– Bahkan tokoh seperti Jaya suprana, (kurang literate apa tokoh yang satu ini?) sering menganggap negatif ucapan-ucapan Ahok yang memang sering “kurang pantas”.
Peristiwa Almaidah mungkin adalah ujian bagi Ahok tentang kesiapannya menata ulang ucapan agar lebih rapi dan tidak membuat keadaan menjadi blunder. (Mampuono)– Mas Mampuono Rasyidin Tomoredjo, sedulurku yang cerdas, ini bukan soal Ahok. Ini soal kita sebagai umat Islam. Coba geser sedikit perspektif Anda. Siapa saja orang tahu bahwa Ahok memang tempramental dan kata-katanya bisa tajam dan kasar (begitu juga Bu Risma sesekali). Itu adalah masalah Ahok yang harus ia selesaikan sendiri. Ia harus belajar keras utk tampil dengan lebih santun. Kalau dia tidak mau belajar ya terima resikonya. But it’s not about him.
Saya peduli pada wajah Islam yg kita tampilkan sehari-hari. Apakah kita menganggap umat Islam (apalagi kalau itu muncul dari anggota MUI yang seharusnya adalah kumpulan para alim ulama belaka) yg menyatakan, “Kalau di Pakistan dan India Ahok sdh dibunuh.” sebagai hal yang wajar-wajar saja? Ya, Allah! Ini ucapan yg sangat intimidatif dan bengis. 😢 Untuk hal kecil sebegitu saja umat Islam akan membunuh?
Lantas di mana wajah Islam yg rahmatan lil alamin yang selama ini kita gembar-gemborkan? 😢 Apakah itu hanya promosi ttg agama yg sungguh tidak sesuai dengan kenyataannya?
Soal literasi, Mas Mampuono, tolong jangan salah perspektif dalam melihat ini. Lihatlah dari perspektif gambaran umat Islam yg hendak kita ajak menjadi cerdas dengan gerakan literasi yang kita usung ke mana-mana yang berbasiskan perintah Iqra tersebut. Jika dalam soal kecil (sungguh kecil arti dari pernyataan Ahok itu jika mau dianggap sebagai penghinaan pada agama Islam) saja kita tidak bisa menampilkan wajah Islam yang sejuk, damai, dan pemaaf, maka menurut saya ini adalah kemunduran mental umat. We never learn yet and we refuse to learn. It’s really sad. Apakah kita mau mengerahkan umat untuk sekedar ‘mengalahkan’ Ahok dengan konsekuensi dan taruhan moral umat Islam? Sungguh tidak sebanding. Kapan kita mau belajar bersikap sebagai umat yg bersikap dewasa dan berjiwa besar? Mau memenangkan hal remeh dengan mengorbankan wajah Islam yang rahmatan lil alamin? Saya menolak. Not worth it at all.
Please, always look it at a broader perspective meski pun dalam tindakan kita harus lokal dan terfokus.
Pertanyaan utk kita adalah apakah kita akan turut dalam barisan pengompor umat yg pemarah dan berprilaku bengis atau mau ikut dalam upaya utk mendidik mereka utk belajar berpikir kritis, berpandangan jauh, berprilaku akhlakul karimah, dan pada akhirnya akan benar-benar menjadikan agama Islam sebagai tuntunan hidup yg rahmatan lil alamin? Yang manakah sebenarnya yang menjadi visi kita?
Saya berharap banyak pada guru-guru IGI, utamanya pada sosok kritis macam Mas Mampuono Rasyidin Tomoredjo. You should become a model for the others.
Saya berharap banyak pada guru-guru cerdas macam Anda, Mas Mampu. It’s not about Ahok, Mas. Forget Ahok. It’s about a better Indonesia we are trying to build together.
Kangmasmu
Satria Dharma
Surabaya, 11 Oktober 2016