Saya melihat jam tangan saya. Saya masih punya waktu satu jam lebih sebelum take off. Aman…! 😁 Saya lalu menuju ke lounge untuk menunggu panggilan boarding sambil mengudap sesuatu. Setelah pesan es cappuchino saya lalu duduk menunggu panggilan boarding.
Tiba-tiba seorang wanita datang dan duduk di kursi depan meja saya. Tidak tepat di depan saya tapi di meja di mana saya duduk. Entah mengapa ia memilih duduk di meja saya padahal saya lihat ada meja lain yang kosong.
Saya melirik wanita itu dengan diam-diam meski pura-pura melihat ke arah lain. Dengan sekilas saya langsung tahu bahwa wanita ini memiliki paras yang cantik. Saya tidak perlu mengamati berlama-lama untuk menilai. Pengalaman sebagai laki-laki normal selama lebih dari setengah abad memberi saya cukup keahlian utk menilai apakah seseorang gadis itu cantik atau tidak, cukup dengan pandangan sekilas. I just need a glance to know. This woman is surely pretty and she has a class. Dandanannya sederhana dan praktis tapi tetap tampak elegan. Saya tersenyum dan mencoba utk bersikap ramah padanya. Tapi ia tampaknya tidak melihat saya dan langsung sibuk dengan handphonenya. Saya mencoba mencuri-curi pandang kepadanya. Ia memiliki mata hitam yg indah, hidung mungil yg proporsional, dan bibir merah muda yg penuh. So lovely. Kulitnya tampak begitu halus dan lembut. Saya tidak bisa melihat rambutnya karena ia mengenakan jilbab model hijab modern yg menutupi rambutnya. Ia mengenakan jins belel seperti gadis muda. Saya mencoba menebak berapa usianya dan saya pikir ia berada pada usia matang at her late forty. Tapi siapa bisa menebak usia wanita? Mereka begitu pandai menyembunyikan usia mereka dg berbagai kosmetik dan asesori. Matanya bagus dan bening. Kulitnya halus, hidungnya mungil, dan bibirnya penuh. Saya yakin di usia lebih dari 50-an pun wanita ini akan tetap cantik. Ia tampak asyik dengan handphonenya dan tidak sadar bahwa saya mengamatinya. Apa boleh buat… ini memang godaan. Jelas saya beruntung mendapat pemandangan indah. Dilihat tidak seberapa berdosa, tidak dilihat barang bagus, begitu kata seorang ustad tapi agak saya ubah redaksinya. Ia mungkin akan jengah kalau tahu saya memerhatikannya diam-diam. Tapi ia terlalu sibuk dengan handphonenya dan tidak memerdulikan saya yang duduk didepannya dan mengagumi wajahnya. Ketika sedang menikmati wajahnya yang cantik itu tiba-tiba ia mengangkat matanya dan mata kami pun bertemu. Saya terpergok…
“Gak pingin makan sesuatu…?!,” tanyanya tiba-tiba.
“Nanti saja.” jawab saya agak tergagap.
“Gak pingin nyoba Ice Cappuchino?” tanya saya balik padanya dengan nada sedikit menggoda. Siapa tahu… 😎
“Nggak. Lagi kenyang” jawabnya. Dan ia kembali tenggelam ke handphonenya.
Saya agak kecewa bahwa percakapan kami tidak berlanjut. Tampaknya pancingan saya kurang mengena. Tapi tidak apa… Saya juga meneruskan memandang wajahnya yang cantik itu. Entah mengapa saya tidak pernah bosan melihat wajah istri saya yang cantik itu. Mungkin saya sedang jatuh cinta lagi padanya. Entah yang keberapa ribu kalinya… 😍
Surabaya, 21 Januari 2024
Satria Dharma