Kalau anak saya mahasiswa dan mau ikut demo saat ini maka saya akan dengan keras melarangnya. Kalau perlu saya dudukkan dia dan ceramahi betapa bodohnya dia kalau ikut-ikutan demo saat ini.
Pertama, sekarang ini masih pandemi Covid 19 dan samasekali belum berakhir. Protokol kesehatan masih wajib dilakukan. Orang-orang yang bekerja mencari nafkah yang wajib saja masih sangat dibatasi geraknya. Eee lha kok kamu dengan sembrononya ikut demonstrasi yang jelas tidak mungkin melaksanakan protokol kesehatan tersebut. 🙄
Hanya mahasiswa bodoh yang mengira bahwa status kemahasiswaannya itu membuat Covid 19 segan menghampirinya. Apalagi mereka beramai-ramai dan berdesak-desakan. Semakin beramai-ramai semakin senang Covid 19 menghampiri kalian.
Coba pikir…! Sungguh bodoh orang yang justru mendatangi tempat yang besar kemungkinan bakal menularinya virus Corona dan juga bakal menulari keluarganya yang lain. Apalagi kalian adalah mahasiswa yang mestinya mulai berpikir rasional dan bukan sekedar menuruti emosional belaka.
“Tapi ini perjuangan untuk bangsa dan negara, Pak. Rakyat membutuhkan kami para mahasiswa untuk turun membela mereka. Siapa lagi yang akan membela buruh dan rakyat kecil kalau bukan kami para mahasiswa.”
Jangan tunjukkan kebodohanmu pada Bapak, Nak. Sejak kapan menentang sebuah undang-undang menjadi kewajiban seorang mahasiswa? Menentang undang-undang itu membutuhkan argumentasi karena undang-undang tersebut juga disusun dengan argumentasi. Siapa yang memberimu ide bodoh bahwa argumentasi harus dihadapi dengan demonstrasi teriak-teriak di jalan?
Kalau boleh Bapak memberimu saran, tolong datangi kampusmu dan minta para dosenmu, utamanya para profesor tersebut, untuk turun dari menara gadingnya dan bersama-sama mendatangi gedung DPR. Suruh mereka menghadapi para penyusun undang-undang itu dengan segala argumentasi yang mereka miliki. Jangan biarkan para dosen dan profesormu menjadi pengecut yang takut menghadapi wakil rakyat yang menyusun undang-undang dan malah berlindung di balik mahasiswanya.
Seharusnya merekalah yang turun berdemo ngluruk gedung DPR menghadapi wakil rakyat penyusun undang-undang dan melawan mereka dengan argumentasi yang mereka punyai. Argumentasi dilawan dengan argumentasi. Bukan dengan membiarkan mahasiswa mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan jiwanya. Bagaimana pun toh para wakil rakyat penyusun undang-undang tersebut adalah mantan-mantan mahasiswa mereka juga dulunya. Hadapi mereka dengan argumentasi dan qaulan layyinan.
Kalau ada dosen atau profesor yang justru mendorong kalian untuk turun ke jalan berdemonstrasi dengan mempertaruhkan nyawa dan keselamatan kalian di kala pandemi seperti sekarang ini maka sampaikanlah kepada mereka bahwa mereka adalah PENGECUT tidak bertanggung jawab yang berlindung di balik gelar akademiknya.
Tidak seharusnya ada akademisi dan intelektual yang membiarkan anak-anak mahasiswanya mempertaruhkan keselamatan dan jiwanya untuk sebuah pekerjaan yang semestinya menjadi kewajibannya. Merekalah, para akademisi dan intelektual, yang harus maju berjuang demi rakyat dan buruh dengan segala kemampuan intelektualisme mereka. Bukannya mengumpankan mahasiswa untuk disergap oleh virus Corona dan aparat keamanan. 😬
Jadi, anakku, batalkan keinginanmu untuk berjuang tersebut. It’s not your battle field. Ini bukanlah medan perjuanganmu. Ini medan perjuangan para akademisi dan intelektual dengan segala argumentasinya. Bangsa kita saat ini sedang mati-matian menghadapi virus Corona yang mengancam seluruh aspek kehidupan kita. Segala dana, daya dan upaya telah kita lakukan agar kita segera terbebas dari ancaman pandemi ini. Jangan malah kalian mementahkan semua perjuangan kita selama ini dengan tindakan bodoh kalian tersebut.
Percayalah, Nak. Berdemo saat ini sama dengan menyerahkan diri pada Covid 19. Mau ditinjau dari sudut mana pun itu adalah tindakan bodoh. Dan Bapak tahu kalian tidak bodoh. Kalian hanya tertipu oleh angan-angan kalian dan gosokan para politisi pengecut yang seharusnya maju sendiri menghadapi masalah ini. Masih banyak waktu untuk menjadi pahlawan rakyat kecil. Bukan sekarang waktunya. Justru kalau kalian menjadi klaster baru penyebar virus Covid 19 maka kalian justru menjadi pengkhianat perjuangan bangsa melawan pandemi ini.
Masuklah, Nak. Ambil teh dingin dan minumlah pelan-pelan agar segar kembali otakmu.
Balikpapan, 17 Oktober 2020
Satria Dharma