Saya sedang masuk ke kamar saya untuk beristirahat siang ini ketika saya mendengar bunyi mesin mobil berhenti di depan rumah. Saya mencoba melihat dari jendela kamar saya dan melihat seorang anak muda keluar dari mobil sambil membawa bungkusan, sekotak donat J-Co. Saya mengamati pemuda tersebut dan terkejut melihatnya. Ia seperti Yudi tapi nampak lebih gemuk, lebih bersih, dan lebih percaya diri. Ia membuka pintu pagar dan langsung masuk begitu saja.
Saya segera menyambutnya setelah mendengar suara salam di pintu masuk. Ya, ternyata ia memang Yudi. Ia tersenyum lebar dan setelah itu ia menyambut tangan saya dan menciumnya. Ia memang menganggap saya sebagai pengganti ayahnya selama di Balikpapan.
Yudi adalah anak teman kuliah saya. Seperti bapaknya, Ia lulusan IKIP Surabaya tapi dari jurusan bahasa Jepang. Setelah lulus ia kembali ke Tulungagung dan bekerja sebagai tenaga sales. Ijazah sarjana bahasa Jepangnya ternyata tidak laku di kota kecil macam Tulungagung sehingga ia harus mencari pekerjaan apa saja yang mungkin ia peroleh. Tak banyak sekolah yang mengajarkan bahasa Jepang di Tulungagung dan juga tak ada perusahaan jepang yang membutuhkan ketrampilannya. Dan akhirnya tenaga sales sepeda motor adalah pekerjaan yang bisa ia peroleh. Tentu saja ini bukan pekerjaan yang ia dambakan tapi tentu saja lebih baik bekerja apa saja ketimbang tidak bekerja sama sekali. Setelah bekerja beberapa waktu ia kemudian mendapat masalah dengan pekerjaannya sehingga ayahnya menitipkannya pada saya di Balikpapan. Titip anakku ya, Cak. Tolong carikan pekerjaan apa saja disana. Kata teman saya itu. Maka terbanglah Yudi ke Balikpapan.
Dititipi anak bukanlah yang pertamakali. Sebelum ini kami juga ketitipan anak dari keluarga jauh yang tinggal di Jakarta. Karena orang tuanya berpisah dan ibunya tak mampu akhirnya kami yang membiayainya kuliah di sekolah tinggi komputer. Mudah saja bagi saya untuk memberinya rekomendasi agar bebas biaya kuliah lha wong saya salah seorang pemilik sekolahnya. Dasar nasib baik akhirnya ia bisa bekerja sambil kuliah. Justru itu yang sangat diinginkannya yaitu segera bekerja dan mendapat gaji agar dapat mengirimkan sebagian uang gajinya untuk membantu kehidupan ibu dan adiknya. Saya sangat senang mengetahui hal ini. Ini ciri anak yang berbakti pada orang tua. Tapi bekerja akhirnya membutnya keasyikan sehingga kuliahnya terbengkalai. Apalagi ternyata gaji yang ia peroleh cukup besar dan nampaknya ia yakin bahwa pekerjaannya sekarang ini punya prospek yang baik baginya. Ia akhirnya juga keluar dari rumah saya dan memilih kost karena merasa tidak nyaman kalau selalu pulang malam. Kami tentu saja gembira dan bersyukur bahwa kami dapat melihat seorang pemuda berhasil menemukan hidupnya dan menjadi mandiri. Apalagi jika ia ternyata kemudian mampu membantu perekonomian ibu dan adik-adiknya. Mudah-mudahan saja ia bisa menyelesaikan kuliahnya juga nantinya.
Jadi kalau kemudian saya dititipi lagi seorang pemuda maka saya anggap itu sebagai amanah yang menyenangkan. Sebelum ini pun kami juga telah dititipi seorang anak lain yang ingin kuliah dan mau bekerja apa saja untuk membiayainya. Ia juga tinggal di rumah beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di kampus. Saat ini mahasiswa tersebut bekerja dan mendapat akomodasi di kampus di mana ia berkuliah sehingga ia tidak perlu lagi kuatir dengan uang kuliah dan akomodasinya. Meski pun demikian ia masih mengantar jemput anak saya sekolah. Jadi Yudi ini sekedar menggantikan posisinya.
Yudi, berbeda dengan ayahnya, adalah seorang pemuda tampan yang halus perangainya. Ia juga sopan, tahu menempatkan diri dan juga memiliki kepercayaan diri. Ia juga seorang anak yang saleh dan tidak meninggalkan sholat. Meski demikian saya tidak tahu bagaimana mencarikan pekerjaan baginya. Saya hanya bisa memberikan tempat tinggal dan makan. Semula ia tinggal di kamar belakang rumah kami yang kosong. Tapi ketika ia tahu kami punya rumah kosong di daerah Gunung Pasir ia kemudian minta pindah ke rumah tersebut untuk menjaganya katanya. Setelah tinggal sendiri di rumah tersebut ia pun kemudian aktif mencari pekerjaan ke sana-kemari. Ia mengirimkan banyak lamaran ke berbagai perusahaan dan instansi di Balikpapan. Tak lama kemudian ia mendapat pekerjaan serabutan di ISS. Tapi ia tidak lama bekerja di sana karena ternyata tidak sesuai dengan harapannya.
Setelah bertanya kesana kemari Yudi akhirnya diberi tahu bahwa ada lowongan untuk bekerja di bagian K3 (Keselamatan dan Keamanan Kerja) di sebuah perusahaan yang cukup besar. Tapi karena ia tidak punya sertifikat K3 ia akhirnya mengambil inisiatif untuk ikut kursus. Kursusnya tidak lama tapi biayanya cukup mahal. Meski demikian ia mengambil kesempatan tersebut. Ini sebuah kesempatan dan ia ingin mencobanya.
Karena saya hampir selalu bepergian dan tidak selalu sempat bertemu dengan Yudi maka saya cukup lama tidak tahu kabarnya. Setahuku ia selalu berusaha untuk bersikap mandiri dan jarang mau dibantu berlebihan. Sebuah sikap yang saya hargai. Tak lama kemudian ia datang memberitahu bahwa ia diterima bekerja di Riau dan sekalian pamit. Saya gembira dan bersyukur mendengar berita bahwa ia akhirnya mendapatkan pekerjaan di Riau.
Jadi ketika ia datang sambil membawa selusin donat JCo saya sungguh surprised. Ia datang bawa mobil sendiri dan nampak lebih gagah dan percaya diri. Sebuah perubahan yang menggembirakan.
Ternyata ia sedang diutus oleh perusahaannya di Riau untuk melakukan presentasi pada perusahaan kliennya di Balikpapan. Pagi ini ia telah menyelesaikan tugasnya melakukan presentasi dan ia ingin mampir bersilaturrahmi. Ia lalu pinjam mobil kantor, beli oleh-oleh selusin donat JCo, dan mampir ke rumah kami. Sebelum ini ia juga telah sering dikirim untuk melakukan presentasi ke Jakarta. Bahkan ia sudah pernah dua kali pulang ke Tulungagung saat dikirim ke Jakarta. Ia memanfaatkan libur hari Sabtu dan Minggu untuk pulang ke kampungnya menemui orang tuanya. Tentu orang tuanya akan bangga dan senang sekali melihat anak laki-lakinya ini tlah mampu hidup mandiri.
Yudi kemudian bercerita bahwa ia sangat beruntung bisa memperoleh perkejaan yang sekarang. Padahal modalnya hanya kursus yang tidak terlalu lama. Ia berterima kasih sekali diberi kesempatan dan kepercayaan untuk tinggal di Balikpapan dan berjuang untuk hidupnya. Seandainya tidak ada masalah yang menimpanya dan ia tetap tinggal di Tulungagung tentulah ia tidak akan memperoleh apa yang dimilikinya saat ini. Tuhan memberinya masalah agar ia bisa keluar dari kota tempat tinggalnya. Dengan demikian ia akan bisa menuju takdirnya yang lain yang telah ditentukan oleh Tuhan baginya. Selama di Balikpapan ia merasa belajar banyak dari keluarga kami dan baginya itu sesuatu yang sangat berharga. Ia bersyukur bisa tinggal di Balikpapan meski tidak lama. Sayang sekali istri saya sedang berada di Surabaya sehingga ia tidak sempat melihat betapa Yudi sudah berubah sekarang . Saya yakin istri saya juga akan merasakan kegembiraan yang sama melihat seorang anak yang pernah ikut kami kini telah bisa bekerja di perusahaan yang besar.
Tuhan memang punya banyak cara untuk menuntun seseorang pada takdir yang telah Ia tentukan bagi umatnya.
Balikpapan, 24 Februari 2012
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com