
Kemarin kami sekeluarga diundang oleh salah seorang pemilik rumah makan Pecel Bu Kus di Barata Jaya untuk merayakan ultah ke 30 rumah makannya. Ini rumah makan pecel Madiun yang sangat legend. Lha wong usianya sudah 30 tahun dan rumah makan ini punya pelanggan fanatik yang tersebar di seluruh Indonesia. Istri saya pernah jadi manager rumah makan ini jadi dulu saya hampir setiap hari mampir ke sini. Sekarang manajernya adalah anak ketiga dari almarhumah Bu Kus.
Rumah makan pecel Bu Kus ini memang legend karena punya pelanggan fanatik. Ada pelanggan yang tinggal di luar negeri dan kalau ke Indonesia akan selalu menyempatkan diri makan di sini. Datang ke Surabaya khusus untuk makan pecel saja di sini. Ada pelanggan dari luar Jawa yang kalau ke Surabaya mintanya menginap di hotel dekat rumah makan ini agar kalau pagi ia bisa langsung sarapan di sini. Ada konglomerat Surabaya pemilik mall dan grup bisnis raksasa yang langganan makan di sini bersama istrinya. Tapi hampir kami tidak tahu siapa mereka karena kesederhanaan mereka. Kami baru tahu setelah ada kasus kriminal yang menimpa mereka. Resto ini buka sejak jam 06:00 pagi sampai jam 21:00 dan punya berbagai menu selain pecelnya yang legendaris itu. Menu lodehnya juga legend sehingga banyak pelanggan yang mencampur pecel dengan lodeh. Lama-lama akhirnya secara resmi dijadikan sebagai menu. Saya sendiri belum pernah mencoba menu oplosan ini. Salah seorang pelanggan membuat ulasan seperti ini di Trip Advisor. “Warung pecel bu Kus yg maknyus Warung pecel bu Kus tidak boleh dilewatkan. Nasi pecel lodeh merupakan perpaduan antara pecel madiun yg disiram kuah lodeh. Membuat santan meresap menjadi satu dengan pecelnya. Ditambah dengan srundeng oseng tempe dan sambal goreng tahu membuat rasa mak nyus di lidah. Ditambah dg empal goreng yg empuk dan tahu bacam nya membuat lidah terus bergoyang. Minumnya es daun salam yg dipadu dg rasa serai dan jeruk nipis. Yg menurunkan kolesterol..”
Yang lain bilang begini: “Uweeenaak … Nasi pecelnya enaak bingiitz, apalagi yang doyan sayuran pasti suka karena porsi sayurannnya banyak gak seperti nasi pecel lain (komposisi sayurannya dikit hehe..)…ditambah lagi aneka lauk yang ditawarkan , kalo saya suka paru nya hehe..tapi untuk yang tidak mau nasi pecel, tersedia menu nusantara lainnya yang tak kalah joss…ada sop buntut, rawon, dll..dijamin sukak deh…
ayuuuks mampir …
“pecel nya enak & banyak saya dulu ga begitu suka pecel, tapi setelah makan pecel disini jadinya nagih & asik. varian menu lainnya juga lumayan enak. recommended deh… sukses yaa.
“JemberNetwork.com – Inilah kuliner nasi pecel Madiun paling enak dan teramai di Surabaya yang wajib kamu coba saat sarapan.”
Saya sendiri suka makan pecel. Tapi harus saya akui bahwa pecel Bu Kus ini memang luar biasa. Pecel Bu Kus ini kelasnya Sultan. Saya justru baru suka makan pecel setelah makan di resto ini.
Saya kenal baik, sangat baik bahkan, dengan pemilik rumah makan ini. Saya mengenal Pak Kusnadi dan Ibu Sri Banekowati ketika mereka masih tinggal di Madigondo. Pak Kusnadi waktu itu masih menjadi Lurah di Madigondo. Saya mengenal mereka berdua ketika saya datang ke rumah mereka dan melamar anak mereka. Anak pertama mereka, Ika Padmasari, akhirnya jadi istri saya dan jadi ibunya anak-anak saya. Ketika Pak Kusnadi tidak lagi menjadi lurah mereka berdua pindah ke Surabaya dan memulai hidup dari nol kembali. Benar-benar dari nol karena mereka harus kontrak rumah dan tidak punya pekerjaan tetap. Karena tidak punya pekerjaan itulah akhirnya mereka berdua mulai berjualan pecel, sebuah profesi yang tidak pernah terbayangkan oleh mereka tapi harus mereka lakukan untuk hidup di Surabaya.
Ketika mereka mulai jualan pecel itu kami masih tinggal di Bontang karena saya bekerja di PT Badak LNG Co. Ketika anak pertama saya lahir, Ibu Kus datang ke Bontang dan mengurusi Yubi selama beberapa waktu sampai beliau merasa cukup ngopeni putu dan yakin anaknya bisa ngopeni sebaik-baiknya. Waktu saya kuliah S-2 di Malang dan Surabaya mereka sudah kontrak rumah lebih besar.. Saya sempat tinggal bersama mereka di kontrakan tersebut. Resto itu dulunya juga ngontrak. Sekarang tempat itu sudah jadi milik sendiri karena sudah dibeli meski dengan nyicil cukup lama.
Ketika kami mengadakan slametan ke 30 rumah makan ini dengan melantunkan doa dan pujian pada Tuhan saya tiba-tiba merasa flash back dengan pengalaman 30 tahun bersama ke dua mertua saya tersebut. Saya sungguh bersyukur dan bangga menjadi bagian dari kehidupan mereka. Mereka telah benar-benar menjadi manusia yang bermanfaat, bukan hanya bagi anak-anak dan cucu-cucu mereka tapi juga bagi banyak orang lain yang kini menggantungkan hidupnya bekerja di resto ini. Mereka juga telah memberikan kesenangan bagi banyak orang dengan resto yang mereka buka sampai 30 tahun ini. Mereka berdua meninggalkan legacy atau warisan resto yang tetap memberikan berkah dan rahmat bagi anak-anak, cucu, kerabat, karyawan, dan orang-orang yang menikmati menu resto mereka sampai saat ini ketika mereka telah tiada. Resto ini telah memberikan kehidupan kepada banyak orang. Saya sungguh berharap bahwa saya juga bisa memberikan legacy kepada banyak orang seperti kedua mertua saya ini.
Doa saya bagi Bapak dan Ibu Kus, mertua saya yang luar biasa ini. 🙏😔
Surabaya, 4 Agustus, 2023
Satria Dharma