
Akmaluddin Said seorang teman diskusi di FB-nya Mustafa Husin Baabad mengirim hasil riset dari Pew Research Center tentang prosentase saintis yang ateis. Ternyata dari sejumlah saintis yang diteliti 41% menyatakan tidak percaya adanya Tuhan atau pun kekuatan gaib yang dianggap semacam Tuhan. Yang percaya adanya tuhan hanya 33% sedangkan 18% tidak percaya dengan Tuhan tapi percaya ada semacam kekuatan gaib atau sosok yang memiliki kuasa yang lebih tinggi daripada manusia (higher power). Dengan ini teman tersebut menyatakan bahwa agama semakin tidak laku dan semakin banyak saintis yang ateis.
“Satria Dharma, anda boleh tidak percaya, tetapi riset dan statistik menunjukkan para ilmuwan semakin banyak yg atheis.” demikian katanya. 😎
Pertanyaannya adalah apakah sebelum ini para saintis itu lebih relijius sehingga kalau sekarang yang masih mengaku percaya pada Tuhan tinggal 33% (dan 18% percaya pada kekuatan gaib) maka dianggap para saintis kini semakin banyak yang ateis? 🤔
Saya lalu mencari tahu dan mendapatkan informasi bahwa sebenarnya jumlah saintis yang ateis atau tidak percaya adanya Tuhan sejak dulu ya segitu-gitu aja dan tidak banyak perubahan. Pada riset di tahun 1914 oleh Psikolog James Leuba yang mengadakan survey pada 1000 saintis ternyata 42% percaya adanya Tuhan atau kekuatan gaib dan yang tidak percaya (ateis) sejumlah yang sama (42%). Artinya yang ateis jumlah prosentasenya hampir sama persis dengan penelitian yang terbaru. Lebih dari 80 tahun kemudian Edward Larson membuat penelitian yang sama dengan hasil yang mirip, 40% percaya Tuhan atau kekuatan gaib dan yang tidak percaya 45%. Survei dari saintis lain hasilnya hampir sama. Sila lihat di sini.
Jadi sebenarnya jumlah saintis yang ateis tidak terlalu banyak perkembangannya, yaitu antara 41 – 45% sejak seratus tahun yang lalu. Yang benar adalah bahwa saintis adalah kelompok orang yang lebih tidak percaya pada Tuhan dibandingkan kelompok awam. Jadi kalau dibandingkan dengan kelompok non-saintis maka saintis adalah kelompok orang yang lebih banyak ateisnya. Itu kata Pew Research Center.
Kata Prof John Lennox lain lagi. Berdasarkan penelitiannya ternyata lebih dari 65 % pemenang hadiah Nobel antara tahun 1901 s/d 2000 justru teis alias percaya pada Tuhan. Sebenarnya jumlahnya lebih tinggi karena yang ia teliti hanya yang beragama Nasrani sedangkan sebenarnya ada 5 orang pemenang Nobel yang muslim, Buddha 7 orang dan Hindu 3 orang.
Tapi ini membuat saya berpikir… 🤔
Menurut saya agak aneh jika seseorang yang mengaku sebagai seorang saintis tapi percaya pada hal yang gaib. Percaya pada adanya Tuhan adalah percaya pada adanya hal yang gaib.
Mengapa aneh…?! 🤔
Karena selama ini kita berpikir bahwa kalau sudah jadi saintis yang selalu berpikir logis dan rasional tentunya sudah tidak mungkin akan percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal, tidak rasional, dan tidak mungkin bisa dibuktikan seperti keberadaan Tuhan, malaikat, sorga dan neraka, dan hal-hal gaib lainnya. Semestinya jika saintis berpikir bahwa segala sesuatu itu harus bisa dibuktikan, harus selalu logis, dan rasional, maka dia tidak mungkin bisa beriman atau percaya pada Tuhan. Untuk bisa mempercayai adanya Tuhan yang tidak bisa dibuktikan itu Anda harus mempercayai hal-hal yang tidak rasional. Dalam istilah agama disebut ‘meyakini hal-hal yang gaib’. Hal-hal yang gaib itu tidak rasional. Bagaimana mungkin Anda akan disebut rasional jika Anda mempercayai adanya kehidupan setelah mati padahal sama sekali tidak ada bukti ada orang yang mati yang hidup kembali? Sorga dan neraka kelak di akhirat itu hanya ciptaan pemikiran manusia belaka yang tidak bisa dibuktikan. Orang yang mempercayai hal-hal semacam itu disebut delusional alias berhalusinasi oleh Richard Dawkins dan para pengikutnya. 😎
Sebagai seorang saintis tentunya Anda harus selalu logis, rasional, dan baru bisa percaya jika sesuatu itu sudah dibuktikan kebenarannya melalui pembuktian-pembuktian ilmiah. Dan itu bertolak belakang dengan sikap orang yang beriman atau beragama. Sebagai seorang yang beriman Anda tidak perlu harus berpikir logis, rasional, dan ilmiah. Anda bahkan harus percaya pada hal-hal yang gaib yang disampaikan oleh nabi yang lahir di gurun pasir belasan abad yang lalu yang tidak bisa Anda buktikan kebenaran kata-katanya.
Untuk beriman seseorang TIDAK PERLU membuktikan Tuhan itu ada atau tidak. Tidak pernah ada perintah atau keharusan dalam kitab suci agar kita membuktikan keberadaan Tuhan dan segala klaimnya tentang hal-hal yang gaib. Kita hanya diminta untuk MENGIMANI atau PERCAYA keberadaan Tuhan dan malaikat-malaikatnya.
Jadi bagaimana mungkin seorang saintis yang sehari-harinya harus bisa selalu berpikir logis, rasional, dan ilmiah lalu berbelok mengimani sesuatu yang tidak bisa ia buktikan keberadaanya dan ia diminta sekedar memercayainya? 🤔
Tapi itulah anehnya…! Ternyata masih banyak saintis yang percaya pada Tuhan atau pada kekuatan gaib yang tidak pernah mereka teliti dan buktikan keberadaannya. 😁
Sampai saat ini ketika ilmu pengetahuan dan teknologi begitu maju pun milyaran manusia BISA BERIMAN pada hal yang gaib meski tidak pernah melihat wujud dan keberadaannya. Bahkan para nabi tidak ada satu pun yang pernah melihat Tuhan. Toh mereka berhasil meyakinkan umat mereka masing-masing adanya Tuhan Sang Pencipta dengan segala aturanNya, sampai hari ini…! 😁
Hidup itu memang tidak bisa hanya mengandalkan rasio dan logika semata. Kita bahkan tidak bisa hidup hanya dengan rasio dan logika semata. Kita harus bisa rasional dan sekaligus tidak rasional dalam hidup ini. Tidak semua hal dalam kehidupan ini yang rasional atau logis dan masuk akal. Banyak hal-hal yang diluar akal dan pemahaman kita. Sangat banyak, dan bahkan terlalu banyak malahan. Kita bahkan tidak tahu mengapa kita hidup dan mengapa setelah ini kita harus mati. Mengapa kita terlahir di sini, dengan ras dan gender yang ini, dari rahim ibu kita yang ini, dan mengapa bukan di sana dari rahim yang lain. Siapa yang menentukan itu semua dan apa perlunya kita harus hidup dan berjuang untuk itu. Rasio atau logika kita hanya bisa memahami sejumput kecil fakta yang ada dalam kehidupan nyata saat ini. Dan menolak adanya kemungkinan fakta-fakta lain yang tidak masuk di akal kita atau yang tidak rasional sebenarnya adalah kesombongan intelektual. 🙏
Surabaya, 9 Oktober 2022
Satria Dharma
mendapatkan informasi bahwa sebenarnya jumlah saintis yang ateis atau tidak percaya adanya Tuhan sejak dulu ya segitu-gitu aja dan tidak banyak perubahan