Ketika kami memutuskan jalan-jalan ke Laos minggu lalu saya pikir akan telah menyelesaikan semua perjalanan ke semua negara ASEAN. Laos adalah negara ASEAN ke 10 yang saya kunjungi setelah sebelumnya kami mengunjungi Filipina dan Myanmar. Cita-cita saya memang bisa mengunjungi semua negara ASEAN dan setahu saya negara ASEAN hanya 10 jumlahnya. Tapi oleh Pak Gatot HP, Direktur SEAMEO, saya diberitahu bahwa sekarang anggota ASEAN bukan 10 negara tapi sudah 11…! Weladalah …! 😄 Negara terakhir yang baru masuk adalah Timor Leste. Wah, berarti saya harus masuk dan mengunjungi Timor Leste juga dong, pikir saya dalam hati. 😄
Jadi begitulah… Setelah sampai di Surabaya saya segera browsing perjalanan ke Timor Leste. Ternyata jauh lebih mudah dan murah daripada ke Myanmar atau Laos. Tentu saja karena jaraknya kan juga lebih dekat. Kalau begitu ya ayolah…! 😄 Saya segera menyusun itinerary.
Ada beberapa alternatif bagi kami kalau mau ke Timor Leste, yaitu:
1. Jalur udara langsung Surabaya – Dili. Biayanya dua jutaan lebih. Tapi ini kurang asyik karena tidak ada perjalanan daratnya. Kurang greget.😄
2. āJalur udara Surabaya – Atambua lalu disambung jalan darat selama 3 jam dari Atambua ke Dili. Hmmm…kayaknya cocok untuk orang seusia kami nih! Naik pesawat tapi ada jalan daratnya sedikit.😄
3. āJalur udara Surabaya – Kupang lalu disambung dengan jalan darat 12 jam ke Dili keesokan harinya. Wah, ini menantang! Jadi ingat perjalanan kami selama di Myanmar dan Laos yang banyak jalan darat.😄
4. āJalur udara Surabaya – Kupang lalu disambung dengan penerbangan Kupang – Dili esoknya. Netnot…! Tidak ada penerbangan langsung dari Kupang ke Dili. Yang ada balik transit dulu ke Denpasar lalu ke Maumere dan Waikabubak, alias putar balik dengan jarak yang lebih jauh dan biaya lebih mahal. Jadi alternati ke empat ini langsung dicoret. 😄
Jadi yang mana yang kami pilih? Kami akhirnya memutuskan untuk terbang dulu ke Kupang, NTT, menginap sehari di Kupang, esok paginya terbang lagi dari Kupang ke Atambua, perbatasan Timor Barat, dan dari sana baru jalan darat 3 jam ke Dili. Lumayanlah ada perjalanan daratnya selama tiga jam. 😄 Saya sdh tanya-tanya transportasi daratnya dan sudah dapat no kontak Timor Travel di Atambua. Biayanya USD 15/orang. Di Dili mata uang yang berlaku memang USD. Rupiah gak payu. 😄
DAY 1 : KUPANG
Siang ini kami berangkat ke Kupang naik Sriwijaya dengan biaya kurang dari 600 ribu/orang. Sungguh murah kalau dibandingkan dengan penerbangan di Laos. Kami berangkat dari Juanda jam 11:30 dan tiba di Bandara El-Tari, Kupang pada jam 14:30. Perjalanan dua jam tidak terasa karena saya tidur saja.
Saya sudah booking hotel via Traveloka dan memilih Hotel Neo El-Tari Aston. Alhamdulillah pilihan saya tepat. Ini hotel baru yang bukan hanya luas kamarnya tapi juga bagus dan nyaman.
Sesampai di hotel kami lalu mencari mobil hotel sewaan untuk mengantar kami keliling kota Kupang yang indah ini. Terus terang kami merasa senang bisa datang ke kota Kupang yang tampak jauh lebih indah dan subur ketimbang kota-kota di Laos yang barusan kami kunjungi. Padahal selama ini kita diberi kesan bahwa daerah-daerah di NTT itu kering dan tandus. Tapi setelah datang ke Laos saya bisa katakan bahwa Kupang itu jauh lebih subur dan sejuk ketimbang kota-kota di Laos. 😊
Dengan mobil sewaan dari hotel (yang tidak saya tanyakan berapa sewanya untuk kami pakai beberapa jam tersebut) kami lalu berkeliling kota Kupang. Tempat pertama yang kami datangi adalah Pantai Lasiana yang lokasinya di sebelah timur pusat kota Kupang. Jaraknya sekitar 12 kilometer dan berada di Kecamatan Kelapa Lima dan Kelurahan Lasiana. Kami tiba sekitar jam 4 sore dan tidak ada orang lain selain kami yang datang. Pantai ini memiliki air yang tenang dengan pasir putih yang menyenangkan. Kami hanya menikmati pemandangan laut dan sekitar pantai sebentar dan tidak sempat menikmati es kelapa muda, pisang bakar, dan juga jagung bakar yang dijual di warung pinggir pantai. Sewaktu kami akan meninggalkan pantai ini datang satu bis penuh pengunjung.
Air Terjun Oenesu
Setelah dari pantai kami lalu meminta Pak Nichols, sopir kami, untuk menuju ke Air Terjun Oenesu. Ini adalah air terjun yang terkenal di Kupang. Air terjun Oenesu ini jaraknya hanya sekitar 17 kilometer dari kota Kupang.
Katanya keunikan air terjun ini adalah adanya batuan yang penampakannya seperti mulut gorila dan singa. Daerah ini penuh dengan pepohonan yang membuat kawasan ini selalu sejuk.
Untuk masuk ke lokasi air terjun ini pengunjung dikenai tiket masuk hanya seharga Rp 5.000,- Waktu kami sampai di sana suasananya sangat sepi dan kembali hanya kami berdua yang ada di lokasi air terjun tersebut. Sungguh terasa sangat menyenangkan seolah air terjun tersebut hanya milik kami berdua.😄
CAFE SUNSET
Setelah dari Air Terjun Oenesu kami lalu diajak ke sebuah lokasi tempat nongkrong anak-anak muda pada waktu sore hari, yaitu sebuah kafe yang terletak di tepi pantai dan tempatnya tinggi. Saya lupa menanyakan apa nama kafenya. Dari sini kita bisa melihat pemandangan pelabuhan di bawah dan matahari tenggelam di balik bukit. Sungguh indah…! 👍🙏
Satu hal yang saya inginkan sebelum kembali ke hotel adalah makan ikan bakar. Kupang ini dikelilingi oleh pantai dan penduduknya banyak nelayan. Jadi hasil ikannya melimpah dan ikan berbagai jenis bahkan dijual di pinggir jalan. Orang-orang menjajakan ikan laut tangkapannya di pinggir-pinggir jalan. Artinya hasil laut benar-benar berlimpah. Bagi kami penggemar makan ikan bakar ini adalah paradiso. 😄 Kami lalu dibawa ke Kampung Solor di mana sebuah jalanan ditutup pada sore hari dan diisi dengan warung-warung penjual seafood sepanjang seratus meter. Kita tinggal pilih ikan, udang, kerang yang tersedia dan akan dibakar atau digoreng sesuai selera kita. Harganya termasuk murah, yaitu Rp. 80.000,- untuk seekor ikan yang lumayan besar dan Rp. 40.000,- untuk 3 ekor udang laut. Kami makan ikan dan udang sepuasnya sore itu.
Sebelum balik ke hotel kami sempatkan utk membeli oleh-oleh khas Kupang, yaitu daging asap Sei dan kaos bertuliskan #KUPANG.
Sampai besok di Atambua.
Selasa, 17 April 2018