Pada 12 Nopember 1987, restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) buka pertama kali di China. Lokasi yang dipilih juga sangat strategis, di sisi selatan Gerbang Tiananmen, tidak jauh dari potret raksasa Ketua Mao Zedong, sang pendiri negara komunis ini. Akhirnya globalisasi berhasil menembus negara Tirai Bambu ini. (KFC telah buka di Indonesia lebih dahulu pada tahun 1979 di jalan Melawai Jakarta).
Restoran KFC ini tiga lantai dan bisa menampung 500 pengunjung sekaligus, yang terbesar di dunia pada saat itu. Pada hari pembukaan, tiga ribuan warga China antre lebih dari dua jam di depan pintu masuk pingin merasakan ayam goreng KFC, makanan Barat, yang pertama kali dalam hidup mereka. Saat itu musim dingin yang menggigit tapi mereka berdandan rapi dan formal seperti hendak menonton konser opera. Mereka duduk sabar di meja masing-masing mengira pelayan akan datang melayani dan memberi sumpit. Demi pengalaman sensasional in mereka rela membayar harga yang tidak murah, 7 yuan untuk satu porsi, ketika gaji bulanan rata-rata warga Beijing masih di kisaran 100 yuan (7% dari gaji mereka. Kalau gaji rata-rata warga Surabaya sekitar 2 juta rupiah berarti harganya 140 ribu rupiah se porsi).
Tidak lama setelah pembukaan gerai perdana itu, ratusan gerai KFC bermunculan di kota-kota di seluruh penjuru China, bak katak di musim hujan. Ini sungguh mustahil dibayangkan akan terjadi 10 tahun sebelumnya ketika China masih diselimuti ingar-bingar Revolusi Kebudayaan. Pada masa sebelum itu (ketika Mao Zedong menjadi pemimpin di China) kehidupan semacam itu dikecam dan dianggap sebagai jalan sesat kapitalisme, pemujaan asing, atau pengkhianatan negara. Tapi setelah Mao Zedong, Deng Xiaoping mengunjungi Amerika Serikat di tahun 1979 ketika masa Jimmy Carter. Deng melakukan kunjungan tersebut dalam kapasitas resminya sebagai Wakil Ketua Partai Komunis Tiongkok . Kunjungan itu membuatnya dikecam oleh Maois. Maois Amerika Bob Avakian, bersama dengan kelompoknya Partai Komunis Revolusioner, AS , memprotes Deng di Gedung Putih dan mencela dia sebagai “antek kapitalis”. Ia bahkan mau dibunuh ketika sedang berjalan ke podium untuk berbicara. Kunjungannya ini membuat Deng terbuka pikirannya. Ketika ia menjadi pemimpin tertinggi China ia kemudian mengijinkan sejumlah metode kapitalisme diadopsi dalam sosialisme China.
Apakah China sudah menjadi negara kapitalis? China menyebut sistem baru ini sebagai “sosialisme berkarakteristik Tiongkok”. Bagi Deng tidak masalah jika cara-cara ekonomi kapitalis dijalankan di dalam negara sosialis karena tujuan sosialisme adalah untuk MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT, bukan untuk membuat semua orang setara dalam kemiskinan dan penderitaan. Ia punya ucapan yang sangat terkenal, yaitu “Tidak peduli kucing kuning atau kucing hitam, asalkan bisa menangkap tikus, maka itu kucing yang bagus.”
Pada tahun 2002 China menjadi anggota WTO (Indonesia sudah lebih dulu yaitu pada tahun 1995). Pada tahun 2008 menjadi tuan rumah Olimpiade (Presiden Jokowi menyatakan Indonesia siap menjadi tuan rumah Olimpiade pada tahun 2036 nanti. Jadi masih belasan tahun lagi). Pada tahun 2012 China menyalip Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Tak sampai pertengahan abad ini China diramal akan menggeser Amerika Serikat sebagai jawara ekonomi dunia. 😎
China berawal dari salah satu negara termiskin di dunia yang namanya identik dengan kelaparan dan keterbelakangan dan kini berbalik menjadi negara pemberi utang terbesar bagi Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. China bahkan digadang-gadang menjadi penyelamat Eropa yang dililit krisis utang. Naga itu telah bangun dari tidur panjangnya. Naga yang masih mengaku komunis tapi gaya hidupnya sudah kapitalis. 😁
Indonesia sudah lebih dulu menyerap globalisasi (dan kapitalisme) ketimbang China, tapi mengapa kita tertinggal jauh di belakang China kini? Apakah kita tidak punya kucing lokal yang bisa menangkap tikus selihai kucingnya Deng? 😁
(Kisah diambil dari buku “Kita dan Mereka” Agustinus Wibowo Bab 11 : Globalisasi)
Surabaya, 21 Maret 2024
Satria Dharma
https://satriadharma.com/