
Saya sedang menikmati sore yg tenang di kamar sendirian ketika Tara mengetuk pintu. Ia tidak masuk tapi hanya melongokkan kepalanya dan langsung melemparkan keluhan. “Dua hari libur aku gak kemana-mana…!”
Mak jleb…!
Ini komplain kedua yg kuterima dari anak-anakku. Tadi pagi ketika sedang meluncur ke Hotel Utami, Yufi, anak keduaku, yg bersekolah di Malang memintaku utk menelponnya. Ia selalu berupaya menghemat pulsa dan meminta kami ortunya yg menelponnya balik.
Saya sudah menduga apa yg hendak disampaikannya. Hari ini adalah Minggu Kunjungan Orangtua ke sekolahnya yg berasrama dan ia ingin tahu apakah saya SEDANG menuju ke Malang utk mengunjunginya saat itu. I was not. Saya sedang dalam perjalanan ke Hotel Utami utk bertemu dengan teman-teman tim penyusun proposal sekolah unggulan utk menyelesaikan naskah yg harus kami serahkan besok. Saya sudah berjanji untuk menyusunnya dan mempresentasikannya pada tim. Kemarin kami bekerja sampai malam dan sampai di rumah langsung tidur kelelahan. Bangun pagi usai Subuh saya langsung bekerja utk menyelesaikan tugas yg harus sy presentasikan pagi ini. Sy berhasil menyelesaikan tugas saya tepat waktu. Tapi sy lupa mengabarkan pada Yufi bahwa sy tdk bisa mengunjunginya hari ini…!
Ini memang akhir pekan yg sibuk. Istri saya sdh berangkat ke Bandung sejak Kamis. Pagi ini ia akan membuka cabang rumah makannya di Lembang Bandung bekerjasama dengan keluarga salah seorang pelanggannya di Surabaya. Dan ia jelas jauh lebih sibuk daripada saya utk mempersiapkan itu. Meski demikian ia masih sempat mengingatkan saya tentang Hari Kunjungan Keluarga tersebut.
Sore tadi saya sempat menanyakan kabarnya di Bandung dan ia menjawab bahwa ia bahkan belum sempat mandi saking sibuknya meladeni pembeli. Pembelinya ternyata orang-orang Surabaya, Jakarta, Bandung, dll yg sedang berlibur di lembang pd akhir pekan ini. Itu artinya istri saya meminta agar saya jangan terlalu sering menghubunginya saat ini. Lha wong mandi aja gak sempat lho…! Yo wis.
Tapi saya tidak bisa ke Malang untuk mendatangi Yufi karena ada rapat yg hanya bisa dilakukan pada akhir pekan. Akhirnya hak anak-anak yang terpaksa saya abaikan. Ketika menelpon Yufi untuk menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa datang saya sungguh merasa bersalah. Memang tidak ada keluhan sedikit pun dari Yufi soal ini. Tapi saya tetap merasa bersalah meski saya tahu bahwa anak-anak bisa mengerti kesibukan orang tuanya.
Sebelum Ashar saya sudah sampai di rumah kembali dan langsung tidur karena capek. Saat itulah Tara kemudian menembakkan keluhannya.
Saya juga heran kok tiba-tiba sekarang kami jadi jauh lebih sibuk ketimbang di Balikpapan sehingga tidak sempat mengajak anak-anak bermain atau berjalan-jalan. Waktu di Balikpapan kami punya banyak waktu luang dan bahkan sering turun berdua ke mall siang-siang untuk nonton. Sekarang kami sering pulang malam dan begitu lelahnya sehingga sering tidak sempat turun ke ruang keluarga sekedar untuk ngobrol-ngobrol.
Tapi itu memang konsekuensi pindah ke ke kota terbesar ke dua di Indonesia. Istri saya memang jadi langsung sibuk mengurusi depot pecel keluarganya dan saya cari-cari kegiatan dan kesibukan sehingga akhirnya sibuk beneran. Kapokmu kapan….! Itu namanya ‘legan golek momongan’.
Begitu digugat oleh Tara saya langsung berpikir untuk sebentar mengajaknya keluar ke Gramedia. Kasihan juga kalau libur Sabtu dan Minggu ia hanya tinggal di rumah. Minimal saya bisa mengajaknya ke rumah sepupunya di Darmokali sebenarnya. Tapi waktu saya benar-benar habis sejak kemarin.
Sore ini saya masih punya waktu. Tapi saya jadi ingat bahwa sesudah Isya’ nanti ada undangan slametan di rumah tetangga. Sungguh kurang sopan saya kalau tidak datang. Apalagi saya ini penghuni baru yang perlu banyak bergaul dengan tetangga. What a dilemma…!
Akhirnya saya mengajaknya ke McD dekat rumah setelah Maghrib. Kami tinggal jalan kaki. Saya tahu bahwa Tara tidak rewel dan setiap ajakan keluar pasti akan disambutnya dengan gembira. Sepulang dari mengajaknya makan saya bisa langsung meluncur ke rumah tetangga yang mengundang selamatan.
Begitulah…
Tara memesan paket nasi, ayam dan telur. Saya tidak mungkin ikut makan karena nanti akan ikut slamatan. Jadi saya hanya memesan minuman dan menemaninya menikmati makanannya (yang tidak bisa dihabiskannya).
Sambil makan kami ngobrol (maksudnya Tara bercerita dan saya mendengarkan) dan tiba-tiba Tara kembali melemparkan keluhan.
“Tahu nggak Pak. Kalau aku ngajak cerita sama Bapak, selalu saja Bapak itu asyik dengan BB-nya.”
Mak jleb sekali lagi…! BB langsung kuletakkan dan kusingkirkan. Kutatap matanya yang bulat dan bening itu. I’m all ears now. Taraku meminta perhatian penuh.
Ini bukan keluhan yang pertama soal saya terlalu asyik dengan BB. Istri saya sudah beberapa kali mengingatkan saya agar lebih fokus pada orang yang saya ajak bicara ketimbang ke BB saya.
“Oh my God…! What’s going on with me…?!” pikir saya.
Nampaknya saya memang harus sudah mulai memikirkan kembali prioritas saya.
Surabaya, 5 Nopember 2012
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com