Apa acara Anda pagi ini? Kalau tidak ada acara cobalah ke Jl. Raya Gubeng. Sebelah kiri jalan sebelum RS Siloam (dulu Budi Mulia) ada sebuah rumah yg menjual buku obralan dari Gramedia. Ada tertulis besar-besar “Obral Buku Mulai Rp. 5.000,-“. Koleksinya sangat memuaskan utk diborong (apalagi kalau kita berniat utk bikin perpustakaan kampung atau utk disumbangkan). Sebagai contoh, buku-buku karangan Enid Blyton yg seri Lima Sekawan cuma sepuluh ribu rupiah. Bayangkan senangnya seorang anak yg mulai suka membaca mendapat hadiah buku bacaan gurih macam serinya Enid Blyton ini…! Bayangkan senangnya anak-anak di sebuah SD kalau kita datang membawa seratus eksemplar buku-buku bacaan serialnya Enid Blyton ini untuk diletakkan di perpustakaan kelas mereka sehingga mereka bisa membaca buku-buku itu dengan sepuasnya…! 😀
Ada banyak buku bermacam-macam genre yang diobral. Saya sampai seperti mabuk memilih buku-buku yang diobral dengan harga paling mahal ‘selawe ewu’ itu. Buku yang paling mahal adalah buku-buku bacan anak yang ‘lux’ dan ‘hard cover’. Beberapa buku nampaknya menarik utk saya baca sendiri dan langsung saya boyong untuk saya letakkan di meja kamar tidur saya. “Lha kok buku-buku numpuk lagi…?!” komentar istri saya. Tapi saya diam saja. Better say nothing. 🙂
Salah Satu buku yang saya baca pagi ini adalah buku terbitan Mizania yang ditulis oleh Muhammad Idris dengan judul “Mereka Bilang Aku Kafir. Kisah Seorang Pelarian NII”. Pembahasan tentang ‘kafir mengafirkan’ memang menarik bagi saya karena ini memang fenomena yang menonjol dalam kehidupan keberagamaan kita. Ini juga fenomena yang tidak pernah ada habisnya kayaknya. Bayangkan kalau tiba-tiba kita dikafirkan oleh sesama muslim (apalagi kalau sampai dihalalkan darah dan hartanya)…! Wow…! Isn’t it frightening…?! 😀 (Tapi saya pernah menemui seorang anak muda yang pakai kaos hitam bertuliskan “KAFIR LIBERAL” dan saya tidak tahan untuk tidak tertawa. Mungkin anak muda ini mau menantang para ‘pengkafir’ yang kian gencar saja memborbardir kehidupan sosial kita.
Dari sampul belakang bukunya tertulis begini : “Saya Muhammad Idris, lulusan sebuah pesantren. Tetapi apa yang salya alami sungguh memalukan. Saya telah jatuh bangun dalam sebuah doktrin yang sempat saya anggap sebagai tiket menuju surga. Apa yang saya anggap benar ternyata sebuah kesalahan besar.”
Buku ini bercerita tentang kisah pribadi penulis dalam membongkar kebusukan paham sesat yang pernah diikutinya, yaitu paham NII-KW9. Dalam buku ini si penulis mengisahkan betapa getirnya kehidupannya setelah bergabung pada sebuah paham keagamaan yang semula ia anggap paling benar dan akan mengantarkannya ke surga. Tetapi kemudian belakangan bertahun-tahun setelah mengikuti aliran ini barulah ia sadari bahwa kelompoknya adalah para penipu dengan senjata Al-Qur’an. Aliran keagamaan yang ia ikuti adalah upaya pembodohan umat dengan mengatasnamakan agama.
Aliran keagamaan seperti NII-KW9 ini tentu bukan satu-satunya aliran keagamaan yang membodohi umat Islam dengan mengatasnamakan agama. Ada banyak aliran seperti ini yang menggunakan agama sebagai alat dan sarana untuk pendoktrinan dan penyesatan. Aliran-aliran seperti ini sebenarnya pada ujungnya adalah KEKUASAAN. Jadi motif mereka adalah ambisi dan motif-motif keduniaan.
Mengapa aliran-aliran keagamaan seperti ini bisa eksis dan bahkan sangat sukses menjaring jama’ah? Karena mereka punya metode dan teknik persuasi yang telah teruji dan terus diuji sehingga menjadi sangat efektif. Para pemimpin kelompok aliran sesat ini tahu belaka bahwa agama adalah senjata paling ampuh untuk indoktrinasi dan semua umat beragama tergiur pada janji-janji surga. Dengan keahliannya membujuk dan memasukkan doktrin-doktrin maka mereka akan mampu membuat orang yang akan direkrutnya yakin bahwa dengan mengikuti aliran tersebut maka surga sudah berada dalam genggaman. Dengan dalil dan dalih dari ayat-ayat Al-Qur’an mereka bisa menjadikan para jama’ahnya seperti kerbau dicocok hidungnya karena mereka berhasil menanamkan pada mereka kepatuhan absolut pada pimpinan.Sami’na wa atha’na adalah kata-kata mutlak dan tidak patuh pada pimpinan adalah dosa besar yang membuat mereka seolah durhaka pada nabi. Hiks…!
Bagaimana mereka awalnya mendoktrin seseorang sehingga bisa menjadi ‘jihadis’ berani mati (sekaligus berani mengafirkan orang tuanya sendiri, berani mencuri, merampok, berani membunuh orang lain) demi tujuan yang ditetapkan oleh pimpinan aliran tersebut? Pertama-tama mereka memang mengincar seseorang yang dianggap memiliki kepedulian tinggi pada agama (makanya justru banyak anak-anak lulusan pesantren yang disasar). Orang-orang yang begini jelas mengharapkan sorga dalam hatinya. Umat mana yang tidak ingin masuk sorga? Dengan menjanjikan ‘sorga dalam genggaman’ maka orang-orang seperti ini dengan mudah dipengaruhi dan diindoktrinasi. Ini sama dengan melihat fenomena begitu banyaknya orang yang bisa ditipu oleh investasi bodong yang jelas-jelas tidak masuk akal. Ya itu karena mereka punya keinginan untuk mendapatkan keuntungan besar dalam jangka waktu singkat tanpa harus bersusah-payah (kata teman saya istilah yang tepat adalah ‘serakah’).
Calon korban yang akan ditarik masuk dalam kelompok aliran ini selalu diamati dulu cukup lama oleh ‘recruiters’ yang sudah memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam merekrut calon korban baru. Mereka selalu didekati secara personal dan individual dan didoktrin oleh satu tim yang terdiri dari beberapa orang dengan tugas masing-masing. Jadi benar-benar professional kerjanya.
Lantas ayat mana yang biasa mereka gunakan untuk mempengaruhi calon korbannya? Untuk pembuka mereka akan menggunakan QS Al-Maidah ayat 44 yang artinya sbb :
“…Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.”
Lalu mereka akan membrondong calon korbannya dengan mengatakan bahwa aturan hukum Pancasila dan UUD 1945 yang kita pakai sebagai dasar hukum adalah hukum buatan manusia sehingga siapa pun yang mengikutinya pada hakikatnya adalah orang-orang kafir tanpa kecuali…! Yaiks…! Nanti kalau mereka sudah bisa diyakinkan barulah tekanannya ditambah dengan mengatakan bahwa orang-orang kafir itu, siapa pun termasuk orang tua) halal darah dan hartanya (makanya boleh dicuri dan dirampok uangnya dan juga bisa dibunuh. Namanya juga orang kafir bleh…!)
Ayat lain yang mereka gunakan adalah QS Al-Baqarah (2:208) yang artinya sbb :
“Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Dengan ayat ini mereka menjatuhkan mental calon korbannya bahwa ia selama ini belumlah Islam secara keseluruhan dan masih mengikuti langkah setan. Bagaimana mungkin kita masuk sorga jika masih mengikuti jalan setan? Pemerintahan Negara Indonesia adalah jalan setan dan untuk itu seluruh umat Islam HARUS menegakkan sebuah NEGARA Islam atau Darul Islam…! (does it ring us a bell?) 😀
Untuk itu maka semua orang haruslah BERHIJRAH sebagaimana Rasulullah lakukan dulu bersama para sahabatnya. Dan ayat ini yang keluar.
“An-Nisa [4:100] Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bagaimana hijrahnya? Nah, definisi dan cara ‘hijrah’ ini yang kemudian mereka selewengkan dengan doktrin mereka.
Jadi modus operandi mereka dalam mempengaruhi seseorang adalah : Pertama mengatakan bahwa kita masih kafir, kedua menjanjikan sorga dalam genggaman, ketiga meminta kita untuk ‘berhijrah’, keempat… ah! sebaiknya Anda membaca sendiri buku yang ditulis dengan sangat menarik ini. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman langsung dari salah satu korbannya yang untungnya masih mampu keluar dari jerat penyesatan tersebut. Ia menuliskan buku ini ia berharap agar tidak akan ada lagi orang yang akan terjerat (kayaknya gak mungkin deh! ‘domba-domba tersesat’ sangat banyak berkeliaran dan sangat mudah diindoktrinasi) dan agar semua orang tahu bagaimana modus operandi aliran-aliran sesat seperti ini bekerja dan tahu bagaimana menangkalnya. Ia juga menulis ini agar mereka yang masih terjerat oleh aliran ini mau bertobat dan tidak putus asa untuk memulai hidup dari nol seperti dirinya.
Buku ini menarik untuk dibaca agar kita paham bahwa di dunia ini banyak sekali paham keagamaan yang semuanya merasa paling benar, jama’ahnya merasa paling selamat, merasa bahwa sorga sudah ada di genggaman tangan mereka, dan umat beragama yang lain (apalagi yang ateis dan agnostic) adalah manusia-manusia menjijikkan yang akan jadi umpan api neraka belaka. Kecian deh lu…! 😀
Have a nice Sunday dan selamat memborong buku..!
Surabaya, 12 September 2014
Salam,
Satria Dharma
https://satriadharma.com