
Indonesia adalah negara paling toleran…, dalam hal berlebaran. 😁
Indonesia mungkin adalah satu-satunya negara muslim yang hari lebaran warganya bisa berbeda dengan apa yang ditentukan pemerintahnya dan pemerintah tidak pernah MELARANG, MENGHALANG-HALANGI, MEMBOIKOT, MENGHUJAT, atau pun NYINYIR terhadap ormas yang memilih berlebaran di hari yang berbeda dengan ketetapannya. Silakan saja kalau mau berbeda. Monggo sak kerso… 🙏😁
Saya perlu menyampaikan ini setelah membaca komentar Ma’mun Murod, Rektor UMJ, yang berkomentar soal toleransi berlebaran di medsos. Jadi saya sampaikan lagi bahwa pemerintah Indonesia itu SANGAT TOLERAN dalam hal perbedaan hari lebaran warganya. Silakan bandingkan dengan negara muslim lainnya. Coba bayangkan seandainya pemerintah negara Arab Saudi, Iran, Afghanistan, Mesir, atau negara Islam mana pun menetapkan hari lebaran pada hari tertentu kemudian ada ormas atau kelompok warganya yang tidak peduli dengan penetapan dari pemerintahnya. Lalu dengan demonstratif mereka melakukan salat Ied yang berbeda dengan penetapan pemerintah. Apalagi kalau kemudian mereka MINTA kepada pemerintah agar difasilitasi keperluan salat Iednya yang berbeda dengan ketetapan pemerintah. Kalau tidak diberi fasilitas lalu marah pada pemerintahnya 😎
Jika pemerintah menetapkan hari lebaran pada hari tertentu dan ada ormas yang yang ingin berlebaran di hari berbeda lalu pemerintah membiarkan dan memberi mereka kesempatan maka itu jelas sekali menunjukkan toleransi dari pemerintah. Pemerintah SAMA SEKALI TIDAK MEMAKSA dan juga TIDAK MENGHALANGI ormas tersebut untuk ikut aturan pemerintah. Bahkan membujuk dan merayu mereka untuk ikut aturan pemerintah saja tidak. Monggo silakan saja berlebaran di hari yang berbeda.
Bagaimana kalau ada satu atau dua kota atau kabupaten yang tidak bersedia memfasilitasi keperluan ormas tersebut? Perlu dipahami bahwa kalau pun ada penolakan (yang kemudian diperbolehkan) maka itu BUKANLAH KEBIJAKAN NASIONAL melainkan kebijakan kepala daerah itu sendiri. Dan mereka juga PUNYA ALASAN untuk menolak karena mereka adalah bagian dari pemerintah yang punya kebijakan dan ketetapan sendiri soal hari lebaran. Jika ada ormas yang ingin berbeda dengan ketetapan pemerintah maka selayaknya jika ormas tersebut tidak meminta fasilitas pemerintah sama dengan fasilitas yang diberikan pada warga yang ikut ketetapan pemerintah. Pemerintah tidak punya kewajiban untuk memenuhi keinginan semua ormas yang ingin melakukan lebaran yang berbeda dengan ketentuan pemerintah. Kewajibannya adalah melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jadi hendaknya ormas tersebut sadar diri bahwa mereka telah MEMILIH UNTUK TIDAK MENGIKUTI KETENTUAN PEMERINTAH sehingga jelas sekali ada konsekuensi-konsekuensi yang harus mereka terima. Sudah selayaknya kalau kita memilih untuk tidak mengikuti ketentuan pemerintah ya JANGANLAH meminta fasilitas dari pemerintah untuk berbeda. Kalau meminta fasilitas dari pemerintah lalu tidak dituruti ya JANGANLAH kita marah atau menuduh pemerintah tidak toleran. Bukankah kita sudah memutuskan untuk tidak mengikuti ketentuan pemerintah? Sudah jelas kita tidak boleh nggrundel dan menuduh ada pemda yang tidak toleran kalau tidak difasilitasi oleh pemda tersebut. Lha wong pancen milih bedo dino ngono lho…! 🤭
Terjadinya perbedaan penetapan hari lebaran ini dikarenakan masyarakat ataupun ormas-ormas Islam tidak sepenuhnya menyerahkan permasalahan tersebut kepada pemerintah. Dalam persoalan perkawinan, zakat, wakaf, dan haji masyarakat percaya dan menyerahkan persoalan tersebut kepada pemerintah. Sayangnya tidak untuk persoalan penetapan lebaran. Ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak sepenuhnya menyerahkan permasalahan keagamaan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama. Padahal, masyarakat dan ulama seharusnya sepakat untuk menyerahkan persoalan keagaman kepada pemerintah, kemudian pemerintah menunjuk Kementerian Agama untuk mengemban amanah tersebut. Kementerian Agama pun di dalamnya terdiri dari para ulama, cendekiawan,dan para ahli di bidangnya. Tapi toh kita memilih untuk tidak mengikuti ketetapan pemerintah dalam beberapa hal. Pancen angel ngurusi umat Islam itu. 😁
Di Indonesia ini organisasi Islam merasa mempunyai kebebasan untuk berpendapat yang berbeda dengan pemerintahnya. Jadi mereka merasa memiliki legalitas agama sendiri. Ini tidak akan terjadi di negara-negara Islam lainnya. Bagaimana mungkin dalam sebuah negara ormas merasa mempunyai otoritas dalam memberikan rekomendasi pendapat awal bulan Ramadan, Syawal, dan Idul Adha yang berbeda dengan pemerintahnya? Tapi itulah faktanya. 😎
Saya sendiri memilih untuk berlebaran pada tanggal 21 nanti berbeda dengan ketentuan pemerintah pada tanggal 22. Alasan saya sama dengan Gus Baha, yaitu masalah konsistensi dalam menetapkan waktu-waktu ibadah. Selama ini kita menetapkan waktu-waktu salat, sahur, dan berbuka berdasarkan perhitungan alias hisab dan bukan berdasarkan rukyat. Jadi sudah semestinya kita konsisten dengan juga menggunakan metode hisab dalam soal penentuan hari lebaran ini. Selama ini saya selalu ikut ketetapan Muhammadiyah soal lebaran. Tapi jika harinya berbeda dengan pemerintah ya saya cari lapangan atau masjid yang memang dipersiapkan oleh Muhammadiyah. Selama ini Muhammadiyah juga tidak pernah rewel minta fasilitas dari pemerintah jika mereka lebaran di hari yang berbeda. Selama ini SETAHU SAYA Muhammadiyah selalu sadar diri jika mereka memilih berbeda dengan pemerintah. Jadi saya sungguh heran dan tidak habis pikir jika ada tokoh Muhammadiyah yang tiba-tiba omongannya lancip kepada pemerintah pusat ketika tidak diberi fasilitas oleh pemerintah kota Pekalongan dan Sukabumi. Seolah penolakan kedua daerah itu adalah ‘restu’ atau bagian dari kebijakan pemerintah pusat. Padahal tidak sama sekali.
Maksud saya itu, jika kita ingin melakukan kegiatan yang berbeda dengan ketetapan dan ketentuan dari pemerintah pusat atau pun daerah ya kita harus siap dan mau legowo dengan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan kita. Pemerintah kita itu sudah sangat toleran dalam hal perbedaan hari lebaran ini. Tak perlu menuntut terlalu berlebihan. 🙏
Balikpapan, 19 April 2023
Satria Dharma.
I break my promise to myself not to write anything during this Ramadan. Couldn’t help it. 😁 This is my first article. 🙏