Semua orang mengatakan bahwa pendidikan itu sangat penting. Tidak peduli bangsa dan negara mana pun. Dan semua juga sepakat bahwa guru adalah elemen paling penting dalam pendidikan meski pun materi dan metode pembelajaran sudah berubah sangat drastis belakangan ini. Peran guru tetap tidak tergantikan. Tapi mungkin kita tidak menyadari bahwa hanya guru yang merdeka yang bisa mengubah wajah pendidikan. Guru haruslah merdeka baik dalam berpikir, bersikap, mau pun dalam bertindak. Guru yang tidak merdeka dalam berpikir, bersikap, dan bertindak pada hakikatnya adalah robot belaka. 😕
Guru Indonesia pada hakikatnya masih belum merdeka dalam berpikir, bersikap, mau pun dalam bertindak. Mereka masih belum memiliki pemikiran sendiri, alih-alih memiliki sikap dan tindakan yang merdeka. Mereka belum memiliki pemikiran orisinal mereka sendiri dan hanya mengikuti pemikiran yang dicekokkan pada mereka dari pimpinan atau atasan mereka, para birokrat pendidikan. Guru-guru Indonesia memang tampaknya sengaja didesain utk tidak memiliki pemikiran mereka sendiri dan sengaja dibentuk agar tidak memiliki pemikiran yang merdeka dan berdaulat. Tanpa pemikiran yang merdeka, rasional, dan kritis maka pada hakikatnya yang kita miliki di sekolah-sekolah kita bukanlah guru. And I must blame the government for this, nothing less. Pemerintah memang tidak pernah berpikir utk menjadikan para guru Indonesia menjadi sosok-sosok yang merdeka, rasional, kritis, dan mampu menjadi inspirator bagi para siswa-siswanya di kelas. Pemerintah lebih suka dan terus menerus mendorong agar guru sekedar menjadi pelaksana tugas dari aparat dan birokrat pendidikan. Para guru didesain hanya bertugas untuk menjalankan titah kurikulum baku yang jelas-jelas tidak akan membawa pada pencerahan siswa. Pemerintah tidak peduli pada pembangunan jiwa dan mental para guru. Yang artinya sebenarnya pemerintah tidak peduli dan tidak punya visi dalam pembangunan pendidikan bangsa.
Sebentar…. saya mau tarik napas dulu biar tidak keterusan nyinyir sama pemerintah khususnya pada Kemendikbud. Let me put a smile in my face. 😄
Sebelumnya saya mau sampaikan pada siapa saja yang merasa perlu membela diri dari sentilan saya ini. You don’t need to. 😊 Simpan saja mekanisme pembelaan diri Anda dan mari kita mencari solusinya saja bersama-sama. Akan sangat bagus bila kita bisa duduk bersama dan mendiskusikan bagaimana caranya agar para guru kita yang kita harapkan agar membawa pendidikan menjadi cemerlang dapat kita ajak bersama-sama memerdekakan diri mereka sendiri. Pemerintah jelas tidak akan mampu membuat mereka berpikir, bersikap, dan bertindak merdeka jika dalam faktanya justru pemerintahlah yang membuat mereka terkerdilkan dan terrobotkan. (nice word, eh?) 😊
Pemerintahlah yang pertama-tama harus mengubah dirinya menjadi lembaga yang benar-benar serius berupaya untuk mendorong para guru agar menjadi sosok yang merdeka, rasional, kritis, dan bertanggung jawab pada tugas mereka sebagai guru.
Di pagi yang cerah ini saya hendak berbagi dengan sesama guru (meski saya sudah pensiun) yang mau menjadi guru yang merdeka. Jika Anda tidak merdeka minimal dalam berpikir dan bersikap maka sebenarnya Anda telah menjadikan diri Anda sebagai robot dan pelayan. Padahal Anda adalah sosok yang sangat penting dalam tugas pembangunan bangsa ini. Jadi sebelum menginspirasi siswa Anda pertama-tama Anda harus memerdekakan cara berpikir Anda. 🙏
Untuk merdeka dalam berpikir maka Anda harus punya pemikiran sendiri yang orisinal dan bukan sekadar mengutip kata-kata atasan Anda apalagi pendapat dari Dinas Pendidikan. Biar pun kalimat Anda mungkin kurang keren tapi kalau itu datang dari kepala Anda sendiri maka itu lebih berharga. 😊 Tapi tentu Anda sebagai guru haruslah bisa memiliki kata-kata dan pendapat yang jauh lebih bernas dan berbobot ketimbang para aparat dan birokrat di Dinas Pendidikan. Ingat bahwa Andalah yang guru, yang diharapkan menjadikan para siswa di kelas Anda menjadi pemimpin bangsa, dan bukan para aparat dan birokrat tersebut. Tugas mereka adalah membantu Anda menjadi motor penggerak perubahan bangsa melalui kelas-kelas yang Anda ajar. Bukan sebaliknya Anda yang mengerjakan tugas para birokrat tersebut. Itu terbalik namanya. 😄
Itulah sebabnya saya selalu katakan agar guru itu TIDAK PERNAH BERHENTI BELAJAR. Ingat, belajar itu bukan berarti sekolah lagi mengambil S-2 atau semacamnya. Meski pun Anda kuliah lagi tapi kalau cara berpikir, sikap, dan tindakan Anda masih terbelenggu dan tidak merdeka maka sebetulnya Anda tidak belajar apa-apa. You just waste your time and money. 🙏😊
Setiap guru harus terus belajar dengan tidak pernah berhenti membaca buku. Lha wong kalau Anda ikut S2 juga tugasnya membaca buku, itu pun buku-buku yang harus dibaca ditetapkan oleh dosennya. 😄
Sebagai guru saya anjurkan Anda utk meluangkan waktu sekitar 30 menit setiap hari untuk membaca buku tentang apa saja yang menarik minat Anda dan mencerdaskan pemikiran Anda. Lakukan itu 10 menit di pagi hari. 10 menit di siang hari ketika Anda berada di ruang guru, dan 10 menit lagi ketika berada di rumah sebelum tidur. Seorang guru perlu banyak membaca dan membaca banyak (bingung ya?). 😄 Dengan membaca 30 menit sehari sebenarnya Anda sudah BANYAK MEMBACA (Percayalah! Saat ini amat sangat jarang ada guru yang bisa membaca buku selama 30 menit sehari. Go belong to the very few). Jika Anda memiliki minat yang luas dalam membaca dan tidak membatasi hanya pada satu bidang keilmuan saja maka Anda akan bisa MEMBACA BANYAK. Anda bukan hanya akan jadi sosok yang bukan hanya memiliki pemikiran yang dalam tapi sekaligus luas. 🙏
Dan jika Anda bisa menjadi sosok guru yang BANYAK MEMBACA DAN MEMBACA BANYAK maka tidak bisa tidak, inevitably, Anda akan menjadi GURU YANG MERDEKA. Itu akan otomatis saja. 🙏😊
Surabaya, 2 April 2018