Seorang teman menulis bahwa orang yang ibadahnya baik pasti jadi pemimpin yang baik. Ada juga orang yang menggiring-giring bahwa capres tertentu dianggap ibadahnya paling baik sehingga dialah yang paling layak untuk dipilih. Pilihlah calon presiden yang ibadahnya baik karena pasti akan jadi pemimpin yang baik, demikian ajaknya. 😎
Tentu saja itu tidak ada hubungannya. Ketaatan beribadah seseorang itu tidak ada hubungannya dengan kemampuannya memimpin. Soal beribadah dan memimpin itu dua hal yang berbeda. Jangankan dengan kemampuan memimpin, ketaatan seseorang beribadah kepada Tuhan juga bukan jaminan bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya. Banyak orang-orang yang taat beribadah, selalu berjamaah di masjid, puasa Senin dan Kamis, tahajud tak pernah lepas, tapi anak dan istrinya pun tidak mampu ia bahagiakan. Jangankan lagi menjadi pemimpin yang baik, menjadi warga yang ramah dan selalu menolong saja belum tentu bisa. Ya karena ketaatan beribadah kepada Tuhan (hablun minallah) tidak selalu diikuti oleh baiknya hubungannya dengan manusia (hablun minannas). Apalagi dengan kemampuan memimpin.
Kepemimpinan adalah kemampuan khusus yang bukan hanya butuh bakat tapi juga latihan dan proses pembelajaran. Kemampuannya bisa didapat dari lahir (genetis), bisa dari proses pembelajaran, dan perpaduan dari dua faktor tersebut.
Pemimpin hebat tidak perlu harus beragama. Apalagi harus ibadahnya baik.
Pemimpin yang ibadahnya baik dan memiliki ilmu pengetahuan agama yang tinggi juga bukan jaminan bahwa ia akan dapat memuaskan umat atau rakyatnya. Gus Dur adalah ulama besar pemimpin organisasi keagamaan terbesar di dunia tapi juga ternyata diturunkan oleh rakyatnya. 😔
Khalifah Usman dan Khalifah Ali itu kurang baik apa ibadahnya. Kurang alim bagaimana beliaunya. Toh mereka berdua akhirnya DIBUNUH oleh umatnya karena umatnya tidak puas dengan kepemimpinan mereka. 😔
Ada yang tidak percaya kalau orang tidak beragama pun bisa jadi pemimpin yang hebat.
“Mana contohnya?” tanyanya.
“Lha ini… “, kata saya. Mosok gak kenal.
Surabaya, 15 Januari 2024
Satria Dharma