April 27, 2024

0 thoughts on “Engkau Lebih Tahu Urusan Duniamu…

  1. Sebuah tulisan yang sangat bagus dan saya secara garis besar setuju.

    Secara “filosofis” saya hanya ingin mengatakan bahwa “apa yang disebut sebagai agama dan atau kitab suci, sebenarnya bukanlah agama atau kitab suci itu sendiri, MELAINKAN hanyalah TAFSIRAN kita tentang agama dan kita suci tersebut”.

    Sebagai sebuah tafsiran, maka akan terbuka lebar peluang akan terjadinya perbedaan satu sama lain. Dari sinilah “ruang demokrasi” diperlukan. Ketika terjadi penafsiran yang berbeda, mereka bertukar pikiran dengan menjelaskan argumen masing-masing. Namun, ketika tidak terjadi pertemuan penafsiran, maka tafsiran yang paling banyak didisepakati oleh umatnya akan diberlakukan sebagai sebuah tafsiran resmi di tempat tersebut. Dalam agama yang kita yakini, hanya Rasul dan Nabi saja yang kita yakini sebagai penafsir yang paling benar yang perlu kita ikuti.

    Sebagai catatan tambahan, saya ingin menyampaikan bahwa menurut saya ajaran agama tidak hanya terbatas kepada hal-hal yang tersurat dalam sebuah kitab suci (dan juga Hadist, dalam agama Islam), namun juga hal-hal yang tersirat.

    Misalnya, (menurut saya) science, hukum alam, fisika, kimia, biologi, matematika dlsb-nya adalah sebuah “sunatullah” yang harus kita ikuti dan kita pedomani dalam menjalankan dan membuat aturan dalam kehidupan ini. Jelas (menurut saya), Sunatullah adalah ajaran agama. Seperti contoh dalam kasus “bercocok tanaman kurma” di atas, maka pada hakekatnya adalah menjalankan hukum-hukum alam, menjalankan sunatullah, dan ini berarti menjalankan sesuatu yang berdasarkan agama juga. Untuk itulah, para peneliti bekerja siang malam baik di laboratorium maupun di alam sekitarnya untuk mempelajari fenomena alam, mempelajari sunatullah, mempelajari agama yang mungkin saja tidak tersurat di dalam kitab suci namun tersirat di dalamnya.

    Demikian sekelumit tambahan catatan dari saya. Maaf bila ada kesalahan. yang jelas, jika ada kesalahan, ini murni kesalahan saya, kesalahan penafsiran saya terhadap agama saya, dan bukan kesalahan dari agama itu sendiri.

  2. ternyata organisasi transnasional yg sering teriak2 khilafah hari ini uda semakin besar y… Alhamdulillah semoga apa yg mereka cita2kan segera terkabul… kalo ditengah jalan ada orang2 sinis… itumah biasa… ntr juga mreka bakal koit….hehe.,…viiisssss

  3. “Apakah UU Tenaga Kerja harus datang dari Tuhan? Peraturan dan Undang-undang Pertambangan, Migas, Kesehatan, KDRT, dll harus dari Tuhan…?! Lha apa kerjanya manusia kalau minta semuanya disediakan oleh Tuhan? Bukankah manusia itu sudah dijadikan ‘khalifah’ oleh Tuhan agar bisa mengurusi dirinya dan alam semesta ini…?! Lha kok sekarang semua mau dikembalikan pada Tuhan sih…?!”

    Izinkan saya menjawab….
    Jawabnya… IYA, ya urusan2 itu harus dari Allah. Penjelasannya silakan ikut acara kajian, baca buku, atau majalah2 itu dibaca juga dalemnya pak, apa baru dilihat covernya yah…? Kerjanya manusia yah, mengikuti “SOP” dari Allah. Lha ini kan buminya Allah, justru karena kita khalifah Allah kita merawatnya dengan SOP dari Allah dan Rasul-Nya. Memang kalau yang dingkat contohnya adalah urusan penyerbukan tanaman ya itu adalah ilmu SAINS, nabi SAW tidak mengatakan kita lebih paham berarti kita harus belajar SAINS. Namun, bagaimana dengan tambang emas, meinyak bumi, itu gmn ngurusnya? itu sudah ada contoh pengaturannya, “Sesungguhnya, Abyad bin Hammal mendatangi Rasulullah saw, dan meminta beliau saw agar memberikan tambang garam kepadanya. Ibnu al-Mutawakkil berkata,”Yakni tambang garam yang ada di daerah Ma’rib.” Nabi saw pun memberikan tambang itu kepadanya. Ketika, Abyad bin Hamal ra telah pergi, ada seorang laki-laki yang ada di majelis itu berkata, “Tahukan Anda, apa yang telah Anda berikat kepadanya? Sesungguhnya, Anda telah memberikan kepadanya sesuatu yang seperti air mengalir (al-maa’ al-‘idd)”. Ibnu al-Mutawakkil berkata, “Lalu Rasulullah saw mencabut kembali pemberian tambang garam itu darinya (Abyad bin Hammal)“. [HR. Imam Abu Dawud]. Jadi mari dipisahkan antara Ilmu bebas nilai dan TSAQOFAH. Kalau di universitas, ILMU yang bebas nilai itu spti Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, Kedokteran, ini fardu kifayah untuk diketahui muslim. Namun, utk TSAQOFAH, seperti F.Ekonomi, FISIP, F.Hukum, muslim haruslah mengikuti aturan Islam…

  4. UU Pertambangan, Migas, Kesehatan, Ketenagakerjaan ya harus dari Allah. Penjelasannya silakan ikut acara kajian, baca buku, atau majalah2 itu dibaca juga dalemnya pak, apa baru dilihat covernya yah…? Kerjanya manusia yah, mengikuti “SOP” dari Allah. Lha ini kan buminya Allah, justru karena kita khalifah Allah kita merawatnya dengan SOP dari Allah dan Rasul-Nya. Memang kalau yang dingkat contohnya adalah urusan penyerbukan tanaman ya itu adalah ilmu SAINS, nabi SAW tidak mengatakan kita lebih paham berarti kita harus belajar SAINS. Namun, bagaimana dengan tambang emas, meinyak bumi, itu gmn ngurusnya? itu sudah ada contoh pengaturannya, “Sesungguhnya, Abyad bin Hammal mendatangi Rasulullah saw, dan meminta beliau saw agar memberikan tambang garam kepadanya. Ibnu al-Mutawakkil berkata,”Yakni tambang garam yang ada di daerah Ma’rib.” Nabi saw pun memberikan tambang itu kepadanya. Ketika, Abyad bin Hamal ra telah pergi, ada seorang laki-laki yang ada di majelis itu berkata, “Tahukan Anda, apa yang telah Anda berikat kepadanya? Sesungguhnya, Anda telah memberikan kepadanya sesuatu yang seperti air mengalir (al-maa’ al-‘idd)”. Ibnu al-Mutawakkil berkata, “Lalu Rasulullah saw mencabut kembali pemberian tambang garam itu darinya (Abyad bin Hammal)“. [HR. Imam Abu Dawud]. Jadi mari dipisahkan antara Ilmu bebas nilai dan TSAQOFAH. Kalau di universitas, ILMU yang bebas nilai itu spti Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, Kedokteran, ini fardu kifayah untuk diketahui muslim. Namun, utk TSAQOFAH, seperti F.Ekonomi, FISIP, F.Hukum, muslim haruslah mengikuti aturan Islam…

  5. Anda itu tidak paham apa artinya ‘hukum’ dan apa itu ‘undang-undang’. Tindakan Nabi itu bukan hukum dan bukan undang-undang. Tidak semua tindakan Nabi itu berimplikasi hukum dalam Islam.

    Kalau apa yg dilakukan Nabi itu hukum lantas mengapa diralat (dan justru mengikuti pendapat sahabat)?

  6. Terima Kasih atas artikelnya, atas budi baiknya semoga Allah SWT membalaskan dengan kebaikan yang banyak, Aminsemoga

  7. Pak Satria, jawaban Bapak tentang pemahaman Demokrasi oleh saudara kita dari Hizbut Tahrir (HT) juga tidak tepat.

    Contoh yg Bapak gunakan memang itu urusan pertanian dan masalah teknik. Sementara yg disuarakan oleh HT, adalah Demokrasi dalam posisinya sebagai sistem pemerintahan dan ideologi yang diterapkan oleh Umat Islam. Kalau masalah teknik pertanian, peternakan, dan sjenisnya, saudara dari HT tidak mempermasalahkan itu.

    Demokrasi yang dianggap sistem kufur itu, krn sistemnya telah mengutamakan rakyat/orang banyak/manusia dalam membuat Hukum yang ada kaitannya dengan ideologi dan aqidah.

    Jadi, mohon Bapak juga yg suka baca, untuk membaca-baca buku sumber yg digunakan oleh HT.

  8. Saya sudah kenyang berdebat dengan orang-orang HTI dan bahkan ikut milis khusus untuk debat dengan orang-orang HTI. Mohon maaf, menurut saya orang-orang HTI itu tidak paham apa itu demokrasi. Tidak ada istilah ‘membuat hukum yang berkaitan dengan aqidah’. Justru orang-orang HTI itu mencampuradukkan antara hukum dalam agama dengan hukum dalam kepemerintahan atau kemasyarakatan.
    Pemilihan khalifah dalam Islam adalah contoh nyata dari sistem demokrasi yang dijalankan oleh para sahabat Nabi. Umat Islam bertengkar soal siapa pengganti Nabi sebagai pemimpin setelah beliau wafat. Mereka kemudian mengadakan pertemuan utk menentukan siapa yg paling pas utk menjadi pengganti Nabi. Mereka mengajukan calon masing-masing. Dan mereka juga mengajukan argumen masing-masing dengan berkampanye ttg kehebatan dan keutamaan calon masing-masing.
    Ketika Umar mengusulkan dan mempromosikan Abu Bakar dan mayoritas umat di persidangan tersebut sepakat maka yg lain akhirnya ikut. (Artinya Umar adalah ‘king maker’ pada momen tersebut). Setelah terpilih Abu Bakar kemudian dilantik dengan cara dibaiat. Setelah itu Abu Bakar mengucapkan pidato pengangkatannya sebagai pemimpin.

    Apakah ada yg tidak setuju dengan sistem yang digunakan saat itu dan tidak berikrar? Tentu saja ada. Termasuk keluarga Nabi sendiri. Tapi mereka tidak melakukan kudeta.

    And that’s the essence of democracy yang selalu diingkari oleh orang-orang HTI.

    Salam
    Satria

  9. menerima demokrasi karena alasan adanya musyawarah baik dalam islam maupun dalam demokrasi adalah penerimaan yang tidak berdasar..karena ide dasar demokrasi bukanlah musyawarah melainkan diletakkannya kedaulatan (hak absolut untuk menentukan hukum) di tangan manusia…domba dan babi punya kesamaan, tapi tidak bisa kita anggap bahwa babi sama dengan domba

  10. Membuat hukum dalam kepemerintahan HARUS dilakukan oleh manusia, yang dalam hal ini para pemimpin yang ditunjuk. Tuhan telah membekali kita dengan segala piranti untuk membuat hukum kita sendiri.
    Bagi umat Islam yang tidak paham soal ini bisa membaca kisah kekhalifahan Abu Bakar. Begitu beliau menjadi khalifah maka beliau langsung MEMBUAT HUKUM tentang para pembangkang zakat. Beliau menghukum dengan memerangi kelompok atau suku-suku yang mbalelo dan tidak mau membayar zakat pada kepemerintahan dibawahnya. Setiap khalifah tentu saja membuat hukumnya sendiri sesuai dengan kebutuhan umatnya.

  11. Mana duluan ada Pak Satria,
    musyawarah oleh para sahabat ataukah Demokrasi?
    ataukah demokrasi itu mengadopsi Islam ataukah Islam mengadopsi demokrasi?.

    Demokrasi ini adalah dagangannya org2 Barat untuk menghancurkan Islam. Krn Islam sudah merasa inferior duluan. Shg semua frase/istilah/ideologi dari Barat dilahap habis2an, dgn alasan agar Maju.

  12. Bahkan Tuhan menciptakan dan mempraktekkan sikap demokratis sejak awal sebelum penunjukan Adam sebagai khalifah. Sebelum Tuhan menciptakan Adam Ia menanyakan pendapat para malaikat lebih dahulu. Malaikat semula menentang penunjukan Adam sebagai khalifah di bumi tersebut karena menurutnya manusia itu kerjanya hanya membuat kerusakan di bumi saja. Tapi setelah Tuhan menjelaskan kebijakanNya maka malaikat tunduk dan patuh. Iblis tetap pada prinsipnya untuk tidak tunduk pada Adam.
    Tentu saja Tuhan bisa saja bersikap berbeda, yaitu langsung menunjuk Adam sebagai khalifah tanpa perlu menanyakan pendapat pada mahluk lain yang lahir lebih dulu. Tapi Tuhan ingin menunjukkan pada manusia bahwa BAHKAN TUHAN PUN BERSIKAP DEMOKRATIS.
    Jadi, saudara-saudaraku…., terimalah fakta bahwa sikap demokratis itu lahir lebih dahulu sebelum ditunjuknya Adam sebagai khalifah. 🙂

  13. Salam, Pak Satria.

    Sungguh menarik cara Pak Satria memandang demokrasi. Saya pernah membaca sebuah paper yang ditulis oleh orang Barat (saya lupa judulnya dan di situs web yang mana). Inti tulisan tersebut adalah bahwa demokrasi adalah sistem yang buruk, karena hukum terbentuk oleh suara terbanyak. Seperti yang sudah kita saksikan di seluruh dunia, suara adalah “komoditas” yang dapat diperjualbelikan. Dengan demikian, yang akan menentukan hukum adalah mereka yang paling banyak memiliki modal untuk membeli “komoditas” suara, baik modal uang maupun modal kekuasaan. Jadi, demokrasi akan mengimplikasikan dihasilkannya hukum yang merupakan produk mereka yang memiliki modal. Tentu hukum yang dihasilkan adalah hukum yang berusaha untuk melestarikan kekuasaan, agar besok atau lusa, para pemodal ini (atau anak dan cucunya) kembali dapat membeli sebanyak-banyaknya “komoditas” suara dan kembali membuat hukum yang sesuai dengan kepentingan mereka. Solusi terhadap masalah ini adalah hukum harus dibuat tidak dengan jumlah “komoditas” suara yang membenarkannnya, tetapi harus dengan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Siapakah yang paling mumpuni kalau diminta merumuskan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan? Tentu saja Tuhan, melalui berbagai prinsip kebenaran dan keadilan yang telah diajarkanNya melalui para Nabi dan Rasul. Wallahu a’lam bisshawab.

  14. Wa alaikum salam Pak Abu.
    Terima kasih atas tanggapannya. Apa yg disampaikan dalam paper oleh orang Barat yg Anda maksud tentulah bukan tafsir satu-satunya tentang demokrasi. Sy bahkan melihatnya sebagai upaya utk mendeskripsikan demokrasi yg sedang terjadi di negaranya. Padahal azas demokrasi kan sudah diturunkan Allah sejak dari diangkatnya Adam sebagai khalifah pertama. Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah Islam pertama dulu juga berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi yg samasekali tidak ada hubungannya dengan pemilik modal yg kuasa membeli suara. Singkatnya, apa yg disampaikan oleh org Barat itu adalah kasuistis dan bukan gambaran utuh ttg demokrasi itu sendiri.
    Terima kasih sekali lagi atas tanggapan Anda.

  15. Maaf, saya lupa menjawab soal prinsip kebenaran dan keadilan yg disebut-sebut. Tuhan sendiri sebagai pemilik mutlak kebenaran dan keadilan TIDAK memaksakan kebenaran dan keadilanNya agar diterima dan digunakan oleh manusia sebagai mahlukNya. Padahal alangkah mudahNya bagi Tuhan utk membuat manusia mengikuti kehendak dan kebenaranNya. Tapi toh Tuhan memberikan pilihan bagi manusia utk berjalan di jalan yg benar atau memilih kesesatan dengan konsekuensi masing-masing.
    Begitu juga dengan memilih pemimpin. Bukankah sebenarnya setiap masyarakat juga sudah tahu siapa pemimpin yg layak utk dipilih dan siapa pemimpin yg buruk? Pilihan ada di tangan mereka. Jika mereka mengikuti kebenaran maka mereka tentu akan memilih pemimpin yg sesuai dengan prinsip kebenaran dan keadilan. Tapi jika mereka lebih memilih pemimpin yg culas maka mereka akan menerima resikonya. Sunnatullah berjalan dengan prinsip ini.
    Terima kasih dan saya tunggu komentar balik Anda, Pak Abu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *