumnya, ia sudah memprediksi bahwa hasilnya tidak akan baik. Ia menyampaikan permohonan maaf bila skor PISA di tahun 2022 belum bisa membaik. Hal itu sudah diprediksinya, sehingga dia meminta masyarakat tidak banyak berharap. Jadi nilai buruk siswa kita di PISA 2022 ini sudah bisa diprediksi.
“Jadi mohon maaf kalau saya mengecewakan. Tapi saya lebih baik realistis sekarang. Tidak mungkin 2, 3 tahun itu bisa naik (PISA). Itu butuh waktu lebih panjang apalagi terpukul dengan pandemi,” ucapnya dalam rapat bersama Komisi X pada Selasa (24/1/23). Menurut Nadiem, penyebab utama skor PISA Indonesia belum bisa naik karena adanya pandemi covid-19 selama 3 tahun. Pandemi sudah menyebabkan learning loss, sehingga dirinya memprediksi skor PISA tidak mungkin naik di tahun 2023.
“Sangat kecil kemungkinan angka PISA kita akan menjadi lebih baik di saat ini. Dan dampak yang kita lakukan saat ini dilihatnya bertahun-tahun, 4, 5, 7 tahun ke depan. Itu yang sebenarnya waktu time frame dari transformasi pendidikan,” sebutnya.
Skor membaca kita di PISA 2022 turun 12 poin menjadi 359 dari tahun 2018 (skor 371). Skor Matematika turun 13 poin turun jadi 366 dari sebelumnya 379 di 2018. Adapun skor sains turun 13 poin menjadi 383 dari sebelumnya 396 di 2018.
Tapi apakah hanya Indonesia yang turun skornya di PISA 2022 ini? Tentu saja tidak. Kemerosotan hasil PISA ini terjadi secara global di negara-negara kaya dan miskin, besar dan kecil, dan hanya sedikit negara yang mengalami kemajuan. Secara global skor kemampuan matematika, membaca, dan sains siswa berumur 15 tahun di 81 negara (termasuk Indonesia) merosot turun. Jadi ini adalah trend global dunia. Negara-negara di Eropa adalah yang paling terpukul, salah satu contohnya adalah Jerman. Ini hasil PISA terburuk bagi mereka. Christian Odendahl bahkan menyatakan bahwa Hasil PISA Jerman sungguh sebuah bencana. Saat ini siswa di Jerman mencatat nilai terendah dan bergabung dengan rekan-rekan mereka dari Polandia, Norwegia, Belanda dan Islandia yang menderita turun 25 poin atau lebih. Dalam matematika, siswa Jerman mendapat nilai 475, dibandingkan dengan 500 pada penelitian sebelumnya (turun 25 poin). Dalam membaca, mereka mendapat nilai 480, turun dari 498 tiga tahun lalu (turun18 poin), dan sains turun menjadi 492 dari 503 (turun 11 poin). Saat ini, Jerman masih mendekati rata-rata OECD dalam bidang matematika dan literasi serta sedikit di atas rata-rata dalam bidang sains, namun standarnya telah menurun drastis di seluruh dunia.
Tapi itu bukan hanya di Jerman. Australia juga mengalami kemerosotan nilai PISA yang menyolok. Siswa Australia tertinggal dalam mata pelajaran inti seperti membaca, matematika, dan sains meskipun Australia masuk dalam 10 negara teratas untuk pertama kalinya sejak tahun 2003.
Prestasi dalam matematika siswa Australia menurun 37 poin, setara dengan hampir dua tahun bersekolah, sementara prestasi dalam literasi membaca turun 30 poin, setara dengan satu setengah tahun bersekolah. Dua puluh poin dianggap kira-kira sama dengan satu tahun pembelajaran, yang berarti sistem sekolah Australia hampir tidak mengalami kemajuan sejak laporan PISA terakhir pada tahun 2019. Sungguh suatu penurunan yang sangat memprihatinkan.
Standar global juga merosot.
Analis pendidikan OECD Irene Hu menyatakan “Dibandingkan dengan tahun 2018, kinerja rata-rata global turun sebesar 10 poin skor dalam membaca dan hampir 15 poin skor dalam matematika, yang setara dengan tiga perempat dari nilai pembelajaran dalam satu tahun,” laporan tersebut menyimpulkan, sambil menambahkan: “Penurunan kinerja matematika tiga kali lebih besar dibandingkan perubahan berturut-turut sebelumnya.”
“Hasil PISA 2022 menunjukkan penurunan prestasi siswa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah PISA,” katanya kepada wartawan.
Pada PISA 2023 ini kinerja anak-anak Eropa sama sekali tidak baik. Temuan pemeringkatan siswa di PISA 2022 ini menimbulkan kekhawatiran di seluruh Eropa. Hasil PISA 2023 ini telah membuat pusing seluruh Eropa.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang beranggotakan 38 negara, yang menugaskan laporan tiga tahunan PISA, mencatat “penurunan prestasi siswa yang belum pernah terjadi sebelumnya” sejak pemeringkatan PISA pertama pada tahun 2000.
Dalam matematika, yang merupakan bidang studi utama untuk pemeringkatan tahun 2022, negara-negara OECD mencatat penurunan rata-rata sebesar 15 poin dari PISA 2018, hampir empat poin lebih buruk dibandingkan penurunan terbesar sebelumnya.
Banyak negara Uni Eropa mengalami penurunan tajam dalam dua dekade terakhir. Prancis, Jerman, Yunani, Belanda, dan Belgia kembali mencatatkan hasil buruk. Perancis, meskipun memiliki pengaruh besar dalam ekonomi dan budaya, hanya menempati peringkat ke-26 dalam bidang matematika dan literasi sains serta peringkat ke-29 dalam pemahaman membaca. Dalam matematika, siswa Perancis kehilangan 21 poin dibandingkan hasil sebelumnya, sebuah “penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya”, menurut laporan PISA.
Pendidikan Belanda juga bermasalah. Sepertiga dari anak-anak berusia 15 tahun tidak mencapai kemahiran membaca yang disyaratkan dan mereka berisiko meninggalkan pendidikan karena tingkat melek huruf yang rendah, menurut PISA.
Finlandia, yang sebelumnya merupakan pemain utama, juga mengalami penurunan tajam. Setelah menduduki peringkat teratas, kini mencatatkan penurunan tertajam yang pernah ada. Pandemi telah menghajar dunia pendidikan secara global.
Saya hendak menyatakan bahwa tudingan beberapa pengamat yang menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud terkait PISA 2022 membuat narasi menyesatkan, seolah-olah terjadi peningkatan mutu pendidikan secara signifikan padahal, faktanya terjadi penurunan skor PISA Indonesia adalah justru menyesatkan. Kemendikbud sama sekali tidak pernah menyatakan bahwa terjadi peningkatan mutu pendidikan secara signifikan. Bahkan sejak awal Nadiem telah memprediksi bahwa akan terjadi penurunan nilai dan bahkan telah minta maaf sejak Januari 2023 yang lalu.
Jelas sekali bahwa pandemi ini telah menghajar dunia pendidikan global, termasuk Indonesia, secara telak dan bahkan negara-negara maju dan kaya pun terkena dampaknya secara serius. Tidak ada gunanya mencaci maki dan menghujat Kemendikbud atas penurunan skor di PISA 2022 ini karena mereka telah bekerja keras untuk mengatasi learning loss yang terjadi. Marilah kita membantu dengan apa yang kita miliki untuk mengatasi rendahnya mutu pendidikan bangsa kita. Negara tidak membutuhkan caci maki dan hujatan. Negara butuh bantuan Anda untuk maju dan berkembang. 🙏
Surabaya, 7 Desember 2023
Satria Dharma