
Seorang petani di Amerika hidup dalam penuh kesulitan karena lahan pertaniannya sering kena badai. Badai itu dalam sekejap bisa merusak tanamannya yang telah ia garap dengan susah payah. Jika badai datang dan merusak ladangnya maka Ia akan kesulitan untuk memberi makan keluarganya. Ia sering berdoa agar diberi kehidupan yang lebih baik.
Suatu ketika menjelang panen ia melihat tanda-tanda badai. Ia sangat sedih dan cemas jika badai tersebut datang. Badai tersebut pasti akan menghancurkan ladang yang bakal ia panen tak lama lagi itu. Ia lalu berlutut dan berdoa dengan penuh harap pada Tuhan agar badai tidak menghantam ladangnya. Ketika badai datang secara ajaib badai itu tidak menghancurkan daerah pertanian di mana petani itu tinggal, kecuali ladang petani itu dan adiknya…! 😳 Semua ladang yang ada di daerah tersebut selamat kecuali ladangnya dan ladang adiknya. 😔 Petani itu hancur hatinya. Ia kecewa dan marah pada Tuhan dan sejak itu tidak pernah lagi berdoa. Tuhan telah mengkhianatinya yang telah tulus memohon selama ini. Tuhan yang tidak mengabulkan permintaan tidak patut untuk disembah dan dimintai pertolongan katanya.
Ia juga berhenti jadi petani dan beralih menjadi peternak. Sejak itu kehidupannya menjadi jauh lebih baik. Tapi ia tetap marah pada Tuhan yang menurutnya tidak menerima doanya
Ayah mertua saya dulunya bekerja sebagai anggota TNI AU dan tinggal bersama istri dan anak-anaknya di kompleks TNI AU Pagas, Malang. Kehidupan seorang tentara, apalagi Angkatan Udara, di masa itu sangat susah. Mereka hidup gali lubang tutup lubang. Istri saya sering bercerita tentang kehidupannya yang sulit waktu itu.
Ketika ada kesempatan ayah mertua saya beralih profesi jadi lurah atau kepala desa di desa asalnya di Madigondo, Magetan. Kehidupan mereka menjadi lebih baik meski tidak baik-baik amat.
Ayah mertua saya, Pak Kusnadi, menjadi lurah beberapa kali dan beliau sangat menikmati peran beliau sebagai Lurah Madigondo tersebut. Jabatannya tidak memberinya keuntungan finansial yang berlebih tapi posisinya sangatlah dihormati oleh warganya.
Ketika ada pemilihan lurah lagi tentu saja mertua saya ikut lagi. Macung, istilahnya. Beliau lalu mengerahkan segala upayanya agar terpilih lagi, termasuk berdoa khusus tentunya. Sayang sekali kali ini beliau kalah dengan calon lain yang kebetulan masih keluarga dengan beliau. Beliau tentu saja sangat kecewa dan sedih atas kekalahan di pilkades kali ini. Mengapa Tuhan tidak berpihak pada saya dan mengabulkan doa saya yang sungguh-sungguh tersebut? demikian kira-kira protes beliau. 🤔
Karena kalah pilkades beliau dan keluarga memutuskan untuk pindah ke Surabaya untuk memulai sebuah kehidupan baru sama sekali. Beliau kemudian memutuskan untuk berjualan nasi pecel Madiun bersama istri dan membuka warung dengan diberi nama “Warung Pecel Madiun Bu Kus”. Mereka menyewa rumah di Bratang Gede dan menyewa ruko untuk warung tersebut di Baratajaya. Alhamdulillah menu pecel mereka sangat disukai dan laris. Pecel Madiun Bu Kus boleh dikata merupakan salah satu warung pecel paling favorit di Surabaya. Kehidupan mereka jadi jauh lebih baik setelah warung mereka terkenal dan laris. Bahkan warung ini menjadi tumpuan hidup ke lima anak-anaknya ketika Bapak dan Ibu mertua saya tersebut telah tiada. Warung ini terus memberikan berkahnya ke pada anak-anak dan cucu-cucunya bahkan ketika mereka berdua telah tiada. 🙏
Mengapa Tuhan tidak mengabulkan doa petani itu ketika badai datang dan doa ayah mertua saya ketika pilkades waktu itu? 🤔
Tentu saja Tuhan mengabulkan doa mereka. Tuhan hanya tidak memenuhi permintaan mereka karena Tuhan ingin memberi ganti kehidupan yang jauh lebih baik daripada yang mereka jalani waktu itu. Tuhan mengabulkan doa kita bahkan pada saat Ia menolak permintaan kita.
Si petani baru sadar ketika anak perempuannya mengingatkan bahwa Tuhan justru telah menjawab doanya dengan mengirim badai tersebut. Badai tersebut membuatnya meninggalkan pekerjaan sebagai petani agar memiliki kehidupan yang lebih baik dengan jadi peternak. Ayah mertua saya belakangan sangat bersyukur bahwa karir lurahnya yang sangat ia cintai itu tamat sehingga mereka harus pindah ke Surabaya. Di Surabaya mereka memiliki kehidupan yang jauh lebih baik. 🙏
Surabaya, 11 Agustus 2022
Satria Dharma
Setahu saya Tuhan tidak pernah mengatakan “NO” pada doa kita. Tuhan selalu menjawab dengan salah satu di antara …
1) YES
2) YES, BUT NOT NOW
3) IHAVE A BETTER PLAN FOR YOU.
Yang 2) & 3) biasanya mrmbutuhkan … KESABARAN (meskipun bisa bertahun-tahun), KETABAHAN / KETANGGUHAN / KETEGARAN dan KEULETAN dan BERSERAH DIRI kepada apapun ketetapan Tuhan.