Lyndon B. Johnson, Presiden AS ke 36 pernah menyatakan sbb : “At the desk where I sit, I have learned one great truth. The answer for all our national problems – the answer for all the problems of the world – comes to a single word. That word is “EDUCATION” . Tony Blair, mantan Perdana Mentri Inggris, juga pernah menyatakan bahwa ia punya tiga mantra untuk kemajuan Inggris yaitu : Education, Education, dan Education. Artinya dua negara besar di dunia mempercayai bahwa pendidikan adalah kunci paling penting bagi kemajuan negara mereka. Bahkan rasanya tidak ada negara yang bisa bermimpi untuk menjadi negara maju tanpa memiliki pendidikan yang maju pula. Pendidikan adalah kunci bagi kemajuan individu mau pun bangsa.
Masalahnya adalah pendidikan yang macam apa yang akan kita berikan pada siswa-siswa kita…?!
UNESCO melihat bahwa abad ke-21 akan dipenuhi dengan tarik-menarik antara dua kutub dalam berbagai dimensi, tiga di antaranya adalah global – lokal, tradisional – modern, dan spiritual -material. Dan untuk dapat mengambil posisi dalam dunia seperti itu, keterampilan bekerja saja jelas tidak cukup. Dibutuhkan kualitas-kualitas individu lain yang mencakup antara lain kemampuan berkomunikasi, bekerja bersama orang lain, serta mengelola, dan menyelesaikan konflik.
Pada tahun 1997, institusi akademisi di Amerika Serikat (terdiri atas Akademi Sains, Akademi Keinsinyuran, dan Institut Medis) menerbitkan sebuah kumpulan dokumen berjudul “Preparing for the 21st Century” sebagai rekomendasi kepada pemerintah AS. Salah satu dokumennya, “Education
Imperative”, secara khusus membahas kebijakan pendidikan yang perlu diambil. Para akademisi tersebut melihat bahwa kehidupan di abad ke-21 menuntut perlunya kemampuan untuk berpikir kritis tentang dunia ini dan untuk mengambil keputusan cerdas berdasarkan informasi dalam isu-isu
pribadi dan kemasyarakatan.
Saya mempercayai Multiple Intelligences yang digagas Howard Gardner yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki jenis kecerdasan masing-masing dan pendidikan di sekolah haruslah dapat memunculkan dan melejitkan potensi dan kecerdasan masing-masing siswa. Pendidikan juga haruslah dirancang untuk mempersiapkan siswa hidup di masa mendatang dengan berfokus pada upaya untuk memunculkan potensi dan kecerdasan siswa masing-masing.
“Pendidikan sendiri bukanlah tujuan. Pendidikan harus mempersiapkan pembelajar untuk hidup”, demikian kata Edward D Bono. Jadi tantangan kita adalah mempersiapkan anak-anak untuk menjadi pemimpin di masa depan. Ini memang gagasan yang sudah lama ada tapi sampai saat ini masih belum banyak dipahami penerapannya dan pembelajaran di sekolah masih juga bertumpu pada paradigma lama yang lebih menekankan pada kecerdasan yang bersifat akademik belaka. Bahkan pemerintah sendiri masih bertumpu pada Ujian Nasional yang akhirnya menjadi kompas yang salah bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Ujian Nasional dijadikan sebagai tujuan dan target pencapaian sekolah-sekolah kita. Sungguh mengenaskan!
Menurut saya sekolah itu haruslah dapat MENJADIKAN SETIAP SISWA SEBAGAI PEMENANG DALAM HIDUP. Setiap siswa harus tergali potensi terbaiknya secara optimal, baik itu di bidang akademik, sosial, seni, budaya dan olahraga.
Menurut Howard Gardner,”… adalah sangat penting bagi kita untuk menyadari dan mengembangkan semua ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Kita berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang berlainan. Apabila kita menyadari hal ini, setidaknya kita lebih punya peluang menangani berbagai masalah yang kita hadapi di dunia dengan baik”. Sekolah yang unggul haruslah dapat menjadikan setiap anak menjadi pemenang-pemenang dalam kehidupan mereka di masa mendatang dengan memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya.
Jadi target utama saya adalah bagaimana memasukkan gagasan ini kepada semua pemangku kepentingan yang ada di SMAN 5 Surabaya.
Oleh sebab itu saya segera membuat presentasi dan dalam presentasi tersebut saya muat tokoh-tokoh yang sukses BUKAN di bidang akademik. Saya lemparkan pertanyaan sederhana seperti : Siapa orang yang Anda kenal kalau saya sebutkan negara asalnya? Saya sebut negara Argentina. Dan seperti yang saya duga kebanyakan mereka menjawab Maradona atau Lionel Messi. Dan mereka bukanlah orang yang sukses di bidang akademik. Mereka adalah pemain sepakbola tapi justru menjadi ‘ambassador’ bagi negara mereka. Dari sana saya kemudian membuat daftar dan foto contoh orang-orang yang sukses bukan di bidang akademik tapi di bidang lain seperti para olahragawan, musisi, artis, penulis, pelukis, dll. Saya tunjukkan bahwa Oprah Winfrey yang sangat populer tersebut bisa berpenghasilan US $ 1,5 milyar hanya dengan kepandaiannya berkomunikasi dengan siapa saja. JK Rowling juga berpenghasilan US $ 1 milyar hanya dengan kepandaiannnya menulis novel Harry Potter. Itu termasuk kecerdasan ‘Word Smart’ yang tidak diperhatikan oleh sekolah dan juga tidak ditumbuhkan.
Saya bahkan menampilkan lukisan Pablo Picasso ‘Dora Maar With Cat’ seharga lebih dari US $ 95 juta dan lukisan Jakson Pollock ‘Number 5, 1948’ yang dibeli oleh seorang kolektor dengan harga US $ 140 juta. Saya sampaikan bahwa sebuah karya seni bisa dihargai begitu tinggi di dunia dan itu berarti bahwa bahkan pelukis bisa menjadi kaya raya, terkenal dan sukses. Sukses bukanlah semata milik mereka yang pintar matematika, fisika, kimia, atau yang nilai UN-nya tertinggi. Saya ingin membuka cakrawala mereka dalam memandang pendidikan bagi anak-anak mereka yang cemerlang tersebut. Dunia ini terlalu luas untuk pemahaman kita yang begitu sempit ini dan kita harus terus memperluas cakrawala pemikiran kita.
Saya kemudian menyampaikan bahwa untuk bisa berhasil di Abad 21 yang penuh dengan tantangan dan perubahan yang sangat cepat itu dibutuhkan lebih dari sekedar cerdas secara akademik dan mampu menjadi juara Olimpiade Sains Nasional dan semacamnya. Untuk bisa berhasil di abad 21 ini dibutuhkan Ketrampilan Hidup (Life Skills).
Saya mengajak semua pemangku kepentingan SMAN 5 Surabaya untuk memikirkan pendidikan seperti apa yang tepat untuk abad ke-21 di mana anak-anak mereka hidup ini.
UNESCO pernah membuat sebuah Laporan Komisi dengan judul “Learning: The Treasure Within” yang diterbitkan di tahun 1996 dengan memperkenalkan istilah “Empat Pilar Pendidikan” yang cukup dikenal kalangan pendidikan di Indonesia, yaitu 1. Learning to know : Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu. 2. Learning to do : Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi dan belajar menghasilkan karya. 3. Learning to be : belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. 4.Learning to live together : Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah, nilai-nilai filosofi, kepercayaan dan agama mereka.
Berikut ini adalah Life Skills yang dibutuhkan yang saya peroleh dari internet (saya sudah lupa sumbernya)
LIFE SKILLS FOR 21st CENTURY
INTEGRITY: To act according to what is right and wrong
INITIATIVE: To do something because it needs to be done
FLEXIBILITY: The ability to alter plans when necessary
PERSEVERANCE: To keep at it (and not give up)
ORGANIZATION: To work in an orderly way
SENSE OF HUMOR: To laugh and be playful without hurting others
EFFORT: To do your very best
COMMON SENSE: To think everything through
PROBLEM-SOLVING: To seek solutions
RESPONSIBILITY: To do what is right
PATIENCE: To wait calmly
FRIENDSHIP: To make and keep a friend through mutual trust and caring
CURIOSITY: To investigate and seek understanding
COOPERATION: To work together toward a common goal (purpose)
CARING: To show/ feel concern
Selain itu saya sampaikan pada mereka bahwa ada keunggulan-keunggulan yang perlu ditanamkan pada setiap siswa yaitu yang disebut Keunggulan Primer. Keunggulan ini bisa dimiliki siapa saja yang mau meraihnya seperti Integritas, etos kerja, cara memperlakukan dan melayani orang lain, motivasi, dan tingkat inisiatifnya. Karakter, karya, bakat, kreatifitas dan disiplin. Ada keunggulan lain yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang seperti jabatan, titel, penghargaan, kekayaan, ketenaran, pangkat, atau prestasi istimewa.
Untuk memahami apa Life Skills itu saya kemudian mengajak para orang tua dan guru untuk mengingat-ingat teman-teman mereka waktu masih sekolah dulu. Kebanyakan mereka yang sukses dahulu bukanlah siswa yang paling cerdas di kelas dan paling tinggi nilainya dalam ulangan. Bahkan mungkin bukan juga para pemenang lomba alimpiade sains. Mereka mungkin siswa-siswa yang prestasi sekolahnya biasa-biasa saja tapi ternyata setelah terjun ke dunia nyata mereka justru tampil sebagai orang-orang yang sukses mengungguli teman-teman mereka yang dulunya menjadi juara-juara kelas di bdiang akademik. Mereka ternyata sukses karena memiliki banyak kiat sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi, pandai melihat dan memanfaatkan peluang, serta pandai bergaul dan bermasyarakat. Dalam kehidupan keseharian, manusia akan selalu dihadapkan pada problem hidup yang harus dipecahkan dengan menggunakan berbagai sarana dan situasi yang dapat dimanfaatkan. Kemampuan ini adalah salah satu inti kecakapan hidup (Life skill). Kecakapan yang selalu diperlukan oleh seseorang di manapun ia berada, baik bekerja atau tidak bekerja dan apapun profesinya.
Saya lalu mengambil contoh seorang tokoh penting di Indonesia saat ini, yaitu Dahlan Iskan. Beliau adalah contoh yang baik untuk menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak selalu merupakan persyaratan untuk sukses dalam hidup. Dahlan Iskan bukanlah sarjana tapi berkat kemampuan menulisnya, kerja kerasnya, kecerdasannya dalam melihat dan memanfaatkan peluang, maka ia bisa berhasil mencapai posisinya saat ini.
Sekian dulu dari saya. Insya Allah akan diteruskan jika memungkinkan.
Surabaya, 24 Juni 2012
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com