Tahukah Anda bahwa istilah ‘fastabiqul khairat’ atau ‘berlomba-lomba dalam kebaikan’ itu konteksnya lebih kepada antar umat beragama dan bukan hanya bagi sesama muslim?
Coba perhatikan ayat berikut:
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah : 148).
Perlu dipahami bahwa ayat ini turun dalam konteks pergaulan antar umat. Tiap-tiap umat memiliki kiblat atau arah kemana mereka menghadap dalam beribadah. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke Ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan umat beragama lain juga punya kiblatnya sendiri-sendiri. Tidak perlu saling mengejek atau saling menyalahkan kiblat masing-masing. Tuhan jelas tidak memerintahkan manusia untuk saling mengejek, mencaci, bermusuhan, merusak dan menghancurkan, apalagi saling bunuh. Tuhan memerintahkan manusia untuk berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama makhluk, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan.
Tuhan bahkan telah mewanti-wanti umat Islam untuk tidak mengejek atau menghina sesembahan umat lain meski pun yang mereka sembah itu bukan Allah SWT.
“Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pebuatan mereka.Kemudian kepada Tuhanlah mereka semua akan kembali, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-An’am 6:108)
Ejekan pada sesembahan umat lain akan berbalas pada ejekan pada Allah SWT yang kita sembah. Dan akhirnya manusia akan saling mengejek, memaki, menghina, bertengkar, dan bermusuhan alih-alih bekerja sama dalam berbuat kebaikan.
Mengapa Tuhan melarang kita untuk mengejek, menghina, dan memaksa umat lain untuk mengikuti sesembahan kita? Karena itu memang kehendak Tuhan. Tuhan tidak ingin menjadikan manusia hanya satu umat saja. Tuhan ingin agar ada banyak umat di dunia ini dan ingin setiap umat itu berlomba-lomba berbuat kebaikan dan kebajikan, bukan saling ejek dan saling memusuhi.
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan Kitab Suci (yang diturunkan) sebelumnya, dan batu ujian terhadap (isi Kitab Suci) tersebut; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kalian semuanya akan kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kalian perselisihkan.” (5:48)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa umat lain juga memiliki potensi dan kemampuan untuk melakukan kebaikan dan bukan hanya umat Islam saja yang bisa. Umat lain juga memiliki ajaran-ajaran yang mengajak mereka berbuat kebaikan dalam hidup mereka. Salah sekali jika dikatakan bahwa hanya umat Islam yang bisa melakukan kebaikan dan umat lain tidak mungkin bisa melakukan kebaikan karena memiliki kiblat yang berbeda dengan umat Islam. Pernyataan itu tentulah bertentangan dengan ayat Tuhan di atas. Oleh sebab itu setiap umat manusia diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Kita semua memiliki kapasitas untuk berbuat kebaikan tersebut.
Pada hari kiamat nanti setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabannya. Perbuatan baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun di antara kita yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah Swt.
Semoga kita bisa memahami perintah Allah ini dengan sebaik-baiknya. Amin!
Surabaya, 5 April 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com