Mas Satria,
Sangat menggugah membaca ttg perlunya literasi sebagai bekal dasar anak menatap dunia ke depan. Dan saya tertarik untuk mengundang mas Satria ke Pekanbaru suatu saat. Tetapi saya ingin juga kita menyamakan persepsi sedikit tentang pernyataan mas yg saya quote dibawah:“Apakah ada hubungan antara kecerdasan dengan menghafal Al-Qur’an? Maksud saya, apakah dengan menghapal Al-Qur’an maka kita akan menjadi LEBIH cerdas? Tidak ada bukti ttg hal ini. Tolong kalau ada penelitian ttg ini. Tapi kalau orang bisa menjadi hafidz maka tentulah ia seseorang yg memiliki kemampuan mengingat (recall atau memory) yg luar biasa. Jadi mungkin saja Univ. Brawijaya berkesimpulan bhw kalau seseorang bisa menjadi hafidz maka jelas ia memiliki kecerdasan memori yg tinggi dan kemauan yg kuat. Dan itu modal yg baik utk sukses di perti.”
Saya teringat membaca tentang Avicenna, dimana beliau hapal al Quran diusia sangat muda, kemudian umur 17 tahun sudah menjadi tabib negara. Mungkin tidak ada penelitian khusus tentang hubungan kecerdasan dgn hafidz al qur’an, tetapi tidak ada itu bukan berarti tidak benar, bukan? Sebab kemungkinan benar tetap masih ada, hanya belum dibuktikan pakai penelitian saja. Balik ttg Avicenna, saya waktu tau dulu, langsung membayangkan betapa cerdasnya beliau, umur 17 tahun sdh jadi tabib negara, padahal sampai umur 13 tahun kayaknya fokus yg dipelajari masih al quran.
Orang yang benar hafidz, saya temui sangat fasih menukil acuan informasi, mengingat, dan menyampaikan analisa. Imam mesjid kami, kalau cerita tentang satu ayat, bisa habis waktu masih banyak yg ingin beliau katakan. Saya sendiri kerasa sering kehabisan kata2 kalauningin menerangkan suatu masalah, tetapi imam tersebut seperti tidak pernah habis dengan elaborasi ayat yg disampaikan. Dan sangat analitis menyampaikannya, pernyataan2nya sering ditambahkan dengan kata2 spt: Contoh nya…… Jadi kita yg mendengar tidak hanya menerima begitu saja. Logika mudah dikedepankan.
Nah, balik kepada niat mengundang mas Satria kesini, saya hanya khawatir kalau mas membuat pernyataan spt pernyataan awal dalam subjek spt “LITERASI adalah kunci kejayaan Islam (dan bukan karena banyaknya para penghafal Al-Qur’an, umpamanya)”, nanti akan mengundang masalah yg tdk ada hubungan dengan tujuan mas utk sosialisasi ttg pentingnya literasi. Bisa menghabiskan energi yg tidak perlu, sehingga menghindari membuat pernyataan itu akan lebih baik. Karena tujuan mas kan untuk menggugah para guru supaya fokus untuk meningkatkan kegoatan siswa sehingga menaikkan kemampuan literasi mereka?
Bisakah kita memulai dengan cara pandang seperti ini?
Terimakasih,
Wassalam,
Ibu Bella
Terima kasih atas tanggapannya Ibu Bella. Saya akan jawab dan tanggapi satu-satu persatu ya.
- Terima kasih atas undangannya. Dengan senang hati saya bersedia datang ke Pekan Baru. Akan lebih menyenangkan lagi kalau saya bisa bertemu dengan Imam masjid Anda yang luar biasa itu. Bertemu dengan orang yang berilmu selalu menyenangkan dan mendatangkan berkah.
- Antara menjadi ilmuwan dan menjadi hafidz adalah DUA HAL YANG BERBEDA. Seseorang bisa menjadi hafidz (hafal Al-Qur’an) dan tidak akan pernah menjadi ilmuwan dan begitu juga sebaliknya. Meski seorang hafidz jelas sangat cerdas dalam artian memiliki daya ingat yang kuat tapi bukan jaminan bahwa ia memiliki kemampuan analisis yang tinggi pula. Itu juga dua jenis kecerdasan yang berbeda.
Untuk yang hafidz pun bisa dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu hafidz yang paham dengan ayat-ayat yang dihapalnya dan hafidz yang tidak mengerti arti ayat yang dihapalnya tersebut. Para hafidz yang bukan berasal dari penduduk yang berbahasa ibu Arab tentunya tidak semua, dan bahkan hanya sedikit, yang mengetahui atau memahami arti dari ayat-ayat Al-Qur’an yang dihapalnya. Kebanyakan hafidz dari Indonesia hanya sekedar hapal tanpa benar-benar tahu arti atau makna dari ayat-ayat yang dihapalnya. Sama seperti anak saya Tara, yang baru masuk SMP tahun ini, yang sangat hapal banyak lagu-lagu Barat. Saya sampai heran bagaimana ia bisa menghapal begitu banyak lagu-lagu Barat dengan intonasi dan pengucapan yang begitu pas. Tapi tentu saja ia tidak selalu memahami arti atau makna dari syair lagu yang ia nyanyikan tersebut. Tapi ia jelas hapal dan jauh lebih bisa menyanyikannya ketimbang saya, ayahnya, yang mantan guru bahasa Inggris ini.
- Seseorang yang SANGAT CERDAS BISA menjadi seorang hafidz dan SEKALIGUS ilmuwan seperti Ibnu Sina (Avicenna), umpamanya. Ada banyak ilmuwan Islam yang hebat yang sekaligus hafidz. Zaman Kejayaan Islam selama sekitar 500 tahun (sek. 750 M – sek. 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembanganteknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri. Peradaban Islam melahirkan generasi yang mumpuni di bidang keagamaan dan ilmu pengetahuan berbagai bidang dengan berbagai temuan teori-teori baru yang menjadi sumbangan besar bagi sejarah peradaban dunia.http://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Kejayaan_Islam.
Beberapa ilmuwan Islam yang paling berjasa pada dunia di antaranya adalah :
– IBNU RUSD (AVERROES) Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ia adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine.
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab.http://forum.kompas.com/teras/237905-mengenal-imuan-islam-ibnu-rushd-averroes.html
– IBNU SINA (AVICENNA) Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia. Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Dia adalah pengarangdari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina
– AL-BIRUNI. Merupakan matematikawan , astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.
– Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalambidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
– Nizam Al Mulk (thn 1067); pelopor pendiri universitas modern pertama di dunia yang dikenal dengan Nizamiyyah (ditiru sistemnya oleh Oxford Univ. Inggris).
Itu hanya beberapa dari ilmuwan Islam yang paling berpengaruh di dunia. Tapi perlu saya tekankan sekali lagi bahwa MEREKA DIKENAL DAN DIKENANG OLEH DUNIA KARENA KONTRIBUSI MEREKA PADA DUNIA ILMU PENGETAHUAN DAN BUKAN KARENA MEREKA HAFIDZ.
Saking hebatnya ilmu pengetahuan di jaman Islam saat itu sehingga beberapa tokoh dengan terang-terangan mengakui dan menyatakan sbb :
– “Peradaban berhutang besar pada Islam.” (Presiden AS, Barack Obama).
– “Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi.” (Jacques C. Reister).
-”Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa (Montgomery Watt). http://syifa-munggarani.blogspot.com/2012/09/islam-dan-peradaban.html
Jelas sekali bahwa jaman kejayaan Islam adalah karena kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuannya. Umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kemampuan literasinya yang tinggi. Umat Islam dikenal memiliki ilmuwan-ilmuwan hebat yang membangun peradaban yang tinggi dan bukan karena banyaknya para hafidz atau karena para ilmuwan tersebut sebagian adalah hafidz penghapal Al-Qur’an.
Mengapa umat Islam bisa begitu hebat pada jaman dahulu? Ya, karena ketingggian kemampuan literasi mereka. Sekedar ilustrasi,Pada abad ke-10, di Andalusia saja terdapat 20 perpustakaan umum. Perpustakaan Umum Kordoba, saat itu memiliki tidak kurang dari 400 ribu judul buku. http://lib.law.ugm.ac.id/?p=790
Jadi jika satu njudul ada 10 eksemplar saja berarti ada empat juta buku di perpustakaan umum Kordoba saat itu…! Sila bandingkan dengan perpustakaan kita di mana saja pada Abad 21 ini.
- Jadi dengan mengatakan bahwa “LITERASI adalah kunci kejayaan Islam (dan bukan karena banyaknya para penghafal Al-Qur’an, umpamanya)” saya hendak mengingatkan sesama umat Islam apa peran LITERASI dan PARA ILMUWAN ISLAM dalam membangun peradaban yang maju di jaman dahulu melalui ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI dan bukan karena mereka adalah penghapal Al-Qur’an. Jika beberapa di antara para ilmuwan tersebut adalah juga penghapal Al-Qur’an maka itu adalah sebuah kebetulan. Mereka adalah-orang-orang yang sangat cerdas sehingga mampu menjadi ilmuwan sekaligus penghapal Al-Qur’an. Tapi sangat jelas bahwa DULU Islam maju adalah karena banyaknya ilmuwan Islam yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dalam berbagai bidang (dan bukan karena mereka hapal Al-Qur’an). Penekanan pada hafidznya mereka akan memberikan pemahaman yang keliru tentang kemajuan Islam di jaman dahulu (dan masa akan datang).
- Dalam kasus Imam masjid di tempat Bu Bella yang begitu cerdas dan sekaligus adalah seorang hafidz SAYA YAKIN adalah karena beliau BANYAK MEMBACA BUKU-BUKU AGAMA dan bukan sekedar karena beliau hapal Al-Qur’an. Banyak penghapal Al-Qur’an yang hanya sekedar hapal tapi tidak memahami arti dan makna ayat yang ia hapal tersebut. Tanpa membac a banyak buku-buku agama maka pengetahuan seorang hafidz tidak akan beranjak. Ia hanya akan sekedar hapal tanpa kemampuan analisis dan wawasan yang luas. Ibu Bella bisa coba tanyakan pada Imam masjid tersebut buku-buku apa saja yang beliau baca sehari-hari. Beliau PASTILAH memiliki ketrampilan literasi yang tinggi (dan bukan sekedar hafidz).
- Untuk menutup pendapat saya, saya ingin bertanya : kira-kira hal apa yang bisa membuat umat Islam (atau audiens di mana saya akan berbicara) tidak sepakat sehingga akan membuatnya ‘mengundang masalah’ seperti yang Ibu Bella sampaikan? Bagi saya ini adalah sebuah fakta kebenaran sehingga saya tidak berkeberatan untuk menjelaskan hal ini berulang-ulang (meski ada yang tidak terima atau tersinggung) karena hal ini bukanlah masalah personal dan juga bukan berarti merendahkan atau mencaci-maki para penghapal Al-Qur’an. Ini sekedar fakta nyata berdasarkan sejarah Islam itu sendiri.
Tapi jika menyampaikan pernyataan “LITERASI adalah kunci kejayaan Islam (dan bukan karena banyaknya para penghafal Al-Qur’an, umpamanya)” akan membuat Ibu Bella merasa bersalah atau kuatir ada yang tersinggung maka saya bersedia untuk membahasnya.
Sekian, selamat berpuasa, dan terima kasih atas tanggapannya atas pendapat saya yang dhoif ini.
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Menurut sy ada hubungan yg jelas antara menghafal Al Quran dg ilmuwan besar. Seorang hafidz Quran berpeluang sangat besar utk menjadi orang yg bertakwa. Seorang hafidz akan terus menerus setiap hari mengulang2 hafalannya, biasanya 3 juz per hari. Menurut hadits, 1 huruf dibaca diganjar dg 10 kebaikan/pahala. Dan kebaikan itu dapat menghapuskan dosa (surat 11 Hud ayat 114). Dan coba lihat di ujung surat 2 Al Baqarah ayat 282, bertakwalah kpd Allah, Allah akan mengajarkan kalian, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Jadi kalau seorang hafidz yg bertakwa sekaligus menjadi peneliti atau ilmuwan, maka Allah yg Maha Mengetahui yg langsung mengajarkannya dalam menghadapi setiap kesulitan. Ini sesuai pula dg surat 65 Ath Thalaq ayat 2, barang siapa bertakwa kpd Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar (dari tiap kesulitan). Bisa kita bayangkan menjadi peneliti akan banyak menghadapi kesulitan, sering kali harus memiliki ide cemerlang yg belum pernah dipikirkan atau diterapkan oleh ilmuwan lainnya. Disinilah hubungannya, Allah Yg Maha Mengetahui akan memberikan ilham/ide cemerlang kpd ilmuwan2 Islam yg bertakwa, sehingga dpt menjadi ilmuwan besar spt Avicenna. Selain itu, seorang yg menjadi hafidz Quran, sdh terbukti memiliki kemampuan menghafal yang bagus, memiliki disiplin tinggi dan sikap pantang menyerah (tanpa itu semua rasanya tdk mungkin dpt menghafal 30juz dg mutqin/kuat melekat hafal diluar kepala). Itu semua juga menjadi modal besar utk jadi ilmuwan.
Masyaa Allah …. Ya Robb jadikan anak keturunan kami hafidz AlQur’an dan orang berilmu yang mengamalkan, menyampaikan ilmunya untuk kebaikan aamiin