Istri saya waktu dulu pernah diwanti-wanti sama ibunya agar jangan menikah dengan orang Makassar atau orang Batak. Soalnya orangnya kasar-kasar, begitu kata beliau. Sayang sekali ternyata anaknya yang cantik itu justru terpukau, terbuai, dan jatuh dalam pelukan seorang keturunan Bugis, kelahiran Makassar, besar di Surabaya, pintar bahasa Inggris, sangat keren, senyumnya bisa melelehkan mentega, tatapannya menggetarkan hati wanita, dll, yang dalam hal ini adalah saya sendiri. Ehm…! Entah istri saya lupa dengan pesan ibunya atau ibunya ‘kualat’ dengan orang Makassar yang penting anaknya yang cantik itu akhirnya ikut saya sudah hampir 25 tahun ini. Alhamdulillah hal yang dikuatirkannya tentang orang Makassar yang kasar-kasar itu tidak terbukti. Orang yang dipersepsikan kasar ternyata bisa sangat lembut (Don’t just believe me. Please confirm my wife about this). Itu yang disebut sebagai ‘stereotyping’. Kita mempersepsikan orang berdasarkan pandangan umum yang tentu saja bisa sangat keliru lha wong kita menilai seseorang yang spesifik tapi pakai pandangan umum. Kalau kamu menilai orang Amerika itu semuanya sombong dan rambutnya menggelikan seperti Donald Trump ya kamu keliru.
Saat ini saya masih terheran-heran dengan sebuah fenomena yang menurut saya sangat luar biasa untuk Indonesia. Ada seseorang yang memiliki begitu banyak kriteria untuk dibenci oleh khalayak umum. Mari saya tunjukkan.
- Keturunan Cina. Masih banyak di antara kita yang entah bagaimana tapi sangat membenci keturunan Cina. Mereka bisa memandang keturunan Cina dengan sangat jijik, benci, dan marah. Tentu saja ada di antara mereka yang melakukan hal tersebut sambil menyatakan, “Saya tidak benci Cina lha wong teman dan tetangga saya banyak yang Cina.” Tapi sayang sekali bahwa apa yang ditampakkannya justru bertolak belakang dengan pernyataannya ini. Menjengkelkan kan…?! Sampai hari ini keturunan Cina masih terus dipersepsikan dengan pandangan yang merendahkan dan banyak orang yang katanya terpelajar tapi mengumbar kebenciannya pada keturunan Cina. Ada teman saya yang pernah mengagumi seseorang dan mengeluh, “Arek iki ayu sayang Cino.” Ndasmu peang…! Mbok ya bilang, “Arek iki Cino tapi ayu.” Eh, sama aja ya?
- Kristen. Meski ada ayat-ayat Alquran yang memuji persahabatan umat Islam dengan umat Nasrani dan menyanjung mereka dengan istilah Ahli Kitab, tapi mayoritas umat Islam menganggap mereka sebagai kaum kafir. Dan, astagfirullah,yang namanya orang kafir ini dalam pandangan umat Islam jelas ‘ahlunnaar’ (check your dictionary if you don’t understand the meaning). Orang kafir itu derajatnya jauh lebih buruk ketimbang keturunan Cina. Pokoknya tak tertolong deh! Saya dulu itu heran mengapa ya umat Islam itu selalu mengira bahwa orang Kristen tidak bisa masuk sorga. Apa mereka gak tahu jalannya? Akhirnya seorang teman bilang pada saya bahwa orang Kristen tidak akan masuk sorga itu maksudnya sorganya umat Islam. Orang Kristen sudah bikin kapling sorga lebih dulu. Jadi mereka itu sudah punya sorga sendiri yang terpisah dari sorganya umat Islam. Kan Kristen itu agama yang lebih dulu ada ketimbang Islam. Jadi sorganya juga sudah dibangun lebih dahulu daripada sorganya umat Islam. Saya langsung bilang,”Ooooh… begitu tah?!”. Sampai sekarang teman saya itu saya anggap sebagai seorang filosof kelas atas.
- Penista Agama. Ya, Allah! Jangan sampai kalian dimasukkan dalam kategori ‘Penista Agama’ meski pun hanya tergelincir menggunakan kata ‘pakai ayat Al-Maidah’ atau Al- yang lain. Please, never in your mind. Apa kalian tahan dimusuhi oleh umat Islam sebanyak 7 juta orang sampai berseri-seri? Bahkan Wiro Sableng dan gurunya Sinto Gendeng pasti akan terkencing-kencing karena didemo tiga angka seperti ini dan setelah itu dituntut untuk masuk penjara. Mending cuma dituding Cina dan kafir deh. Terpleset lidah mengatakan ‘dibohongi pakai ayat’ itu luar biasa besar dosa dan kesalahannya dan MUI tidak akan mengampunimu meski pun kamu sudah minta maaf. Gak bisa! Wis kadung…! Kata-kata itu sudah menggetarkan Arsy dan langit ke tujuh dan harus dihukum demi tegaknya marwah agama Islam.
- Melawan Habib. Bagi Anda yang tidak tahu apa hebatnya seorang Habib, let me tell you slowly and clearly. Habib itu artinya keturunan Nabi Muhammad, nabi kami yang sangat…sangat kami cintai. Kami berani mati untuk membela nama nabi kami. You got that…?! Lagipula habib yang dilawan oleh orang Cina, kafir, penista agama ini adalah Bib Zig (bukan Zig Ziglar), ‘the greatest Habib ever in Petamburan’. Habib ini selalu pakai surban dan jubah putih yang melambangkan kebersihan dan kesuciannya. Beliau punya penggemar dan fans sampai menembus dataran tinggi mau pun dataran rendah (whatever it means). Berani melawan beliau berarti bosan hidup. Bahkan membayangkannya saja saya sudah bergidig. This man must be bigger than a mountain. Lha wong jendral yang punya anak buah ribuan saja gak berani kok!
- Mulut Comberan. Mulutmu harimaumu. Cocotmu ulo kobramu. Kalau kamu ngomong kasar di depan umum maka itu artinya kamu bakal diterkam harimau dan dicakot ulo kobra. Rasakno awakmu saiki…! Apalagi kalau kamu seorang gubernur. Kalau kamu seorang walikota yang keren seperti Bu Risma bolehlah sesekali nyamber bawahan dengan kata-kata kasar. Tapi mbok ya kamu itu mikir…! Wis Cino, kafir, penista agama, musuhnya Habib, eh…! kok ya ditambahi dengan mulut comberan…! Gak duwe udel tah awakmu iku (mohon maaf bagi yang tidak terbiasa dengan bahasa Suroboyoan). Tidak peduli apakah mulut comberanmu itu kamu pakai untuk nyamber para koruptor dan csnya, comberan is comberan. Kami butuh seorang pemimpin yang santun meski pun ia SANUSI (santun tapi korupsi). Titik. Gak boleh protes.
- Koruptor. Kami ini tidak peduli dengan statusmu yang sampai sekarang belum dicokok oleh Kejaksaan atau pun KPK dan dicitrakan bersih oleh penggemarmu. Tapi bagi kami kamu sudah berstatus koruptor. Lha kok bisa…?! Bisa aja dong! Kan kata BPK kamu sudah terindikasi korupsi Sumber Waras. Belum lagi kasus bis Trans Jakarta, dan apa lagi gitu. Tahu nggak kamu kepanjangan dari BPK? Badan Pemeriksa Korupsi, eh, Keuangan. Lha kalau kamu diperiksa keuanganmu dan dinyatakan gak beres oleh badan ini ya kamu tamat. Titik. Gak boleh protes juga.
- Namamu Ahok. Jelas Cina, kan? Kalau Ambo, Ucok, Tole, Nanang, Ujang, dll itu jelas pribumi. Kalau Ahok itu jelas non-pri. Meski pun istilah ‘pribumi’ itu dipopulerkan oleh Belanda untuk menunjuk klas warga jajahannya tapi kayaknya istilah tersebut masih keren untuk dipakai, khususnya untuk keperluan stereotyping. Dan let me tell you, nama Ahok itu sekarang lebih dimusuhi ketimbang Akiong, Abun, Aliang, dan lain-lain yang sejenisnya. Pokoknya amsiong deh…!
Sebetulnya saya masih bisa mencari lagi beberapa hal yang bisa saya pakai untuk membenci orang ini tapi masak segitu kurang sih…?! Ahok yang koruptor, mulut comberan, musuhnya The Great Bib Zig, Cina, Kristen, Penista Agama, opo maneh yo… apa kurang mbencekno orang ini? Kalau ada pemilihan orang yang paling dibenci di Indonesia (dan respondennya adalah umat Islam, pribumi, pencinta habib) maka saya yakin Ahok akan merebut gelar itu dengan perbedaan angka yang sangat jauh dengan di bawahnya. Bahkan mungkin gelar ini akan masuk dalam MURI dan bertengger cukup lama.
Yang mengherankan saya, dan menurut saya merupakan sebuah fenomena yang luar biasa, adalah justru mengapa orang semacam ini kok justru sangat dicintai oleh begitu banyak orang, umat Islam pula…! Padahal Ahokers ini sudah disinis, diintimidasi, dikafirkan, dimunafikkan, kalau mati gak bakal disalatkan, dll… kok ya masih saja mencintai Ahok dengan rasa yang luar biasa…!
Ada apa ini sebenarnya…?! Kon iki wis gendeng tah, rek…?!
Bagaimana mungkin orang yang memiliki begitu banyak kriteria untuk dibenci oleh umat Islam yang pribumi dan berpedoman pada Al-Maidah 51 kok malah dicintai dengan habis-habisan seperti itu?
Sebetulnya saya mau berkomentar : “Gendeng Mangan Semir”, tapi judul ini sudah saya pakai pada tulisan saya yang lain jadi saya batalkan.
Satu keanehan yang paling sulit saya nalar adalah lha kok saya sendiri juga ikut-ikutan cinta pada Ahok…! Padahal ketemu saja tidak pernah, apalagi salaman dan foto bersama (kalau sama Anies saya punya beberapa).
Oh, Ahok! What kind of charm and love potion are you using to me…?!
Surabaya, 22 April 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Tulisan pak Satriag segar, dialek Suronoyo betikut cetlukan2nya kenthal, tenan khas Suroboyo. Saya fans anda di Tannas nya mbak Herawati, meskipun agak risau kalau membaca nama Ibnu Sutowo, rekam jejak beliau, yg identik dg Pertamina zaman pak Harto…Negara dalam negara, saking betkuasanya Pertamina waktu itu. Kesan ini susah hilang