Dahlan Iskan kena Covid 19. Saya baca itu dari tulisannya. Saya pikir saya juga kena….
Selama dua bulan terakhir 2020 saya memang sibuk. Saya bepergian ke beberapa kota. Saya ke Balikpapan bertemu dengan keluarga besar saya di sana. Dan seperti diketahui kalau kita sudah ketemu dengan keluarga besar tiba-tiba kita merasa kebal terhadap Covid 19.
Bukankah setiap hari bersenang-senang dan bergembira ria sehingga imun tubuh kita naik pada level top?
Bukankah kita juga makan-makan enak setiap kali bertemu dengan keluarga sehingga semakin kuatlah auto imun kita.
No Covid 19 can touch us, begitu pikir kami.
Toh kami juga selalu menerapkan protokol kesehatan. Ke mana-mana pakai masker, menjaga jarak, berolahraga, tidak mendatangi kerumunan. Tapi kami sendiri memamg selalu berkerumun. 😁 Lha gimana ketemu keluarga kok tidak berkerumun.
Saya bersaudara 11 orang (tinggal 10 orang) dan ndilalah pada ngumpul semua di Balikpapan. Kami bersaudara saja sudah rame banget. Apalagi ketambahan para anak cucu. Everyday is a real party. Para istri malah punya acara maddomeng setiap malam. Tanya orang Bugis saja apa itu maddomeng. 😎
Dari Balikpapan kami berbondong-bondong menuju ke Makassar dan lanjut ke Sinjai, dan Sidrap bertemu dengan keluarga besar ayah dan ibu kami. Tentu saja ini juga melibatkan kerumunan yang lebih besar, Tentu saja kami tetap melaksanakan protocol kesehatan semaksimal yang bisa kami lakukan. 😎
Pulang dari Makassar kami ke Jakarta untuk berkenalan dengan keluarga besar Patty, pacar Yubi, yang akhirnya sepakat untuk dilamar. Untuk ini kami cukup menyewa sebuah resto di dekat hotel di mana kami tinggal. Kami membicarakan urusan pernikahan Yubi dan Patty bersama Paman dan Tante-tantenya Tentu saja kami take it for granted tak ada yang terkena Covid 19 atau pun OTG. 😁
Sepulang dari Jakarta adalah kesibukan mempersiapkan acara pernikahan yang akan dilangsungkan pada tanggal 21 Desember. Karena pandemic maka ada banyak persyaratan ini dan itu. Meski saya selalu mewanti-wanti istri saya bahwa ini hanya acara pernikahan dan bukan resepsi jadi kami tidak akan mengundang teman-teman, tapi you know my wifelah. Dia itu selalu jadi event organizer kalau ada mantu. Mantu pertama kok kayak arisan aja, katanya. Karepmu wis…! Pada akhirnya pernikahannya cukup ramai meski saya tidak mengundang teman-teman. Alhamdulilah…! Pada akhirnya kami mantu juga. 🙏😊
Selesai acara penikahan keluarga besar saya yang berdatangan dari Balikpapan tentu saja tidak ingin melewatkan acara liburan Natal dan Tahun Baru. Kami menyewa sebuah villa besar di Trawas lengkap dengan kolam renang dan juga fasilitas bulu tangkis di sebelahnya. Kami berhari-hari menikmati liburan di Trawas.
Setelah berlibur di Trawas berhari-hari apakah kami dan para keponakan merasa cukup? Tidak…! Para keponakan melanjutkan liburannya ke Jogya dan saya beserta istri memilih tinggal di padepokan kami di Madigondo. Setelah anak-anak kami puas berlibur di Jogya barulah mereka menjemput kami di Madigondo.
Tanggal 6 Januari kami kembali ke Surabaya. Tubuh saya mulai terasa sedikit meriang. Saya gunakan untuk mencuci mobil agar berkeringat. Tapi setelah itu saya merasa semakin lemas. Tanggal 7 Januari tiba-tiba saya ambruk. Tubuh saya demam dan terasa nyeri di seluruh tubuh. Saya bahkan tidak bisa menjemput Ais di bandara karena nyeri tubuh ini. Saya minum Paracetamol tapi nyeri tubuh itu timbul tenggelam. Kalau nyerinya datang saya benar-benar tidak bisa tidur. Celakanya lagi nafsu makan saya tiba-tiba menghilang. Tak ada satu pun makanan yang bisa saya telan.
Semakin nyeri rasanya kalau saya makan apa saja. Saya mulai curiga bahwa saya kena Covid 19 setelah saya juga kehilangan indra penciuman saya. Saya kena Anosmia. Padahal saya samasekali tidak pilek, hidung tidak tersumbat dan pernafasan saya lancar-lancar saja. Tapi indra penciuman saya hilang begitu saja.
Jadi selama saya sakit ini saya tidak batuk, tidak pilek, dan tidak sesak napas. Hanya demam dan nyeri tubuh yang terasa sangat menyiksa. Yang memperburuk adalah hilangnya nafsu makan saya sama sekali. Hanya potongan buah apokat dipotong kecil-kecil dicampur susu yang bisa mudah masuk. Bahkan telur setengah matang yang biasanya mudah saya konsumsi juga sulit saya telan. Padahal tenggorokan saya baik-baik saja.
Vitamin yang saya konsumsi adalah Imboost, Renovit Gold, Untuk mengurangi rasa nyeri tubuh saya rutin mengkonsumsi Mixagrip. Tapi oleh Dr. Thaha diberi Sistenol sebagai gantinya. Yufi anak saya yang sedang di Jogya berinisiatif membelikan saya obat China LianHua Qingwen Jiaonang yang harus saya makan 3 X sehari @ 4 tablet. Sampai hari ini saya sudah habis dua strip.
Mengapa saya tidak ke dokter? Kuatirnya saya benar-benar kena Covid 19 dan saya harus ngamar di rumah sakit. Di situasi seperti ini saya menghindari RS sebisa-mungkin. Lebih baik saya menganggap diri saya kena Covid 19 dan saya harus isolasi dan perawatan mandiri. Istri saya menghubungi dua dokter yang selalu kami hubungi dalam keadaan sakit, yaitu Dr. Thaha. Premier HCOS, dan Dr Susanti, mantan siswa saya di SMPN Caruban dulu.
Jadi sampai hari Rabu, 13 Januari ini saya masih juga merasakan sakit nyeri yang luar biasa ini. Kadang saya merasa terkena halusinasi. Saya merasa dalam tidur saya harus merespon semua WAG dan FB yang masuk dan semuanya berkelebat ingin tanggapan. 😠 Itu semuanya melelahkan otak saya. Padahal sejak 7 Januari yang lalu saya sudah berhenti membuka WAG dan FB. Kadang dalam hayalan saya ada sekelompok dokter dan pakar yang katanya menolak vaksin Sinovac karena benci sama China. Saya sampaikan pada mereka, “Go to hell with your opinion ” Lalu saya terbangun dengan tubuh yang sakit dan lelah.
Suatu ketika saya tertidur dan merasa terbangun di sebuah ruang konsultasi dokter, dokter ber APD lengkap menanyai saya bagaimana PERASAAAN saya. Saya menoleh kepada istri saya, memegang tangannya dengan mesra, lalu menatap mata dokter tersebut dalam-dalam.
“Begini, Dok…! Ini mungkin agak sulit dipahami oleh orang-orang yang tidak mengenal cinta sejati. Tapi 29 tahun pernikahan kami selama ini kami benar-benar MERASAKAN cinta suci dan murni yang tak tergoyahkan oleh apa pun.” Saya meremas tangan istri saya dan si dokter menatap saya dengan pandangan yang aneh. Tiba-tiba istri saya membangunkan saya karena sudah waktunya minum obat. Rupanya saya bermimpi lagi. Tapi saya jelas lebih suka bermimpi seperti ini ketimbang harus menghadapi para dokter antivaks tersebut. 😁
Apakah saya benar-benar kena Covid 19. Entahlah… Kemarin saya baru meminta seorang nakes untuk datang ke rumah untuk melakukan Test Swab PCR. Hasilnya baru keluar hari ini. Tapi saya menganggap diri saya positif Covid 19 dan semua orang di rumah saya minta untuk memperlakukan saya sebagai positif Covid 19. Ini hari pertama saya membuka komputer dan menulis. Saya menulis sedikit dan berhenti. Kalau kuat bangun lagi untuk menulis lagi. Setelah ini saya akan istrirahat lagi sampai benar-benar pulih.
Surabaya, 13 Januari 2021
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com/