DAY 1
Jalan-jalan lagi…
Kali ini ke Pakistan.
Juli tahun lalu kami ke Ladakh dan Kashmir, yang merupakan bagian dari India dan berbatasan dengan Pakistan. Kali ini kami datang ke Pakistan. Tapi kami akan masuk dari Amritsar, India, dan dari Amritsar barulah kami akan dijemput travel untuk menuju ke Pakistan via Lahore. Jadi dari Amritsar kami akan menginap sehari dan besoknya dijemput ke Wagah Border, perbatasan antara India dan Pakistan.
Kami memilih masuk via Amritsar karena faktor ekonomis. Tiket ke Amritsar jauh lebih murah ketimbang langsung Islamabad, meski harus disambung dengan keluar masuk perbatasan dan jalan darat. Bagi saya sih lebih banyak tempat yang dikunjungi lebih baik. Tapi kami diwanti-wanti agar tidak bilang mau ke Pakistan di imigrasi India karena katanya bakal dipersulit. Maklumlah kedua negara bersaudara ini sampai sekarang masih belum akur. Masih bengkerengan… 😁 Kami bukan diminta untuk berbohong. Cuma diminta untuk tidak terlalu berterus terang. Jadi dari India masuk ke Pakistan dan nanti baliknya lewat India lagi. Acha…acha…! Bagi saya sih susah sedikit gak masalah. Anggap saja sebagai part of the adventures. 😁
Untuk jalan-jalan kali ini kami ikut rombongannya Ferry, TL langganan keluarga kami. Rombongan akan terbagi dua, yang berangkat ke Amritsar via Surabaya dan yang via Jakarta. Kami berangkat dari Surabaya ke Amritsar dengan transit di Singapura. Ada sembilan orang yang berangkat dari Surabaya. Trip kali ini kami bersama dengan adik saya Uniek Hage, bersama dengan suaminya Gunawan dan anaknya Oyik. Selain itu ada juga empat peserta lain, satu dari Makassar, satu dari Semarang, dan dua dari Solo. Di Changi kami akan bertemu dengan rombongan dari Jakarta, salah satunya kakak saya, Okkie, yang akan berangkat bersama teman SMA-nya, Hari.
Penerbangan dari Changi ke Amritsar memakan waktu sekitar 6 jam lebih. Kami mendarat di Amritsar jam 20:10 waktu Amritsar yang beda 3,5 jam dengan Surabaya. dan baru keluar dari imigrasi sekitar jam. Kami langsung dijemput menuju hotel Grand Cabbana di mana kami menginap.
Amritsar didirikan pada Abad ke-16 oleh seorang guru Sikh dan terletak di wilayah Punjab, tempat asal Sikhisme. Jadi Amritsar ini semacam pusatnya kaum Sikh di dunia. Agama tersebut terkenal dengan tradisi seva – perbuatan sukarela yang dilakukan untuk orang lain tanpa mengharap balasan.
Banyak penganut Sikh di seluruh dunia melakukan seva di gurudwara (kuil Sikh), sering kali dalam bentuk amalan sederhana seperti mengepel lantai, menyajikan makanan, dan menjaga ketertiban di dalam kuil. Lainnya melakukan seva di kehidupan pribadi mereka dengan kedermawanan dan beramal.
Kami tiba di hotel Grand Cabbana sudah larut karena penerbangan kami memang cukup panjang, sekitar hampir tujuh jam, dan harus melalui proses cek imigrasi yang panjang karena kami ternyata ada 38 orang dalam satu grup. Peserta berasal dari berbagai daerah seperti Aceh, Palembang, Pekanbaru, Denpasar, Pontianak, Solo, Semarang, Surabaya, Jakarta, dll. Mayoritas peserta adalah wanita. Hanya ada 7 laki-laki. Ini satu lagi bukti bahwa wanita itu memang lebih kuat tenaganya, lebih luang waktunya, dan lebih banyak uangnya. 😁
Ada sedikit insiden di mana salah satu peserta terpaksa dipulangkan karena ditolak oleh imigrasi India karena antara data di visa lamanya tidak sesuai dengan data paspor barunya. Celakanya ia tidak membawa paspor lamanya sehingga ditolak dan harus kembali ke Indonesia. Sayang sekali. 🥺
Kami menginap di hotel Grand Cabbana yang agak mengecewakan saya karena mengira ini hotel keren dari namanya. Ternyata ini hotel lama. Tapi it’s oke toh hanya semalam dan AC-nya kencang juga. Saya tertidur nyenyak dan masih bisa bangun pagi untuk ritual rutin.
Amritsar, 19 April 2024
Satria Dharma