Istri saya beberapa waktu ini sedang menganut sebuah aliran kepercayaan baru. Namanya Ketofastosis. Itu adalah sebuah aliran kepercayaan di bidang diet yang baru. Ini gabungan antara diet Ketosis dan fasting (puasa). Diet ini ajaib dan luar biasa, demikian promosi istri saya selalu dengan bersemangat. Diet jenis ini bukan hanya membuat kita langsing, tapi juga sehat dan menyembuhkan berbagai penyakit sekaligus. Diet ini justru membolehkan kita mengonsumsi lemak dan daging. Dalam diet ini kita dianjurkan untuk menyantap menu makanan yang berbanding terbalik dengan pola diet pada umumnya seperti menjauhi lemak. Dengan diet ketofastosis ini penganutnya justru sangat direkomendasikan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung lemak sekitar 80 persen. Penganutnya harus mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan kolesterol dan juga lemak. Yang pantang adalah karbo, gula, dan tepung, itu yang saya dengar dari istri saya.
Ia lalu akan menceritakan beberapa orang yang semula sudah divonis usianya tinggal beberapa saat tapi setelah ikut diet ini justru sembuh dan hidup berbahagia sebagai manusia normal lainnya. Pokoknya ini sebuah aliran kepercayaan baru yang sangat mengagumkan bagi istri saya. Dia sudah mengikuti ritual diet ini selama setahun lebih dan ia terus mempromosikan betapa bermanfaatnya kepercayaannya itu pada semua keluarga dan teman-temannya. Untuk diet kegemukan tidak ada yang mengalahkan Ketofastosis katanya. Kita bisa turun berat badan dengan cepat tanpa komplikasi dan semakin sehat, promosinya selalu. Istri saya mah memang selalu langsing dan akhirnya malah tampak kurus setelah ikut aliran diet baru ini. Dan ia sangat senang dan bangga dengan hasil dietnya tersebut. Ia penganut kepercayaan Ketofastosis sejati. Boleh dikata hari-harinya diisi dengan percakapan dan diskusi tentang ritual kepercayaan barunya ini. Ia bahkan punya beberapa grup WA khusus para penganut kepercayaan diet baru ini. Benar-benar seperti WA grup pengajian dan yang dikaji sehari-hari adalah tentang diet ini. 😄
Apakah istri saya juga berupaya untuk menarik saya ‘bersyahadat’ pada kepercayaan barunya ini dan ‘berbaiat’ padanya? Tentu saja. 😄
Berbagai cara ia lakukan agar saya tertarik untuk mengikuti jejaknya menjadi penganut kepercayaan Ketofastosis ini. Sayangnya saya belum mendapatkan ‘hidayah’ untuk berbaiat pada kepercayaan baru ini. Saya merasa tidak membutuhkan sebuah kepercayaan diet aliran mana pun. I feel good without any diet cult. 😄 Dulunya istri saya ikut aliran “Food Combining” beberapa lama tapi kemudian berhenti. Saya juga tidak ikut aliran tersebut. Saya ikut aliran “Food Oplos” alias semua makanan saya oplos sesuka hati. 😄
Dengan kepercayaan diet barunya ini istri saya tidak lagi makan nasi, lontong, kupat, buras, dan semacamnya. Jadi kalau makan soto, sate, gule, kare, ikan bakar, ayam penyet, pecel lodeh, ya tanpa nasi. Jadi kalau makan paketan dengan sekalian nasi maka nasinya balik ke dapur. Pokoknya makannya ya soto, sate, gule, kare, ikan bakar, ayam penyet nyel tanpa nasi. Minum dan makan kue bergula juga ia hindari. Ia baru mau nyicipi kopi saya kalau tanpa gula. Apa enaknya pikir saya. Tapi faktanya istri saya menikmati ‘no carbo’ menunya tersebut. Saya sih gak bisa lepas dari nasi. Bolehlah lepas dari nasi tapi tolong lontong, kupat, atau buras sebagai penggantinya. 😄 Menghindari gula juga susah buat saya. Lha wong saya malah suka minum Cocacola yang dianggap ‘najis’ oleh sebagian pemeluk kepercayaan tertentu. Cocacola is a big no bagi istri saya.
Meski kami memiliki kepercayaan makan yang berbeda tapi kami saling menghargai. Saya menghargai pilihannya utk mengikuti kepercayaan dietnya dan ia menghargai kedoyanan saya pada nasi dan CS-nya. Sesekali saya mengoloknya jika istri saya mengeluh mual atau pusing dan saya akan katakan bahwa itu akibat diet Ketonya. Berhentilah berketo, kata saya. Tentu saja istri saya cuma tertawa. Kalau ia melihat perut saya yang semakin melar ia akan mulai promosi, “Ayo ikut diet Keto. Sebentar saja pasti gendutnya hilang.” Apalagi kalau setelah ia cek gula darah dan kolesterol saya yang di atas normal maka ia akan semakin gencar ‘berdakwah Keto’. Istri saya punya peralatan lengkap untuk periksa darah dan ia rutin periksa darahnya hampir setiap hari rasanya. 😄 Sesekali ia memaksa saya untuk periksa darah dan akan girang kalau tahu tingkat kolesterol dan gula darah saya di atas rata-rata. Dengan bersemangat ia akan mengajak saya menjadi ‘mualaf’ Keto. Giliran saya yang tertawa kena smash balik. 😄
Yang saya salut pada istri saya adalah keteguhan hatinya untuk terus mengajak saya ikut aliran dietnya. Meski demikian ia tidak pernah memaksa saya untuk mengikuti jejaknya ‘bersyahadat’ pada Ketofastosis. Ia dengan konsisten menceritakan kehebatan dan manfaat dari diet ini pada orang-orang yang mengikutinya. Si A sekarang sembuh total dari vertigonya, Si B sekarang livernya membaik dan tidak perlu cuci darah lagi, Si C sekarang makin langsing dan cantik padahal baru ikut beberapa minggu, dst….dst..
Meski sangat memuji dietnya ini tapi istri saya tidak pernah mengecam jenis kepercayaan diet lain. Ia tidak pernah menjelek-jelekkan, apalagi menghina dan mengecam, kepercayaan diet lain. Ia fokus pada kebaikan dan kehebatan aliran dietnya sendiri dan ia tidak pernah berhenti ‘mendakwahkannya’ pada siapa pun. Sungguh seorang penganut kepercayaan yang baik dan saleh. 😄
Berkat keteguhannya dan bukti yang bisa ia sampaikan tentang kehebatan dietnya ini banyak teman dan keluarga yang berhasil ia jadikan ‘muallaf’ dan masuk aliran kepercayaan dietnya itu. 😄 Sayang sekali bahwa ia belum berhasil membujuk kerasnya hati saya, suaminya sendiri, yang masih ‘jahiliah’ ini. Hidayah memang sebuah misteri urusan Tuhan semata. 😄
Hal ini membuat saya berpikir bahwa istri saya ini sungguh mengagumkan. Jika ia percaya pada sesuatu maka ia benar-benar total pada apa yang ia yakini. Ia juga akan mendakwahkan keindahan dan kehebatan kepercayaannya tersebut ke siapa pun yang ia kenal. Hebatnya adalah bahwa ia fokus pada keindahan dan kehebatan kepercayaannya tersebut dan tidak terpancing untuk menjelek-jelekkan kepercayaan diet lain. Meski fanatik tapi ia tidak memaksakan kepercayaan ini pada orang yang tidak tertarik, meski pun itu adalah suaminya sendiri.
Saya berpikir alangkah indahnya jika kita bisa melakukan hal yang sama dengan kepercayaan kita yang lain, agama Islam umpamanya. Jika kita meyakini kebenaran, keindahan, dan kehebatan agama kita maka sebenarnya yang perlu kita tunjukkan adalah hasilnya, yaitu sikap dan prilaku kita sebagai penganutnya. Tunjukkan betapa indahnya agama Islam dan jangan samasekali terpancing untuk menjelek-jelekkan kepercayaan orang lain. Kalau belum tertarik pada Islam maka itu berarti hidayah belum turun padanya. Tak perlu frustrasi, stress, apalagi marah, menghujat, membenci, dan memusuhi. Itu namanya bukan penganut kepercayaan sejati. 🙏
Surabaya, 3 April 2018