Mengapa saya yang terkena Covid 19…?! 🤔
Ya, mengapa tidak…?! 😁 Saya adalah orang yang sangat tepat untuk terkena penyakit ini. Saya punya semua alasan untuk terkena Covid 19 ini. Sama seperti Dahlan Iskan, Syeh Ali Jaber, Anies Baswedan, Tung Desem Waringin, Budi Karya, Airlangga Hartarto, Ary Ginanjar, Aa’ Gym, Bu Samsinar, Wagimin, Tumiran (tiga nama terakhir adalah karangan saya belaka). Orang-orang yang saya sebut di atas adalah orang-orang yang telah menjaga protokol kesehatan dengan sungguh-sungguh dan bahkan terus menerus mengajak masyarakat untuk tidak tertular dengan tetap menjaga protokol keseahatan. Faktanya mereka toh tetap terkena…! 😎
Lha saya ini punya privilege dan kesaktimadragunaan apa kok bisa luput dari Covid 19…?! Kehati-hatian saya jelas masih di bawah mereka yang saya sebutkan di atas. Banyak orang yang jauh lebih berhati-hati, lebih muda, lebih fit, lebih protektif, lebih sehat walafiat, lebih cantik istrinya, lebih besar nomor sepatunya, lebih gondrong rambutnya, dll toh ya waktunya kena ya kena juga. 😂
Jadi kalau saya ditanya sampeyan kok bisa kena Covid 19 saya malah bingung. Emang orang seganteng, sepintar, seramah, sealim, sekeren, seperti saya tidak bisa kena ya…?! Itu ada tertulis di buku mana….?! 😎
Jadi saya menerima fakta terkena Covid19 dengan senang-senang saja. Itu tandanya Tuhan sayang sama saya. Bukan karena mau menghukum saya. Kalau Tuhan mau menghukum saya maka saya jelas diberi jenis Covid yang lebih tinggi, entah Covid 21, 23, atau 64. Faktanya kan cuma diberi Covid 19 sama dengan Ary Ginanjar, Dahlan Iskan, Syeh Ali Jaber, Aa’Gym, dan Tung Desem Waringin. Tidak lebih dan tidak kurang. 😁
Sebetulnya ada banyak rasa syukur yang membanjiri hati saya selama sakit ini. Kalau saya sampaikan maka itu mungkin akan membuat orang lain iri. Dan mereka memang pantas iri kalau tahu betapa banyaknya kelebihan, kemudahan, karunia, dan hikmah yang diberikan oleh Tuhan pada saya selama sakit ini. 😎
Selama saya sakit saya sepenuhnya dirawat oleh istri saya dengan penuh rasa kasih sayang dan kelembutan yang rasanya membuat saya lupa bahwa saya ini sakit. Kadang saya berkhayal bahwa saya sedang rekreasi di pantai ditemani istri… 😎 Istri saya merawat saya benar-benar 24/7. Tak ada pasien di RS mana pun yang bisa mendapatkan keistimewaan semacam ini seperti yang saya terima. Tidak perduli setinggi apa pun jabatanmu dan sepenting apa pun posisimu. Sama sekali tidak ada tampak rasa kesal atau lelah atau bosan pada ekspresi istri saya selama itu. Semua pelayanan dan perlakuannya pada saya adalah all the best and nothing but the best. Saya sampai berpikir, sebenarnya saya ini sedang sakit atau sedang di sorga ya? 😂 Nah, dari satu hal ini saja saya jelas sudah lebih beruntung ketimbang Dahlan Iskan, Syeh Ali Jaber, Anies Baswedan, Budi Karya, Airlangga Hartarto, Ary Ginanjar, Aa’Gym, dan ratusan ribu penderita Covid 19 lainnya. Mereka yang masuk rumah sakit jelas tidak akan dirawat oleh istrinya sendiri. Dan sebaik-baik perawatan di rumah sakit jelas tidak akan mungkin sebaik dirawat oleh istri sendiri. 🙏
Lalu bagaimana mungkin saya akan mengeluh pada Tuhan karena sakit ini lha wong di belakang rasa sakit saya itu rasa bahagia bertumpuk-tumpuk di belakangnya? Mungkin saja akan ada efek samping dari penyakit ini nantinya yang mungkin akan membekas pada tubuh saya sampai cukup lama atau bahkan mungkin akan menetap. Setiap orang akan mengalami dampak penyakit yang berbeda, ada yang ringan dan ada yang berat. Tapi seperti yang saya katakan, ada terlalu banyak hal-hal indah dan menyenangkan dari sakit ini yang akan lebih saya perhatikan. Lha wong gak kena Covid 19 saja jelas kesehatan, kekuatan dan stamina tubuh saya akan terus menurun. Peno iku wis tuwek, bro….! I’ve been using this body for more than 63 years. Dan itu lumayan lama lho, bro…! Sakit ini mungkin sekedar overhaul atau servis menyeluruh.
Saya banyak membaca kisah-kisah sedih dan membuat hati teriris dari para pasien yang terkena penyakit ini. Terlalu banyak kisah sedih dan mengenaskan… Saya bahkan tidak menduga bahwa Syeh Ali Jaber yang masih begitu muda, jauh lebih bugar ketimbang saya, mendapat perawatan sebaik-baiknya di RS, toh bahkan harus berpulang ketika dinyatakan sudah negatif. Beliau jelas masih punya banyak ambisi yang mau dikerjakan dalam hidupnya. Tapi Tuhan tidak memberinya kesempatan tersebut. 🙏😔
Saya memang tidak bisa membaca, menulis, berinteraksi dengan teman-teman atau dunia melalui media sosial, karena memang sangat saya batasi. Tapi apa sih kejadian di dunia luar yang begitu sangat penting sehingga harus saya ketahui dan tanggapi dalam keadaan sakit ini? Bukankah Tuhan justru memberi saya ‘break’ dari kehidupan dunia luar agar tubuh dan pikiran saya bisa lebih merasakan istirahat sejenak dari pertarungan dunia kangaow?
Dunia kangaow akan tetap dan terus bergolak. Para penyebar hoax dan kebohongan masih akan terus memproduksi fitnah dan kebohongan. Tapi kelompok orang-orang yang akan menghadapinya juga tidak akan pernah berhenti menghadapi mereka. Pertempuran masih akan tetap seru dan bahkan mungkin akan lebih seru. Batman masih akan terus menghadapi The Joker. Superman masih akan menghadapi Lex Luthor. But let them fight with all their might… I’ll take a break for a while and watch the world spin slowlier… 😁
Ada yang lucu selama ini…?! Ya.
Seorang teman lama yang tahu saya terkena Covid 19 dan tahu saya sudah mulai pulih mengirim WA ke saya. Ia minta saran pada saya kalau boleh apa saran saya agar ia tidak terkena Covid 19 selain menjaga 3M secara disiplin, jaga imun tubuh, jaga kesehatan makanan, dan asupan berbagai vitamin. Saya sebetulnya ingin tertawa berguling-guling tapi kan saya belum fit. Bisa-bisa Covidnya balik lagi lihat saya begitu heppinya. Lha wong jelas-jelas saya kena Covid 19 kok ya dia tanya apa saran saya agar dirinya tidak terkena. 🙄
Jadi saya jawab saja, “Men sana in corpore sano. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Sayangilah istri dan kedua orang tuamu. Sesungguhnya ridha Allah terletak pada ridha ke dua orang tua.” 🙏😎
Semoga saran saya cukup menginspirasinya…. 😁
Surabaya, Jum’at, 22 Januari 2021
Satria Dharma