Dulu saya naif banget soal permazhaban.
Seorang teman bule pernah bertanya pada saya, “Are you muslim?”. “Yes,” jawab saya spontan. “Are you Sunni or Syiah?” tanyanya lebih lanjut. Saya kaget dan tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu.
“Whaat…?! I’m just muslim, neither Sunni nor Syiah,” jawab saya.
Bagi saya dulu yang naif seorang muslim ya muslim dan tidak perlu dikategorikan Sunni atau Syiah. Tentu saja saya salah. Teman bule saya itu ternyata lebih tahu banyak tentang sejarah Islam ketimbang saya. 😱 Kalau kamu mengaku muslim maka itu tidak cukup. Kamu harus masuk salah satu kategori, entah Sunni, Syiah, Ahmadiah, atau apa lagi gitu. Itu ‘world class category’. Kalau di Indonesia pengkategoriannya lebih beragam . Kamu boleh pilih NU, Muhammadiyah, Persis, NW, FPI, DDI, HTI, dan banyak lagi. Tapi yang ini bukan madzhab tapi organisasi massa atau jamaah. Jadi secara internasional kita itu masuk dalam kategori mazhab besar, yaitu Sunni, dan setelah itu baru ditanya organisasi Islamnya mau masuk mana, NU, Muhammadiyah, Nahdlatul Wathan, FPI, atau apa. Kalau tidak ikut salah satunya berarti Anda ‘Muslim Ronin’. Tapi tolong jangan cari istilah ini di kamus. 😄
Pertanyaan, “Are you Sunni or Syiah?” sebenarnya pertanyaan yang gawat surawat. Soalnya dua madzhab ini tidak akur dan bahkan terjadi peperangan antar madzhab ini sejak dulu sampai sekarang. Jika Anda tinggal di negara-negara muslim yang sedang berperang karena perbedaan mazhab Sunni dan Syiah maka pertanyaan tersebut bisa menentukan nasibmu dan bahkan hidup dan matimu. Suriah yang makmur dan indah sekarang hancur berantakan karena perang yang didasarkan pada perbedaan mazhab ini.
Bagaimana dengan di Indonesia? Sebetulnya sama saja walau pun tidak segawat di negara-negara Islam Timur Tengah khususnya. Hampir seluruh umat Islam di Indonesia itu pengikut Sunni dan hampir tidak pernah kita temui penganut Syiah di antara kita sehingga sebenarnya tidak ada rivalitas antara kedua mazhab tersebut di Indonesia. Tapi toh permusuhan kepada Syiah juga terus dihembus-hembuskan dan Syiah juga dianggap sebagai ‘musuh Islam’.
Sekedar dipahami, banyak umat Islam Indonesia yang tidak mengakui Syiah sebagai umat Islam. Bagi mereka Syiah itu bukan Islam dan hanya mereka yang Islam. Mereka mungkin merasa punya sertifikat “Islam Asli” yang ditandatangani oleh Nabi Muhammad sedangkan yang Syiah kata mereka hanya ditandatangani oleh Ali bin Abi Thalib. Entahlah, persoalan permusuhan antar Islam ini memang sudah berlangsung belasan abad dan sampai sekarang masih juga belum akan reda. Di Indonesia pun dituduh Syiah itu berat konsekuensinya. Anies Baswedan dulu pernah dituduh Syiah karena ikut Jokowi. Sekarang ia dipeluk oleh kelompok yang pernah menuduhnya tersebut . Tentu saja stigmanya kemudian dilaundry sehingga ia terbebas dari tuduhan tersebut. Anies kinclong lagi dan kini bahkan digadang-gadang oleh kalangan penuduhnya dulu untuk jadi capres. Mantap, Bro…! 😄
Pertengkaran dan perseteruan antara mazhab Sunni dan Syiah telah berlangsung belasan abad lamanya. Dan entah kapan bisa didamaikan karena tak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya. Kayaknya semakin hari selalu ada saja tambahan kayu bakar untuk meningkatkan bara dan nyala permusuhannya. 😞
Sebagai seorang muslim saya sebetulnya sedih sekali dan iri pada umat Nasrani. Permusuhan dan perseteruan antara ‘mazhab’ Kristen dan Katholik yang dulunya juga berdarah-darah sekarang sudah usai. Mereka telah sepakat untuk mengubur kapak peperangan mereka. Ayok leren, Bro…! 🙏😊
Mereka kini bisa hidup berdampingan dengan damai setelah sepakat untuk tidak sepakat. Artinya mereka telah sepakat untuk menyatakan ‘Lakum dinukum waliyadin’, agamamu untukmu dan agamaku untukku. Apa yang benar menurutmu ya silakan lakukan dan saya akan lakukan apa yang benar menurut saya. Mereka tidak pernah lagi mau terjebak untuk berdebat, apalagi bertengkar dan bermusuhan, soal agama atau ‘mazhab’ mana yang benar di antara keduanya. Mereka kini lebih suka untuk berfastabikhul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan. Bahkan hasrat mereka untuk menambah umat seperti di zaman abad-abad yang lampau pun sudah redup. Mungkin mereka berpikir bahwa ngopeni umat yang ada pun sudah bikin para ulama mereka kewalahan. Jadi ngapain juga mau nambah umat. Kalau Felix Siauw dan Ignatius Yohanes, yang katanya anak Kardinal itu, mau pindah agama ya silakan saja. Kalau ada mualaf yang ngaku ditawari 100 M untuk balik ke agama lamanya ngakak aja diam-diam. 😂
Kembali ke judul…
Sunni dan Syiah, mazhab mana di antara mereka yang benar?
Beberapa waktu yang lalu saya Jum’atan di Masjid Al-Falah, masjid kesayangan saya dulu. Sekarang masjid ini semakin miring ke kanan dan membuat saya jadi merasa asing. Di masjid tersebut saya temui pamflet Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh masjid tersebut minggu depan. Yang membuat saya trenyuh dan pengen nangis adalah tabligh tersebut diisi oleh pembicara bernama Dr. Haikal Hasan, Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta. Judulnya? MUSUH-MUSUH ISLAM….! Ya, Allah…! Umat Islam, utamanya jamaah Al-Falah yang moderat dan keren dulu itu sekarang kok diajari bermusuhan dengan umat Islam Syiah toh…! Senengane kok gegeran ae sih awakmu iku? Wis tuwek kok yo sik ganas sih? Apakah umat Islam itu tidak bisa bikin tema yang agak damai seperti : TEMAN-TEMAN ISLAM, Keindahan Ajaran Islam Menurut Umat Lain, Menuju Rekonsiliasi Umat Islam Dunia, Mari Persatukan Umat Islam Sedunia, Iqra’: Misteri di Balik Perintah Tuhan 14 Abad yang lalu, atau apa kek! (judul terakhir itu pesan sponsor. Itu judul yang selalu saya tawarkan pada presentasi literasi saya di mana-mana. Kalau mau saya bersedia untuk diundang ke mana saja. Harga pertemanan, eh! gratis full. Sumprit…!) 😎
Mbok ya kita belajar sama senior kita…
Mereka itu sudah sama babak belurnya dengan kita soal perseteruan memperebutkan kebenaran ‘aqidah’ tapi mereka sudah sadar bahwa ‘rebut bener’ soal aqidah itu sungguh konyol. Jadi mereka kemudian mempraktekkan ‘Lakum dinukum waliyadin’ dan dilanjut ke ‘Fastabikhul khairat’.
Lha kita kapan…?! 🙏😄
Madigondo, 5 Juli 2020