
Masih ingat lagu “Dari Sabang sampai Merauke”? Saat ini saya dan istri sdg berada di Sabang kota terujung paling Barat dari Indonesia yg terletak di Pulau Weh (dan ‘nyah-nyoh’ kata istri saya yg asalnya Madiun). Akhirnya keinginan utk mengunjungi pulau paling ujung di sebelah Barat Indonesia ini tercapai juga. Keinginan jalan-jalan ke Sabang ini muncul ketika kami berpresentasi di FKIP Unsyiah bulan lalu. Pada saat itu kami tekadkan utk berkunjung ke Sabang jika ada tawaran utk berpresentasi lagi ke Prop. Aceh. Jadi begitu ada tawaran utk presentasi ke 4 kota/kabupaten di Prop. Aceh langsung saja saya sambar. Jalan-jalan ke empat kabupaten/kota di Aceh saja sudah sangat menarik, apalagi bila ditambah bonus ke Sabang. Ini Sabang yg beneran lho! Bukan Jl. Sabangnya Jakarta. Maka sejak itu saya jadi sering-sering menyanyikan lagu “Dari Sabang sampai Merauke”. Hehehe…!
Ternyata Pulau Weh itu sangat indah, Sodara-sodara! Tidak kalah dengan pulau-pulau di Hawaii (sok tau lu! Kan lu belum pernah ke Hawaii) Jika ada rejeki dan kesempatan upayakan utk berkunjung ke pulau yg indah ini. Syukur-syukur kalau bisa menginap di Freddie’s atau di Casa Nemo. Rasanya kayak di iklan-iklan pulau eksotis di antah berantah. Pokoknya tofff….!
Sabang hanya salah satu daerah yg saya (dan istri) kunjungi selama Safari Literasi saya di Prop. Aceh. Sabang adalah bonus bagi kami.
Banyak teman yg iri melihat saya dan istri runtang-runtung keliling berwisata ke mana-mana.
“Hanthiik…! Uripmu kok mulyo tenan toh, Sat! Atase podo pensiunane karo aku ae kok. Ning endi meneh kowe mari ngene heh…?!” (Ssst…jangan bilang-bilang. Pertengahan Nopember nanti ada tawaran bagi kami ke Jepang selama seminggu. Gratis…!! Sebenarnya istri saya sdh merengek-rengek nyidam ke Jepang sejak lama dan selalu saya tolak. Soalnya saya tahu bahwa kami akan mendapatkan tawaran ke Jepang gratis suatu saat. Ada yg membocorkan rencana itu pada saya sebelumnya. Jadi kan lebih baik saya menunggu yg gratisan ketimbang tur sendiri. Nggih nopo nggih…?!
“Sakjane opo amalanmu sehingga bisa hidup begitu nyaman…?! Kudu duwe amalan poro Wali yo…?!” Tanya teman saya lebih lanjut. Dikiranya saya punya amalan rahasia para Wali sehingga bisa begitu hepi. Padahal sebenarnya amalan para Wali yg saya lakukan ya hanya amalan yg disukai oleh sekolah, yaitu membayar uang sekolah tepat pada waktunya. Itulah amalan para Wali Murid yg disukai oleh sekolah. Saya tidak tahu amalan para Wali Kota, Wali Amanah, apalagi para Waliyullah.
Mungkin teman-teman mengira saya melakukan amalan tapa brata seperti : tapa ngalong, tapa pendem, tapa kungkum (sesekali di bathtub hotel sih), dll. Tidak Sodara-sodara. Tapa melek saja saya gak kuat. Baru membayangkan bantal yg ginuk-ginuk itu saja saya sudah pingin ndhlosor.
Tapi setelah saya pikir-pikir ternyata saya memang punya sedikit ‘amalan’. Saya sebenarnya tidak ingin membocorkan rahasia amalan saya ini karena nanti dikira sombong dan mbegedut. Tapi daripada saya diuber-uber terus maka sebaiknya saya sampaikan saja ilmu tingkat tinggi yg saya miliki ini.
Sebenarnya rahasianya sederhana saja…
(Sebentar… Saya mau tarik napas dulu)
Dulu saya pernah membaca sebuah hadist yg disampaikan oleh Rasulullah SAW yg bersabda sbb:
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya.” (HR At-Thirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284). Jreeeeng…!
Jadi kalau mau jadi mukmin yg paling bagus akhlaknya ya cukup berbuat sebaik-baiknya pada istri. Istri sendiri lho ya! Jangan istrinya orang lain.
Saya pernah baca katanya pahala menemani Istri belanja dan jalan-jalan bisa lebih baik dari pahala iktikaf di masjid nabawi sebulan. Wow…! Mantap bingits…! 🙂
Sejak membaca hadist itu maka saya pun berusaha menjadi suami yg sebaik-baiknya pada istri. Jadi kalau saya ada tugas ke mana-mana maka istri saya ajak agar bisa menikmati perjalanan tsb bersama saya. Dalam perjalanan tersebut selalu tercetus pertanyaan, “Kemana lagi ya kita setelah ini?” yang saya jawab, “Lha kamu pingin ke mana lagi? Minta saja sama Tuhan agar diberi kesempatan utk bisa ke sana.” Alhamdulillah Tuhan selalu membuktikan diriNya sebagai Yang Mahapemurah dan selalu memberi kami kesempatan utk mewujudkan keinginan kami tersebut.
Jadi rahasianya ya itu, kawan-kawan! Be the best man to your wife (not to other’s) 🙂 jika kita ikhlas, pahala ngajak jalan-jalan istri bisa lebih besar dari iktikaf sebulan di masjid Nabawi. Katanya lho…! Jalan-jalannya aja udah menyenangkan, apalagi dapat pahala lebih besar dari iktikaf sebulan di masjid Nabawi. Wis talah…! Pasti enaknya kalau bisa menyenangkan hati istri.
Jangan sampai terbalik. Ada teman yang jika keluar pergi menemani temannya, sangat bersemangat. Tetapi istri sendiri justru jarang ditemani dan diperhatikan. Padahal katanya istri adalah yang paling berhak mendapatkan kebaikan dari suami. Lha iyalah…!
Ini tambahan (sharing dari teman)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأن أمشي مع أخ في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد
“Sungguh aku berjalan bersama seorang saudara (muslim) di dalam sebuah keperluan lebih aku cintai daripada aku beri’tikaf di dalam masjid ku (masjid Nabawi) ini selama sebulan.”
(HR. Ath-Thabarani dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Silsilat Al-hadits Ash-Shahihah, no. 906.)
Syaikh Muhammad bin shalih Al-Ustaimin rahimahullah berkata,
“Menunaikan kebutuhan kaum muslimin lebih penting dari pada i’tikaf, karena manfaatnya lebih menyebar, manfa’at ini lebih baik daripada manfa’at yang terbatas (untuk diri sendiri). Kecuali manfa’at terbatas tersebut merupakan perkara yang penting dan wajib dalam Islam (misalnya shalat wajib).”
Begitulah sodara-sodara. Kudoakan agar Anda semua bisa mengamalkan ‘ilmu langitan’ ini. Amin!
Sabang, 26 Oktober 2014
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com