Siang tadi saya bersama Dr. Agus Zainal Arifin, Dekan FTI ITS, ada acara dengan para guru SMAN 5 Surabaya. Kami mengadakan dialog tentang bagaimana mengembangkan hubungan komunikasi yang baik dengan siswa dan juga menyinggung sedikit tentang radikalisme. Sekedar info, Dita Oeprianto, pengebom bunuh diri kapan hari itu adalah alumni sekolah ini.
Ada isu yang menarik dalam dialog, yaitu tentang islamophobia dan definisi tentang radikalisme itu sendiri. Seorang guru bercerita bahwa Dita sekeluarga itu tetangga belakang rumahnya dan ia mengenal keluarga tersebut dengan baik. Keluarga tersebut tidak menunjukkan adanya ciri-ciri sikap dan prilaku radikal atau ekstrim dalam kehidupan bertetangga. Dita tidak berjenggot dan bercelana cingkrang. Puji Kuswati, istri Dita, juga tidak bercadar dalam kesehariannya. Tidak ada tanda bahwa mereka mengikuti kelompok radikal. Jadi dia dan tetangga lain sangat kaget ketika tiba-tiba Puji Kuswati dan dua orang anak perempuannya memakai gamis hitam dan bercadar ketika meledakkan diri. Sekarang orang-orang tiba-tiba islamophobia pada orang bercadar.
Apa yang terjadi…?!
Coba perhatikan baik-baik. Puji dan anak-anak perempuannya tidaklah bercadar dalam keseharian. Tapi ketika ia hendak mengebom gereja ia dan kedua anaknya memilih menggunakan gamis hitam dan bercadar. Pertanyaannya : Siapa sebenarnya yang memfitnah orang bercadar? Apakah non-muslim yang berupaya untuk memfitnah muslimah bercadar? Tidak. Yang melakukan adalah sesama muslimah yang dalam keseharian tidak bercadar tapi begitu ingin melakukan tindakan bunuh diri memilih untuk bercadar. Akhirnya wanita bercadar kembali mendapatkan stigma buruk. Jadi dalam kasus bom bunuh diri di gereja kemarin itu sesama muslimahlah yang mendatangkan fitnah kepada muslimah lain yang bercadar dalam kesehariannya. Dan kasus pemboman dimana pelakunya menggunakan gamis dan bercadar adalah begitu seringnya terjadi sehingga banyak negara yang akhirnya melarang penggunaan cadar di tempat umum.
https://www.express.co.uk/news/world/585233/Chad-Africa-Islamic-veil-terror-attack-Pahimi-Deubet-militants-Boko-Haram
https://www.telegraph.co.uk/women/life/burka-bans-the-countries-where-muslim-women-cant-wear-veils/
http://www.bbc.com/news/world-africa-33553041
Pertanyaan lain : Mengapa Puji memilih bercadar ketika hendak melaksanakan tindakan kejinya tersebut? Tidakkah ia pernah berpikir bahwa tindakannya tersebut akan menyebabkan fitnah yang besar kepada sesama muslimah yang dalam kesehariannya bercadar? Tentu saja ia tidak peduli. Ia mengenakan gamis hitam dan bercadar adalah agar ia tidak dikenali dan ia bisa membawa bomnya di perutnya tanpa kelihatan dari luar. Jadi ia memang sengaja bergamis dan bercadar untuk memuluskan tindakan kejinya. Dua tindakan keji yang dilakukannya, yaitu membunuh orang lain dan dirinya serta memberikan fitnah yang keji kepada muslimah yang bergamis dan bercadar. Dan kini muslimah bercadar yang kena getahnya (lagi). 😕
Mengapa ada islamophobia di Indonesia? Tidak ada islamophobia di Indonesia. Yang muncul adalah CADARPHOBIA, rasa takut atau fobia pada orang-orang yang bergamis dan bercadar. Jadi bukan Islam yang ditakutkan atau menimbulkan kecurigaan pada khalayak tapi khusus pada wanita bergamis hitam dan bercadar. Dan itu adalah karena tindakan yang dilakukan oleh umat Islam sendiri, dalam hal ini adalah Puji Kuswati dan kedua anaknya yang membom gereja. Jadi tolong jangan menyalahkan siapa pun jika ada orang (atau negara asing) yang fobia terhadap cadar karena memang umat Islam sendiri, wabil khusus para teroris, yang menyebabkannya.
Tentu saja tidak ada islamophobia karena faktanya tidak ada orang yang takut atau curiga pada orang yang sarungan berkopiah sambil membawa Alquran. Tidak ada orang yang takut atau fobia pada orang yang sehari-hari ke masjid. Tidak ada orang yang takut pada wanita berjilbab, pengajian, shalawatan, khitanan, dan segala macam ajaran dan budaya Islam lainnya. Tidak ada yang takut atau curiga pada mereka karena selama ini mereka memang tidak pernah menimbulkan masalah. Tidak ada larangan untuk beragama Islam atau menjalankan ibadah Islam di mana pun. Pakai jilbab juga tidam pernah dilarang. Yang dilarang hanyalah mengenakan cadar di tempat-tempat umum. Jadi fobianya adalah pada orang bercadar dan bukan pada agama atau umat Islam itu sendiri.
Begitu juga jika ada orang yang takut pada sekelompok umat Islam yang membawa-bawa nama ormas Islam yang sering membuat kegaduhan maka itu juga bukan islamophobia. Itu mungkin ‘ormas Islam-phobia’. Mereka takut pada kelompok ormas Islam dan bukan pada Islam itu sendiri.
Jadi saya katakan bahwa tidak mungkin umat Islam terkena islamophobia karena tidak mungkin umat Islam takut pada agamanya sendiri. Umat lain juga tidak mengidap islamophobia karena mereka tidak takut dengan ajaran Islam mau pun praktek ibadah Islam lainnya. Mereka mungkin cadarphobia atau ormas Islamphobia tapi bukan Islamophobia. 🙏
Surabaya, 28 Mei 2018