Akhirnya tercapai juga keinginan saya untuk mengajak sebuah perguruan tinggi untuk terlibat langsung menggerakan literasi. Meski saya telah menjadi pembicara tentang literasi di beberapa perguruan tinggi baik negeri mau pun swasta (di antaranya Unesa, Ubaya, Univ. Achmad Dahlan Jogya, Univ. Syiah Kuala Aceh, Unair), tapi kemarin secara resmi Universitas Airlangga (UNAIR) telah menyatakan keinginannya untuk ikut menjadi penggerak kemajuan literasi bangsa. Resmi..?! Mungkin belum… Tapi kemarin Prof Achmad Syahrani, Wakil Rektor I Unair dalam rapat bersama beberapa pimpinan lembaga di Unair telah menyatakan keinginannya untuk ikut membantu program “Surabaya Kota Literasi”.
Unair memang responsif…!
Kebetulan saya kenal pribadi dg Prof. Achmad Syahrani, Wakil Rektor I, dan dengan beliau saya bisa dengan santai kirim SMS dengan nama panggilannya ‘Mas Ayik’ saja. Begitu saya sampaikan program ini maka langsung diresponnya. Sepulang beliau dari meresmikan Unair ‘cabang’ Banyuwangi saya langsung diterimanya di kantornya di Kampus C, Margorejo. Saya langsung serahkan surat permohonan dari Baperpusip utk bantuan “Mahasiswa Penggerak Literasi” dan beliau langsung berjanji utk mengundang kami mendiskusikannya pd pejabat terkait.
Mengapa justru Unair dan bukan Unesa yang lebih responsif? Bukankah saya setiap hari cuap-cuap soal literasi ini di milis Keluarga Unesa dan kami bahkan sudah mengadakan beberapa kali kegiatan literasi di PPG? Apakah saya juga mengirimkan surat yg sama pada Unesa…?! Yes, of course. Tapi entah bagaimana kabar surat tsb setelah saya serahkan. Apakah saya tidak kenal pribadi dengan rektor dan para pejabat Unesa…?! Tentu saja saya kenal baik dengan mereka. Saya bahkan bisa mengunjungi mereka incognito anytime. Tapi Unair memang responsif (atau memang Mas Ayik seorang pejabat kampus yg luar biasa. Padahal latar belakang beliau adalah Farmasi yg mungkin agak jauh dengan sastra). Minggu lalu saya sdh menerima surat undangan RESMI dari beliau sbg Wakil Rektor I utk hadir pada rapat di Ruang Rapat A lt 3 Kampus C pada hari Selasa, 30/9/14, utk mendiskusikan apa yg bisa dilakukan oleh Unair utk mensukseskan program “Surabaya Kota Literasi”. Beliau mengundang lengkap jajaran yg akan diajaknya utk membantu program ini. Siapa saja yg diundang utk hadir pada rapat ini…?!
– Dekan/Wadek FISIP
– Dekan/Wadek Fak. Psikologi
– Kaperpus
– KPS Ilmu Informasi dan Perpustakaan
– Ketua LPPM
– Direktur Pendidikan
– Direktur Kemahasiswaan
Kami diminta utk mempresentasikan apa itu “Surabaya Kota Literasi” dan bagaimana Unair bisa membantu program ini. So ciamsor…!
Ini jelas-jelas melampaui ekspektasi saya…! Saya seringkali mendapatkan kejutan dalam upaya menggerakkan literasi, tapi apa yg dilakukan oleh Prof. Dr. H. Syahrani Ms Apt sebagai Warek I Unair ini sungguh sebuah kejutan yg sangat menyenangkan.
Dan kemarin kami rapat dengan dihadiri oleh sekitar 20-an pejabat Unair yang dipimpin langsung oleh Prof Syahrani (ditegaskan bahwa tidak ada hubungan keluarga dengan Syahrini, Si Jambul Nusantara itu). Untuk rapat ini saya sudah mempersiapkan materi yang akan saya bagikan pada para peserta. But to my surprise ternyata Prof Syahrani sudah mengambil langsung materi “Surabaya Kota Literasi” yang akan saya bagikan langsung dari website saya dan sudah disebarkannya pada para undangan. Sekali lagi saya salut dengan beliau. Ini Adalah sikap aktif, inisiatif dan responsif yang perlu dimiliki oleh para pemimpin. Beliau tidak menunggu dan langsung mengambil tindakan. Padahal saya tidak pernah memberitahu beliau tentang website ini, apalagi mengarahkannya ke posting artikel “Surabaya Kota Literasi”. He just knew what to do….!
Setelah pembukaan dari Prof Syahrani yang menyatakan betapa pentingnya kita mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain dalam literasi dan kesediaan Unair untuk terlibat dalam program “Surabaya Kota Literasi”, presentasi dilanjutkan oleh Bu Arini, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Surabaya. Beliau menjelaskan apa saja yang telah dilakukan oleh kota Surabaya untuk menggolkan program luar biasa dari Bu Risma ini. Bu Risma adalah satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang paham pentingnya literasi dan mengambil tindakan untuk menjadikan kotanya sebagai Kota Literasi. https://satriadharma.com2014/04/29/surabaya-kota-literasi/ Oleh sebab itu program ini perlu mendapatkan bantuan dari perguruan tinggi yang ada di kota Surabaya. Setelah Bu Arini barulah saya menyampaikan presentasi saya. Sayang sekali bahwa Pak Ikhsan, Kadisdik Kota Surabaya, tidak bisa hadir dalam rapat yang sangat gayeng ini.
Bu Arini menjelaskan bahwa meski pun ada ratusan petugas perpustakaan honorer yang telah masuk ke SD-SD negeri tapi ini jelas tidak cukup. Ada sekitar 1500-an sekolah mulai SD/MI s/d SMA/SMK/MA di Surabaya yang perlu mendapat bantuan tenaga untuk menggerakkan program literasi di setiap sekolah ini. Untuk bisa menyukseskan program “Surabaya Kota Literasi” maka harus ada gerakan massif, terencana, terstruktur, dan sinergis antara semua stake-holders pendidikan. Unair adalah salah satu PTN terkemuka di Indonesia yang akan bisa membantu keberhasilan program ini. Apalagi bahwa Unair memiliki jurusan Kepustakaan, Informasi, dan Sastra yang berhubungan langsung dengan program ini. Bu Arini menyatakan kesanggupannya untuk memberi bekal pelatihan pada para mahasiswa dan magang sebelum nantinya mereka diterjunkan ke sekolah-sekolah.
Pada saat itu juga Prof Syahrani menyatakan kesediaannya untuk membantu program ini. Unair memiliki sekitar 32.000 mahasiswa dan ada beberapa program yang bisa diintegrasikan dengan program ini. Mereka punya program KKN dan jika diatur dengan baik maka mereka bisa menjadi duta penggerak literasi di berbagai sekolah , bukan hanya di Surabaya tapi juga di berbagai daerah di Jawa Timur. (And suddenly we talk more global…)
Intinya Unair bersedia untuk membantu mengirimkan mahasiswanya untuk masuk ke sekolah-sekolah untuk menjadi Mahasiswa Penggerak Literasi. Para pimpinan lembaga yang hadir semua menyatakan kesediaan dan kesanggupannya untuk menyusun program di lingkungan masing-masing untuk membantu program “Surabaya Kota Literasi” ini. Bahkan Prof Mangestuti, Kepala Perpustakaan Unair, mengajak kami untuk melakukan berbagai program kerjasama dengan memanfaatkan semua fasilitas dan sumber daya yang ada di Perpus Unair. “Ayo segera…, kapan? “ kata beliau.
Salah satu lontaran komentar yang muncul dalam rapat kemarin adalah “Mengapa tidak membuat program “Pusat Studi Pengembangan Literasi Nasional”…?! Sampai saat ini memang belum ada Pusat Studi semacam itu padahal masalah ketertinggalan literasi kita adalah ‘clear and present danger’. Kalau tidak ada perguruan tinggi yang memulainya lantas siapa lagi dan kapan lagi…?!
Alhamdulilah bahwa pada akhirnya ada sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka yang tertarik untuk melakukannya…!
Kalau nanti Pusat Studi ini berdiri maka saya bernadzar untuk syukuran memotong kambing. Seekor kambing untukPusat Studi Pengembangan Literasi Nasional dari Unair..!
Sebelumnya saya juga sudah bernadzar untuk syukuran memotong kambing jika kewajiban membaca buku setiap hari masuk ke sekolah-sekolah pada Pak Ikhsan, Kadisdik Surabaya. Satu ekor kambing untuk kewajiban membaca setiap hari di sekolah…! Saya bahkan sudah ditagih oleh beliau karena katanya kewajiban itu sudah turun dengan surat edaran beliau. Dinas Pendidikan dan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya memang sudah mengirimkan surat edaran wajib baca 15 menit sebelum masuk sekolah bagi seluruh siswa TK hingga SMA baik negeri maupun swasta. Tapi saya memang belum melaksanakan nadzar saya tersebut karena kewajiban baca tersebut belum berjalan dan baru pada tahap sosialisasi. Surat edarannya memang sudah lama tapi sosialisasi tentang apa itu “Surabaya Kota Literasi” baru disampaikan pada para kepala sekolah se Surabaya pada raker minggu lalu. Itu pun masih belum nampak tindak lanjut dari raker kasek tersebut. Jadi saya menganggap bahwa belum waktunya saya syukuran karena memang nadzar tersebut belum terlaksana.
Jadi saya utang dua kambing demi literasi ini…
Surabaya, 1 Oktober 2014
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com