
Keluar dari zona nyaman itu mudah dikatakan tapi sulit dilaksanakan. Lha wong selama ini kita merindukan dan selalu berharap masuk ke zona nyaman. Lha ini kok malah disuruh keluar. Yok opo sih, bro….! 😂
Seorang teman malah meradang mendengar nasihat yang luar biasa ini. Katanya, “Selama hidupku ini aku selalu berada di luar zona nyaman. Hidupku ini di zona ancur. Lalu disuruh keluar ke mana lagi…?!” Dan kami pun tertawa ngakak. Nasipmu, bro…!
“Nasihat itu cocok untuk dirimu. Hidupmu terlalu nyaman. Nasihat untuk diriku yang benar adalah ‘Masuklah ke zona nyaman.’” sambungnya. 😁
Sepintas apa yang dikatakannya itu benar. Hidupnya selama ini memang tidak berada di zona nyaman. Ia hidup di zona ancur seperti katanya sendiri. Tapi sebenarnya dia merasa nyaman dengan hidupnya yang katanya di zona ancur itu. Dan sebenarnya dia tidak pernah benar-benar berusaha untuk keluar dari zonanya tersebut. Dia tidak pernah berani keluar dari zona nyamannya yang ancur tersebut. Dia berada di zona nyaman semu. 🙏
Keluar dari zona nyaman memang tidak mudah. Sangat sedikit orang yang berani keluar dari zona nyamannya untuk menerima tantangan hidup. Dibutuhkan keberanian besar untuk keluar dari zona nyaman untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian. Tantangan hidup inilah yang sering kali mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman. Kita hanya keluar dari zona nyaman karena situasi yang mendorong dan mendesak kita keluar dan bukan karena pilihan. Jadi kita keluar dari zona nyaman karena faktor keterpaksaan dan bukan karena pilihan kita secara sadar dan terencana. Kadang dalam hidup tanpa kita sadari kita terpojok ke situasi sulit dan tak berdaya. Tapi kita tidak melawan dengan sekuatnya dan menerimanya begitu saja tanpa berusaha untuk keluar. Kita menjadikan situasi tersebut sebagai ‘zona nyaman’ yang semu. Sebagian besar dari kita bahkan terus menerus bertahan di zona nyaman semu. Kita terlalu takut untuk menerima tantangan hidup yang lebih besar karena takut gagal. Padahal kalau kita takut menerima tantangan hidup maka itu sebenarnya sudah sebuah kegagalan. Itu sebabnya maka tidak banyak di antara kita yang sukses dalam hidup. Untuk sukses kita harus berani menghadapi tantangan-tantangan hidup dan menaklukkan kesulitan-kesulitannya. Sebagian besar dari kita berharap berhasil dalam hidup ini dengan keberuntungan, yaitu beruntung berada di jalur yang sudah tertata dan tersusun hingga naik ke atas. Pokoknya ikut arus dan jalur saja. Syukur-syukur jika jalur itu pelan-pelan membawa kita ke puncak karir and we live happily ever after seperti Cinderela dalam cerita HC Andersen. 😁
Seorang teman pernah mendapat kesempatan untuk menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan. Hidupnya nyaman. Tapi kemudian perusahaan meminta dia untuk pindah ke kota lain juga sebagai manajer. Dia diminta untuk membuka cabang perusahaan itu di sebuah kota lain. Tapi dia menolak karena kota itu jauh di luar Jawa dan dia harus memulai dari awal perjuangannya. Dia tidak ingin kehilangan kenyamanannya selama ini. Ketika dipaksa, dia memilih keluar dari perusahaannya. Memulai cabang baru di kota yang jauh dari keluarganya terasa sebagai tantangan yang terlalu berat untuknya. Lebih baik baginya untuk melamar ke perusahaan lain yang ada di Surabaya. Toh ia bisa melamar ke perusahaan saingan dari perusahaannya yang lama, demikian pikirnya. Tapi ternyata melamar ke perusahaan lain dan memperoleh jabatan yang sama seperti yang ia tinggalkan tidak semudah yang ia pikir. Parahnya, ia tidak mau memulai dari jabatan dan posisi yag lebih rendah. Sejak itu kehidupannya menjadi kacau dan ia tidak pernah memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. 😔
Seorang teman yang lain berhasil jadi perwira TNI dan punya karir yang bagus. Ia bahkan dapat perumahan di kesatuannya. Tapi suatu ketika ia merasa bahwa kesempatannya untuk studi ke luar negeri dirampas oleh atasannya. Ia yang memperoleh peringkat pertama dalam test untuk studi ke LN justru tidak dikirim tahun itu. Ia merasa dikhianati oleh atasannya dan egonya tidak bisa menerimanya. Egonya yang besar tidak mampu ia kalahkan. Ia merasa perbuatan atasannya tidak bisa ia terima. Ia sangat marah dan memutuskan untuk keluar dari TNI. Kelak ia merasa keputusan untuk keluar dari TNI itu keputusan yang bodoh, kekanak-kanakan dan fatal. Tapi menyesal kemudian memang tidak berguna. Keluar dari TNI membuat kehidupannya tidak pernah lebih baik. Ia selalu merasa tidak ada pekerjaan lain yang layak untuk dimulai bagi seorang mantan perwira sepertinya. Pernah menjadi seorang perwira menjadi beban mental baginya untuk memulai sesuatu dari bawah. 😔
Saya tidak ingin menghakimi mereka dengan menganggap bahwa keputusan mereka untuk keluar dari pekerjaan mereka itu salah. Saya sendiri beberapa kali keluar dari pekerjaan saya yang katanya orang lain sangat nyaman. Mereka bahkan menyesalkan mengapa saya meninggalkan pekerjaan dan kedudukan saya yang sudah begitu nyaman. Mungkin saya malah dianggap kurang bersyukur. Kurang nerimo menurut mereka. 😁
Setiap orang punya alasan tersendiri mengapa meninggalkan sebuah pekerjaan. Bedanya adalah mereka tidak berani untuk mulai lagi dari nol. Mereka berharap akan ada tawaran pekerjaan yang datang ke pada mereka yang tingkat kenyamanannya sama dengan yang mereka tinggalkan. Atau tidak terlalu jauh dari apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Semakin lama mereka menunggu semakin jauh harapan itu berada. Dan, sayangnya, kesempatan dan tawaran itu tidak pernah datang.
Ada beberapa teman lain keluar dari pekerjaannya yang sangat bagus dan nyaman. Mereka mencari tantangan baru dan keluar dari zona nyaman mereka. Tapi mereka benar-benar keluar dengan pertimbangan dan kesadaran penuh. Mereka bersedia mulai dari nol dan bersedia menerima resiko dan tantangan apa pun yang datang dari pekerjaan baru yang mereka mulai. Mereka juga benar-benar mempertimbangkan mengapa harus keluar dan apa pilihan yang ada di hadapan mereka. Mereka tidak keluar dari pekerjaan untuk memenangkan ego mereka. Mereka juga tidak keluar karena terpaksa tapi benar-benar karena ingin menerima tantangan hidup dan memenangkannya. Kalau pun mereka kalah dan menderita maka mereka bersedia menerimanya tetap dengan tersenyum. Itu adalah pilihan mereka dengan penuh kesadaran. Mereka tidak ingin hidup dengan perasaan menyesal di hari tua karena tidak berani menerima tantangan hidup. Kalau pun mereka kalah dalam pertarungan hidup maka mereka tidak menyesal karena berani mencoba menerima tantangan tersebut. Saya sendiri pernah berkali-kali gagal dalam usaha dan pekerjaan saya tapi saya tidak pernah menyesalinya. We win and lose in life. Sometimes we win and sometimes we lose. Tapi saya merasa bahwa, di titik saya berdiri saat ini, saya lebih banyak menang ketimbang kalah. Saya berani keluar dari zona nyaman saya dulu dan kini masuk di zona yang lebih nyaman. 🙏😊
Surabaya, 8 Oktober 2022
Satria Dharma
Padahal kalau kita takut menerima tantangan hidup maka itu sebenarnya sudah sebuah kegagalan. Itu sebabnya maka tidak banyak di antara kita yang sukses dalam hidup.
thanks for sharing