DAY 6
Rata-rata orang Pakistan ramah dan senang berkenalan dengan turis. Mereka bahkan tidak segan-segan mengajak kita untuk menyapa dan minta foto bersama. Herannya mereka selalu mengira kami adalah orang China. 😜 Baru sekali ini ada orang yang mengira saya orang China. Biasanya orang malah mengira saya orang Arab atau India. 😁
Saya selalu senang menyapa anak-anak Pakistan yang berwajah lucu dan menyenangkan. Gadis Hunza juga terkenal cantik-cantik dan ramah. Mereka tidak malu-malu dan segan kalau diajak berfoto bersama. Kalau lihat raut mukanya mereka tampak seperti gadis-gadis Eropa dengan kulit putih dengan rona merah di pipi mereka. Gadis yang berfoto bersama saya ini adalah gadis desa yang tinggal di rumah yang sangat sederhana seperti rumah pedesaan terpencil. Sungguh tidak disangka gadis desa terpencil bisa secantik itu. Saya yakin para garangan +62 bisa terkiwir-kiwir melihat mereka. 😁
Tempat pertama yang kami datangi khusus untuk berfoto adalah terowongan Attabad Lake Tunnel. Terowongan ini sepanjang 8,9 km dan dibangun atas kerjasama pemerintah Pakistan dan China. Jadi sebenarnya pemerintah Chinalah yang berjasa membangun daerah Hunza ini (mereka menyebutnya Hunzo). Tidak salah kalau Rakyat Pakistan sangat menghargai dan menghormati orang China.
Lokasi kedua yang kami datangi adalah Husseini Suspension Bridge. Seorang penduduk lokal punya ide yang bagus bagi mereka yang ingin punya kenangan pernah datang ke lokasi ini. Dia membuat sebuah musium mini di mana orang menuliskan namanya di mata uang kertas apa saja atau batu koral lalu batu atau uang kertas tersebut ditempel di dinding musium mininya sebagai bukti bahwa kita pernah ke sana. Tentu saja kita harus membayar biaya ‘perawatan’ sebesar Rs 2.000,-. Lumayan mahal tapi paling tidak ada nama kami tertera di musium mininya. 😁
Tujuan utama di sini adalah jembatan gantung Hussaini yang dibangun pada tahun 1968 dan direnovasi dua kali untuk keselamatan pengunjung. Jembatan ini dikenal sebagai jembatan paling berbahaya di dunia. Tapi sebenarnya Jembatan Gantung Hussaini hanyalah satu dari banyak jembatan tali berbahaya di Pakistan Utara.
Jembatan Gantung Hussaini, melintasi Danau Borit di Hunza Atas. Jembatan tali ini panjang dan tidak dirawat dengan baik. Banyak papan yang hilang, dan angin kencang mengguncang jembatan saat Anda melintasinya. Saat ini, hanya ada satu jembatan gantung yang menghubungkan Desa Hussaini dengan Zabadad (terletak di seberang Sungai Hunza). Meskipun terlihat berbahaya, namun Hussaini adalah jembatan yang relatif aman dan telah menjadi salah satu tempat wisata paling dicari, sehingga para pendaki menguji keberanian mereka saat melintasinya dengan hati-hati.
Ada tempat untuk melakukan flying fox dengan membayar Rs 2.000,- juga. Layak untuk dicoba mumpung ada di Hunza. Pemandangan di danau ini benar-benar luar biasa.
Dari sini kami menuju ke Khunjerab dan berhenti di Passu untuk foto-foto dengan latar belakang Cathedral dan Shishar peaks.
Passu Cones atau Katedral Passu merupakan kumpulan puncak gunung besar yang tingginya di atas 6000 meter. Passu Cones / Catherdal adalah pemandangan paling fotogenik dari seluruh pemandangan sepanjang perjalanan. Passu adalah sebuah desa kecil yang terletak di lembah Gojal atas Hunza di Gilgit Baltistan. Terletak di sepanjang Jalan Raya Karakoram di Upper Hunza, Pakistan, Passu adalah tujuan wisata populer di Pakistan dan di seluruh dunia karena bentang alamnya yang mudah diakses, dan pemandangan gunung Passu Sar setinggi 7.478 m Gletser Passu. Kami berfoto dengan latar belakang Passu Cathedral yang luar biasa indah.
Tujuan terakhir hari ini adalah Khunjerab Pass
Jalur Khunjerab adalah jalur pegunungan di Pakistan utara yang terletak di ketinggian 4.693 meter (15.397 kaki) di atas permukaan laut. Terletak di Karakoram dan memiliki posisi strategis yang signifikan di perbatasan utara Pakistan, khususnya di Distrik Hunza dan Nagar di Gilgit-Baltistan. Selain itu, terletak di perbatasan barat daya Tiongkok, di wilayah Xinjiang.
Khunjerab Pass adalah satu-satunya penyeberangan perbatasan modern antara Tiongkok dan Pakistan, yang dapat diakses melalui Jalan Raya Karakorum. Tapi saat ini tampaknya sedang direnovasi dan tidak bisa dipakai. Secara historis, jalur lain yaitu jalur Mintaka dan Jalur Kilik juga pernah digunakan namun jalur penyeberangan tersebut tidak memiliki akses kendaraan dan juga sudah ditutup.
Nama Khunjerab berasal dari dua kata Wakhi; “Khun” berarti “darah” dan “Jerab” berarti “sungai yang berasal dari mata air atau air terjun”. Jalur Khunjerab memiliki beberapa keunggulan, termasuk menjadi jalur lintas batas internasional beraspal tertinggi secara global dan berfungsi sebagai titik tertinggi di sepanjang Jalan Raya Karakoram. Tempat ini layak untuk dikunjungi sekali seumur hidup. Khunjerab Pass bukanlah tempat kunjungan bagi setiap orang karena tingginya altitude sehingga bisa membuat orang yang tidak tahan dan kurang sehat bisa muntah karena kekurangan oksigen. Cuacanya juga sangat dingin. Waktu kami menuju ke sana hari sudah sore dan kami adalah pengunjung terakhir hari itu. Salju tipis turun menyambut kami. Kami hanya berfoto-foto sekitar 30 menit di perbatasan Pakistan dan China ini dan balik ke resto tempat makan siang kami tadi. Kami akan makan malam di sini sebelum kembali ke hotel. Meski hanya 30 menit dengan perjalanan selama 2 jam lebih tapi kami mendapatkan kesan perjalanan yang mendalam. Tidak rugi kami membayar USD 40/orang untuk bisa datang ke ujung Pakistan ini.
Kami makan malam di tempat yang sama, Punjerab Kafe, dan mendapat atraksi tarian tradisional dari warga lokal yang mengelola resto ini. Beberapa dari kami ikut menari bersama para laki-laki warga Hunza diiringi lagu-lagu tradisional mereka. Ketika lagu Poco-poco ditampilkan para ibu-ibu yang paham lagu dan tariannya langsung turun menarik diikuti oleh para warga Hunza tersebut.
Kami kembali ke hotel dan baru tiba sekitar jam 11 malam dalam keadaan lelah namun gembira.
Hunza, 23 April 2024
Satria Dharma