“walaqad ba’atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ani u’buduu allaaha waijtanibuu alththaaghuuta faminhum man hadaa allaahu waminhum man haqqat ‘alayhi aldhdhalaalatu fasiiruu fii al-ardhi faunzhuruu kayfa kaana ‘aaqibatu almukadzdzibiina”
An-Nahl [16:36] Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut826 itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya827. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Jika di rumah saya selalu upayakan untuk mengaji (membaca Al-Qur’an) minimal satu lembar atau 10 ayat setiap hari. Saya membacanya dengan bersuara tapi tidak keras. Saya tidak punya target membaca satu juz setiap hari. Meski demikian toh saya bisa khatam puluhan kali dengan cara santai seperti ini. Lebih penting bagi saya membaca Al-Qur’an untuk mendapatkan pemahaman tentang ayat yang saya baca. Jadi saya selalu membaca ayat-ayat tersebut dengan terjemahannya. Saya menggunakan Al-Qur’an terjemahan “Bacaan Mulia” dari HB Jassin yang sudah saya pakai sejak masih di Bontang pada tahun 1990 yang lalu. Saya juga punya tafsir “Al-Misbah”nya Quraish Shihab jika saya penasaran dengan arti dari sebuah ayat yang ingin saya ketahui lebih dalam. Memahami ayat-ayat yang saya baca adalah target utama saya. Menghapalkan? Tidak pernah menjadi target saya. Memori hapalan saya sangat payah bahkan untuk surat-surat pendek sekali pun. Tuhan mungkin sengaja tidak memberi saya kekuatan ingatan memori untuk menghapal and I can accept that. 🙂
Dalam membaca Al-Qur’an ini kadang-kadang saya ‘terantuk’ pada sebuah ayat yang menarik perhatian saya saat itu. Ayat itu dalam kesempatan lain mungkin saya baca begitu saja tapi di saat lain tiba-tiba ayat itu menimbulkan pemahaman yang mendalam atau baru bagi saya. Suddenly it sparkles… Tiba-tiba ayat itu bercahaya, menarik perhatian, dan memberi saya pemahaman baru. Menurut saya ini salah satu keajaiban dari membaca Al-Qur’an secara rutin yang saya peroleh secara pribadi. Anda mungkin perlu mencobanya juga. 🙂
Salah satu contohnya adalah ayat di atas. Ayat itu sudah puluhan kali saya baca dan pahami maknanya tapi pagi ini tiba-tiba saya dihentakkan oleh pemahaman baru. Apa itu? Yaitu bahwa meski pun Allah menurunkan para rasul atau utusannya untuk mengajarkan keimanan pada Tuhan pada SEMUA komunitas manusia di atas bumi ini (sehingga semua manusia sebenarnya mendapatkan petunjuk untuk menjadi ‘muslim’ alias mendapatkan keselamatan hidup) tapi Tuhan memang TIDAK membuat setiap orang menjadi beriman. Ada yang dibuatnya beriman dan ada yang dibuatnya tersesat. Jadi beriman atau tersesat itu sepenuhnya hak prerogatif Tuhan. Bahkan para nabi tidak punya kewenangan untuk membuat siapa pun untuk beriman, meski pun itu anak atau pun istrinya sendiri. Itu sebabnya di Al-Qur’an diceritakan ada nabi yang bahkan anak dan istrinya membangkang. Semua dakwah dari nabi tersebut mental begitu saja karena anak atau istri nabi tersebut tidak diberi hidayah oleh Tuhan. Tapi sebaliknya, meski pun anak pembuat berhala yang sangat fanatik bisa menjadi nabi besar kalau Tuhan menghendaki (Nabi Ibrahim).
Jadi jika Anda termasuk orang yang beriman dan menyembah pada Tuhan dan menjauhi Thagut maka sesungguhnya itu adalah sebuah karunia yang sangat luar biasa. Itulah sebabnya para khatib seringkali mengatakan bahwa nikmat terbesar bagi manusia adalah nikmat iman. Itu sebuah privilege yang memang aduhai nikmatnya. 🙂 Ingat bahwa bahkan ada anak dan istri nabi yang tidak mendapatkan privilege ini. Ada banyak orang yang hidup di jaman para nabi justru menjadi penentang dan pembangkang. Diberi nabi dan rasul tapi justru tersesat. Alangkah ruginya….! Bayangkan betapa luar biasanya jika kita yang hidup 14 abad terpisah dari Rasulullah tapi bisa memperoleh keimanan. Padahal kita ini tidak mendengarkan sendiri dakwah Nabi Muhammad dan kita cuma dengar-dengar dan baca-baca dari orang yang juga cuma dengar-dengar dan baca-baca dari orang lain secara turun temurun tapi toh kita bisa beriman dan menerima kebenaran yang disampaikan oleh Nabi. Bukankah itu sebuah karunia yang luar biasa dari Tuhan…?! Coba pikirkan dan renungkan…
Bagaimana kalau ada orang atau bahkan anak dan istri kita yang membangkang pada perintah Tuhan? Apakah orang-orang ini perlu diperangi dan dihukum jika membangkang pada perintah Tuhan? (Tiba-tiba saya ingat FPI dan ormas Islam lain yang suka memaksakan ‘keimanan’nya pada orang lain dan tidak segan menggunakan kekerasan pada pihak yang dianggapnya tidak sesuai dengan hukum Tuhan menurut versinya). Tentu tidak. Bahkan Nabi Muhammad sekali pun diwanti-wanti berkali-kali agar tidak melewati kewenangannya. Nabi Muhammad berkali-kali diingatkan bahwa tugas para nabi hanyalah sebagai pemberi peringatan. Apatah lagi kalau status kita cuma sekedar umat biasa… Ingatlah bahwa keimanan itu hak sepenuhnya dari Tuhan sang Pemilik Hidup ini. Janganlah kita jadi umat tapi sok melebihi kewenangan para nabi. Bacalah Al-Qur’an dan pahami baik-baik pesannya.
Tentu saja itu sekedar pemahaman yang ingin saya sampaikan dalam forum kali ini. Ada banyak hal yang bisa kita diskusikan dari satu ayat itu saja. Saya ingin Anda juga mulai membaca ayatnya dan memahami artinya. Kalau bisa jangan hanya menghapalkannya tapi tidak pernah tahu artinya. Ayat-ayat Al-Qur’an itu bukan mantra-mantra. Tujuan ‘Iqra’ itu adalah agar ‘allamal insana ma lam ya’lam’, yaitu agar Tuhan mengubah kondisi kita dari tidak tahu menjadi tahu.
Wallahu alam bissawab
Keterangan :
Kata ‘Thagut’ punya beberapa makna. Bisa bermakna syaitan, berhala, atau sesembahan selain Allah.
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com