Beberapa hari ini hati saya benar-benar kebat-kebit. Apalagi kalau bukan perkara viruscorona. Rasanya kayak paranoid aja…🙄
Yufi, anak kedua saya, sekarang kuliah sambil kerja di Bali. Karena Bali adalah tempat para turis asing banyak berkumpul maka saya tentu cemas. Kalau bisa sih saya berharap agar dia stay at homelah sampai Covid 19 ini berlalu, entah berapa lama. Tapi kan gak bisa karena dia kuliah dan sekaligus bekerja.
Ketika kampusnya akhirnya diliburkan ia belum bisa pulang ke Surabaya karena kantornya masih buka. Tapi ketika Jum’at kemarin kantornya meliburkannya maka ia langsung balik ke Surabaya.
Yang membuat kami orang tuanya cemas adalah bahwa sebelum pulang dia bilang bahwa tubuhnya demam, batuk-batuk, dadanya sesak, dan badannya sakit semua. Walah…! Kok kayak gejala kena Covid 19 nih! Jangan-jangan… 😳
Kami pun mulai cemas dan bimbang. Ini anak disuruh stay di Bali atau suruh balik ke Surabaya ya…?! Tapi karena pertimbangan perawatan akan lebih baik kalau di Surabaya maka ia kami bolehkan untuk pulang ke Surabaya. Lagipula dia sudah beli tiket pulang Jum’at itu.
Kakaknya yang menjemput di Juanda saya minta untuk memperlakukannya sebagai ADP (Adik Dalam Pengawasan) dan memintanya untuk langsung ke rumah. Di rumah kami sudah menyediakan kamar khusus untuk mengarantinanya. Kebetulan ada kamar kosong di lantai bawah yang memang biasanya kami pakai untuk menerima tamu. Kami lalu menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkannya selama dalam status karantina. Hanya Mamanya yang akan mengurus semua keperluannya dan adik-adiknya tidak kami perkenankan masuk ke kamar tersebut. Bahkan sepupunya yang biasa datang kami larang untuk datang sementara. Saya sendiri juga menjaga jarak dengannya.
Begitu masuk rumah ia langsung masuk kamar bawah dan tergeletak. Ia rupanya benar-benar sakit dan bukan sekedar nyeri-nyeri saja.. Ketika kami tanya apa yang ia rasakan dari sakitnya ia lalu menyebutkan sbb : 1. Demam (38,9 derci) 2. Meriang 3. Batuk (berdahak) 4. Pilek (sedikit) 5. Sesak napas 6. Nyeri tenggorokan 7. Nyeri dada 8. Nyeri seluruh badan 9. Nyeri sendi 10. Pusing 11. Sakit kepala (kalau bergerak / terhentak) 12. Mata berair 13. Badan lemas. Itu yang ia tulis melalui WA pada Mamanya.
Banyak amat ya keluhannya…?!
Untuk sementara dia hanya kami beri obat Paracetamol untuk menurunkan demam dan nyeri tubuhnya. Siapa tahu besok sudah ada kemajuan. Semoga saja…
Sabtu besoknya ternyata Yufi masih demam. Paracetamol hanya bertahan beberapa jam dan ia kembali demam tinggi. Kami benar-benar kuatir kalau ia suspect Covid 19. Akhirnya kami putuskan untuk membawanya ke RS Universitas Airlangga. Kebetulan RSUA adalah salah satu RS yang ditunjuk untuk menangani pasien suspect viruscorona. RSUA telah menyiapkan ruang khusus untuk menangani pasien suspect corona. Kakaknya yang mengantar langsung ke bagian yang letaknya dekat dengan IRD.
Ketika sampai di sana ternyata sudah banyak orang lain yang juga antri untuk memeriksakan diri. Saking banyaknya sehingga Yufi kehabisan kuota untuk diperiksa hari itu dan diminta untuk kembali hari Senin. Senin…?! Berarti masih lusa dong…! Wah, gak bener nih…! 🙄
Akhirnya kami putuskan untuk membawanya ke RS Premier (HCOS) di Nginden. Ini RS langganan keluarga kami karena kami punya asuransi kesehatan yang berlaku di RS Swasta mahal ini.
Sesampai di RS Premier ternyata juga penuh dan mereka harus antri lama. Mereka sempat pulang dan ketika kembali ke RS Premier ternyata juga tidak bisa menangani Yufi hari itu. Yufi diminta untuk datang besoknya.
Semakin paniklah kami meski Yufi tidak sambat sama sekali. Tapi Yufi memang sangat jarang mengeluh kalau sakit. Dia termasuk Indian kalau soal sakit ini (sila baca kisahnya di https://satriadharma.com/…/keturunan-indian-di-keluarga-sa…/). Tapi kami tahu bahwa badannya tentu sangat sakit karena ia langsung berbaring begitu sampai rumah dan bahkan tidak bisa tersenyum sama sekali.
Apa yang harus kami lakukan…?!
Ya cari-cari bantuanlah pada teman-teman yang bisa membantu. 🤔
Istri saya menghubungi dokter spesialis di RS Premier yang merawat almarhum ayahnya dulu dan mendapat jaminan kalau besok insya Allah akan dapat jatah untuk diperiksa.
Saya sendiri menghubungi teman, yaitu Dr. Heri Munajib, yang sedang ambil spesialis di RSUD Dr. Soetomo. Karena ia sedang ambil spesialis dan hampir tiap hari di IGD Dr. Soetomo maka ia tentu punya banyak teman yang sedang mengurusi pasien juga. Kebetulan ia sedang tidak shift di IGD tapi ia lalu meminta Yufi agar dibawa langsung ke IGD saja untuk mendapatkan penanganan awal. Ada teman-temannya yang bisa membantu nanti. Saya lalu diberi rekomendasi untuk menemui Dr. Sahrun yang sedang PPDS Paru di IGD malam itu.
Kali ini saya dan Mamanya langsung turun tangan. Berempat kami berangkat ke IGD, mendaftar dan langsung minta bertemu dengan Dr. Sahrun. Di kursi depan tempat mendaftar Yufi langsung diperiksa dan ditanya-tanya oleh Dr. Sahrun. Setelah diperiksa cukup cermat akhirnya diputuskan bahwa yufi tidak perlu opname tapi cukup minum obat. Alhamdulillah tidak perlu tindakan khusus. Foto thorax juga belum perlu. Hanya diberi resep Symbicort dan Azithromycin dan diminta istirahat selama 3-4 hari untuk melihat perkembangannya. Hasil pemeriksaan dr. Sahrun ada wheezing di paru sedikit, karena Yufi kena asma exsaserbasi akut, dan LRTI (Lower Respiratory Tract Infection) alias Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah. Menurut dr. Sahrun Yufi memang sudah masuk ODP tapi resiko rendah jadi memang belum masuk kriteria yang gawat untuk opname.. Yufi memang punya sakit asma dan sering kambuh. Dia biasanya pakai ventolin untuk dihisap kalau lagi kambuh. Sarannya, istirahat, banyak minum air putih dan buah yang vit C dosis tinggi untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya.
Kami pun pulang dengan hati gembira. Kami lalu menebus obatnya Yufi yang hanya dua macam tapi ternyata sangat mahal, terutama antibiotiknya.😬 Saya sungguh bergidik membayangkan betapa beratnya kalau orang miskin yang harus menebus obat sampai nyaris 800 ribuan untuk sekali kunjungan. Untungnya kok bapaknya Yufi ini ada sedikitlah tabungannya. 😎
Minggu dan Senin kami terus memantau keadaan Yufi. Setelah minum obat sudah lumayan ada kemajuan ketimbang kemarin. Kali ini tinggal ini yang dirasakannya, yaitu : Meriang, batuk, sesak napas, nyeri tenggorokan, nyeri seluruh badan, pusing, badan lemas.
Hari ini, Selasa, saya turun ke bawah dan melihat Yufi sudah keluar dari kamarnya dan berjemur di depan pintu rumah. Maskernya sudah dilepas. Alhamdulillah, ternyata dia sudah merasa nyaman. Seperti yang disampaikan oleh Mas Heri Munajib efek obatnya memang akan baru terasa paling tidak setelah 3 kali minum, yaitu hari ini. Dan ternyata dia benar. Hari ini saya sudah melihat senyum Yufi lagi di meja makan. Baru hari ini kami bisa duduk makan bersama di meja makan menikmati masakan Emake arek-arek yang sungguh terasa jauh lebih nikmat daripada biasanya. 😀
Yufi akan tetap kami karantina sampai benar-benar sembuh. Pagi ini saya adakan briefing pada keluarga tentang perlunya kami ‘Stay at Home’ dan tidak keluar jika tidak benar-benar penting.
Mari kita hadapi situasi gawat darurat ini dengan penuh kesabaran dan harapan memenangkan perang melawan Covid 19. Semoga Allah melindungi kita semua. Amin…! 🙏
Surabaya, 24 Maret 2020