Saya ketinggalan pesawat lagi (sudah yang kesekian kalinya). Kali ini dari Surabaya ke Bandung.
Seperti biasanya setelah check-in saya langsung masuk lounge untuk mengudap ini dan itu. Eman-eman kartuku kalau gak kupakai. Lha wong dasarnya saya orang yang gak mau rugi tak iya. 😄
Pesawat saya mestinya berangkat jam 09:25 tapi kemudian ada pengumuman bahwa pesawat ditunda sampai jam 10:10. Kali ini saya comot tahu dan tempe beserta petisnya sambil meneruskan guyon di FB dengan Cak Ahmad Rizali. Arek iki pancen megelno ati… 😄
Jam 10:30 belum ada panggilan dan saya melihat papan pengumuman di layar lounge Blue Sky. Lha kok disitu tertera ‘departed‘….“Seribu topan badai…!” seru saya menirukan makian Kapten Haddock. Saya lari menuju Pintu 7, disuruh ke Pintu 8, dan ternyata pesawat saya memang sudah berangkat… Matek kon…! 🙁
Saya kemudian diminta untuk mengikuti petugas Lion yang kemudian berusaha mencarikan saya pesawat Lion lain yang berangkat ke Bandung hari ini juga. Ternyata semua penuh…! 😟
Ia lalu mengajak saya ke kantor Sriwijaya di sebelahnya Ternyata tinggal ada satu tiket bisnis seharga 1,8 jeti. Haah…! Sing bener ae rek! Bayarane wong ngarit gak sampek semono…
Kami mencoba ke Citilink tapi ternyata juga penuh. Ambleg…! 🙁
Saya lalu diminta untuk masuk ke kantor Lion satunya (semacam headquartersnya) dan diminta menunggu.
Lima menit kemudian seorang petugas Lion wanita datang dan bilang bahwa mereka punya SATU kursi kosong tersisa dengan harga 1,3 juta. Ini semacam skak ster. Kalau gak mati ya sternya kenak.
Saya lalu mencoba untuk menawar dan bilang bahwa ini bukan sepenuhnya salah saya. Lion yang delay dan tidak memanggil nama saya setelahnya. 😏 Si petugas bilang bahwa ia akan bicara pada pimpinannya dan mudah-mudahan saya bisa dapat diskon. Saya tanya berapa kemungkinan diskonnya dan dijawab biasanya 50%. Saya menarik napas panjang. Bagaimana pun saya harus berangkat. Besok pagi saya harus mengisi acara Workshop Literasi di Bandung Barat dan saya sudah pesan kamar hotel di Pasteur.
“Go, ask your boss.” kata saya padanya. Saya lalu memberinya senyum saya yang paling manis dan biasanya hanya saya keluarkan pada saat-saat genting seperti ini.
Tidak lama kemudian si petugas kembali pada saya. Ia lalu duduk di depan saya dan berkata… (cut)
Bagaimana akhir dari drama berjudul “Kepancal Pesawat Maneh” ini…?!
Nantikanlah seri berikutnya…
Eng…ing…eng…! 😄