Siang ini saya duduk di meja makan dan mencoba untuk makan sebagaimana sebelum sakit. Istri saya sudah menyediakan semangkok kecil sup iga Bu Umi kesukaan saya. Saya memandangi mangkok tersebut dengan perasaan masgul. “Di manakah dikau wahai nafsu makan…?” Mengapa semua hilang tak berbekas…?! 😔 Sampai hari ini tak satu pun menu makanan favorit saya yang mampu memggerakkan nafsu makan saya. Nafsu makan saya ditunggangi habis-habisan oleh Covid 19 dan ia belum juga bersedia melepaskannya.
Saya memasukkan sesendok sup iga Bu Umi ke mulut saya pelan-pelan dan mulai mengunyah… Tiba-tiba saya bisa merasakan kembali gurihnya sup iganya, manisnya kecapnya, dan kecutnya perasan jeruknya. Mereka bersatu menyapa indra perasa saya. Saya terkejut….! Wow…! 😳
Ternyata indra perasa saya sudah kembali siang ini dan saya bisa merasakan kembali nikmatnya sup iga Bu Umi….! Ini hanya berarti satu, THE COVID 19’S GONE….! Virus ini sudah pergi dari tubuh saya dan yang tertinggal hanyalah bekas-bekas kerusakan yang mereka tinggalkan begitu saja di tubuh saya. Tubuh saya jelas lemas tidak berdaya dihajar berhari-hari olehnya. Tapi peperangan besarnya jelas sudah lewat. Tak ada lagi dentuman-dentuman, tembakan-tembakan, dan ledakan pertempuran. Yang ada tinggal batuk-batuk kecil yang saya yakin bakal menghilang juga dalam beberapa hari ini. 🙏
Hari-hari berikutnya jelas adalah hari-hari pemulihan. Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh tubuh saya untuk pulih kembali seperti semula. Mungkin tiga, mungkin lima, mungkin tujuh hari… Biar tubuh saya saja yang memutuskannya. Tapi yang jelas saya tidak akan memburu tubuh saya untuk segara pulih. Tak ada hal sangat penting yang menunggu kesembuhan saya hadir atau terlalu sayang untuk dilewatkan. Selama lebih dari dua minggu ini dunia memberi saya privilege untuk mengistirahatkan diri. Dan saat ini, walau belum resmi, bolehlah rasanya saya menyebut diri saya sebagai seorang Survivor Covid 19. 🙏😁
Surabaya, Senin 18 Januari 2021
Satria Dharma