Yufi, anak keduaku, sudah berhari-hari merasa tubuhnya tidak nyaman. Ia tahu ada yg tidak beres di tubuhnya. Pernah suatu kali ia minta dijemput di sekolah karena merasa sakit perutnya. Tapi itu bukan karena mules. Sesuatu di ususnya yg membuatnya tidak bisa berkonsentrasi di kelas lagi.
Pada hari ultahnya yg ke 17 sy memberinya uang hadiah ultah agar ia bisa mengajak teman-temannya makan sbg perayaan ultahnya. “Berapa banyak temanmu yg mau kamu traktir makan?” tanya saya. “Dua puluh empat,” jawabnya. “Hah…! Banyak amat…?!” Komentar saya.
Hari itu gantian saya yg mual, mulas, pusing, dan bolak-balik ke toilet. Saya muntah beberapa kali. “Something is wrong with my tummy” atau kalau istilah populernya ‘my body is not delicious’ dan saya terpaksa cuma berbaring saja di rumah. Untungnya istri dengan senang hati menemani saya ngobrol sambil berpelukan seperti Teletubbies di kasur.
Lepas Isyak Yufi berangkat entah ke mana untuk menraktir kawan-kawannya. Entah jam berapa saya jatuh tertidur.
Tengah malam tiba-tiba HP istri berbunyi dan saya ikut terbangun. Saya lihat jam. Pukul 12:30. Haah…! Tengah malam ada yg nelpon…?! Dan telinga saya langsung siaga. Dari rumah sakit…?! Seorang dokter mengabarkan bhw Yufi masuk UGD…?! Istri saya nampak tegang.
Something is not right, pikir saya. Pasti ini penipuan seperti biasanya…! Saya biarkan istri saya bicara dengan ‘si penipu’ tengah malam itu. Tanpa bicara saya langsung bangun utk mengecek di mana Yufi berada. Pada jam sekian ia tentu sudah tidur. Saya buka kamarnya…kosong! Saya turun ke lantai bawah. Ia biasa tidur di kamar bawah sesekali. Kosong juga…! Whaaaat…?!
Saya dengan cepat naik ke kamar lagi utk menemui istri saya. Percakapannya dengan ‘dokter penipu’ di ujung telpon sana sdh selesai. Katanya Yufi skrg ada di UGD RS Premier (kami selalu menyebutnya dg nama lamanya: HCOS). Katanya…?! Huh…! Jangan harap saya akan ditipu oleh telpon abal-abal. Tidak semudah itu, Kawan…!
Tapi ternyata istri saya sudah bicara dg Yufi sendiri dan Yufi memang ada di UGD saat itu. Haaah….! Kok bisa…?!
Jadi ini bukan penipuan…?! tanya saya dalam hati. Bukan. Ini asli Yufi masuk UGD RS Premier, Nginden Intan Selatan.
Ternyata malam itu Yufi merasakan tubuhnya sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Setelah selesai menraktir teman-temannya di Sutos ia segera lari ke UGD RS Premier yg memang satu jalur dg jalan pulang ke rumah. Masuk UGD ia langsung diperiksa dg seksama dan ternyata ia positif kena typhus dan harus opname malam itu juga. Waks…! Itu sebabnya dokter UGD menelpon mamanya utk mengabari soal masuknya Yufi ke UGD. Dengan segera diputuskan agar ia segera masuk utk opname malam itu juga. Besok pagi baru akan kami kirim semua persyaratan administrasi yg dibutuhkan. Untungnya kami punya asuransi yg ‘cashless’ jadi tidak perlu keluar dana apa pun nantinya di RS Premier,
Lantas kenapa dokter UGD justru menelpon istri saya (yang cantik) dan bukan menelpon saya (yg gagah berwibawa)…?! Mau main-main ya…?! Ternyata Yufi memang sengaja memberi nomor HP mamanya ke dokter jaga. Ia bahkan berpesan agar saya (ayahnya yg gagah berwibawa ini) tidak dibangunkan dan tidak perlu dikabari. Yufi tidak ingin saya (yang ia tahu sedang berbaring sakit di kamar) tidak terganggu dengan kabar sakitnya di UGD tersebut. Ia tidak ingin membuat saya (yang sedang sakit) menjadi cemas dan semakin sakit. Oalaaah Le…Le…! Bapakmu iki otot kawat balung wesi ati emas otak berlian embuh opo maneh. Mosok dengar anak masuk UGD aja bisa shock dan jatuh sakit…! (Dikit sih!)
Tiba-tiba saya ingat ayah saya (yang jauh lebih gagah dan tampan ketimbang saya yg cuma KW 3). Ayah saya adalah orang yg paling tahan sakit dan pantang mengeluh atau menyampaikan kalau dirinya sakit. Semua rasa sakit dan penderitaan akan ditelannya sendiri tanpa sedikit pun akan keluar keluhan dari bibirnya. Tak ada satu pun anggota keluarga yg tahu kalau beliau menderita sakit yg bisa membuat kami anak-anaknya (yg gak sepiro Indian) nangis kaing-kaing. Seorang Indian Apache tulen (begitu yg saya baca) yg pantang menunjukkan rasa sakit. Ditugel drijine nyoooh…! Saya selalu mengagumi sifat tegar ayah saya ini. If only I could have his tough personality! Lha wong saya ini penakut dan kemana-mana minta ditemani istri. Saya takut ditemani istri orang lain. Pokoke wedilah…!
Yufi ini kayaknya mewarisi ketegaran ala Indian Opanya. Saya bahkan menduga ia juga mewarisi sifat diamnya suku Apache. Lha wong kalau ditanyai apa-apa soal sekolahnya dia tidak pernah mau cerita cuma menampilkan wajah bekunya tersebut. Seolah segala hal ttg sekolahnya adalah rahasia Suku Apache yg tidak boleh bocor sedikit pun. Yok opo sih arek iki…?!
Ya sudahlah…! Mungkin dulu waktu istri saya hamil ia nyidam pingin punya anak suku Indian. Dan sekarang keturutan. Toh ia mewarisi sifat Indiannya itu dari Opanya. Mungkin suatu hari saya harus memberi nama gelar pada Yufi sebagaimana laiknya pemuda-pemuda Indian. “Quiet Bull” nampaknya nama yg cocok utknya. Atau “The Frozen Lips”…?!
Kuta, 4 Mei 2014
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com