Seminggu ini saya tiba-tiba menggebu-gebu belajar Matematika SD, khususnya materi utk kelas 4 di mana Tara anak bungsu saya berada. Saya ingin memahami materinya dan mencari cara utk membantu anak saya menguasainya dengan lebih baik. Seminggu ini saya memang tidak ada jadwal keluar Balikpapan atas permintaan istri saya yg katanya ingin menemani anak-anak mempersiapkan diri menghadapi UN. Yubi, Si Sulung, bakal UN SMA dan Yufi, Si Tengah, bakal ikut UN SMP. Jadi istri saya yg jadwal kelilingnya juga mulai ikut-ikutan padat seperti saya kemudian memutuskan utk tidak pergi kemana-mana bulan ini dan akan fokus menemani anak-anak belajar. Dan saya diajaknya utk ikut menolak tawaran ‘manggung’ di luar Balikpapan untuk menemani anak-anak belajar selama sebulan ini (which is impossible). Mungkin baginya UN ini semacam ‘an ultimate battle’ yg harus dihadapi secara serius bersama-sama. One family in a team. Grogi dia menghadapi dua anaknya yg akan mengikuti UN (padahal bukan dia yg ujian). Apalagi karena dua anak kami tersebut memang sedang mengalami masa remaja sehingga bawaannya adalah mau main terus dan malas belajar (ini mungkin karma). Si Sulung apalagi. Tak ada gentarnya samasekali menghadapi UN padahal Matematikanya jeblok dan ia sudah menyerah untuk mempelajarinya. Ditawari ikut bimjar juga ditolaknya. Si Tengah malah berhenti ikut bimjar setelah ikut baru dua bulan. Rugi kami membayar biaya bimjarnya yg cukup mahal tersebut. Yubi sejak awal menolak ikut bimjar meski matematikanya ancur-ancuran. Ketika saya katakan bahwa ia bisa tidak lulus dengan nilai matematikanya tersebut ia cuma menyeringai dan bilang bahwa tidak ada masalah. Sekolahnya sudah ‘mengantisipasi’ hal-hal semacam ini dengan memberikan semacam BNT (Bantuan Nilai Tunai) sehingga setiap siswa minimal nilai raportnya adalah 7,5. Jadi meski pun nilainya jeblok di angka 3, umpamanya, maka BNT tersebut akan mengatrolnya dan rata-rata ke dua nilai tsb akan cukup utk meluluskannya. (Smart eh…!) Tentu saja hal ini membuatnya tidak merasa bersalah jika tidak bekerja keras utk UN.
Si Sulung ini memang santai bawaannya dan hidup itu terasa mudah baginya. Maunya ngeband dan dolan terus. Satu-satunya pelajaran yg ia bisa kuasai dengan baik meski pun cuek adalah bahasa Inggris. Nilai bhs Inggrisnya selalu bagus meski tidak pernah belajar. He’s a natural in English. Mungkin darah bapaknya yg mantan guru bhs Inggris tersebut mengalir cukup deras di tubuhnya (Alhamdulillah! Paling tidak ini gen positif dari bapaknya). Tapi untuk matematika ia sudah angkat tangan alias hopeless.
Jadi saya kemudian segera menyingsingkan lengan baju turun tangan utk mempersiapkan anak-anak menghadapi UN, khususnya Bhs. Inggris. Istri saya ambil peran penting yaitu di bagian logistik. Pagi selesai sholat Subuh saya dan tiga anak-anak sudah duduk menghadapi buku di meja makan. Emaknya ‘uthek’ di dapur mempersiapkan kopi, teh tarik, susu low fat, dan sarapan pagi mereka.
Berdua kami akhirnya berburu buku-buku utk persiapan UN Yubi dan Yufi dan juga buku utk Tara. Kenapa Tara perlu saya perhatikan juga?
Ternyata setelah perhatikan Tara agak kurang menguasai materi-materi pelajaran Matematika. Selain pemahaman konsepnya kurang ia juga jelas kurang latihan sehingga konsep-konsep yg kurang dikuasainya itu akhirnya menguap di kepalanya. Ia dengan mudah lupa pada pelajarannya sebelumnya. Ia lupa sewindu itu berapa tahun dan 3 dibagi 4 itu yg di dalam kolom yg 3 atau yang 4. Perkalian dan pembagian belum benar-benar dikuasainya. Padahal ini konsep dasar dan harus benar-benar dikuasai jika ingin menguasai konsep yg lebih tinggi.
Jadi saya segera membeli buku-buku Matematika kls 4 SD dan mempelajarinya. Salah satunya adalah buku karangan Prof Yohanes Surya. Saya juga menyempatkan diri utk menemui wali kelasnya. Pokoknya saya harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya utk menghadapi pertempuran sengit ini.
Dari sini saya kemudian bisa menyimpulkan bhw pelajaran Matematika yg diajarkan tidak diajarkan melalui permainan dan atau tidak menggunakan alat peraga yg bisa membantu siswa memahami konsep dan berlatih utk memperkuat pemahaman konsep tersebut. Saya jadi tertantang utk membantu para guru membuat sendiri alat-alat permainan yg akan membantu anak utk belajar matematika secara lebih menarik dan menyenangkan. Bukankah itu inti dari metoda PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan) yg selama ini hendak diajarkan pd para guru? Guru memang seharusnya mengembangkan metoda pembelajarannya menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan tapi guru yg benar-benar bisa melakukan hal ini sebenarnya hanya beberapa gelintir saja. Sebagian besar dari mereka sudah benar-benar tidak punya waktu dan kemauan utk menemukan metoda PAKEM mereka sendiri sehingga memang harus benar-benar diajari bagaimana membuat pembelajaran matematika itu selain aktif, kreatif dan menyenangkan juga efektif.
Saya lantas mengingat betapa dulu saya selalu membuat sendiri materi pelajaran saya ketika mengajar. Materi tersebut selalu saya sesuaikan dg tuntutan situasi, kondisi siswa saya yg ada. Saya ingat pernah membuat diktat pelajaran bahasa Inggris yg materi dan contoh-contohnya saya sesuaikan dg film ‘Return to Eden’ yang sedang main dan jadi tontonan paling dinanti-nanti saat itu. Waktu mengajar anak-anak ekspatriat di Bontang International School saya membuat permainan kartu dan Bingo yg khusus utk mengajarkan kata-kata bahasa Indonesia. Saya buat kartunya dari karton, saya gambar dan warnai sendiri, dan saya laminating agar tahan lama. Anak-anak bule itu senang sekali jika pelajaran bahasa Indonesia tiba. Mereka berhamburan masuk ke kelas saya seolah baru lepas dari kurungan dan masuk ke tempat bermain. I know the children like to play and I provided them with many games.
Apakah saya pernah mengajar Matematika? Tidak. Saya belum pernah mengajar Matematika dan bahkan saya dulu tidak suka Matematika. Saya bahkan dulu masuk IPS waktu SMA. Tapi begitu melihat materi yg ada di buku saya langsung yakin bisa menemukan cara-cara utk membuatnya menarik. Rasanya saya tahu bagaimana membuat pembelajaran bisa menyenangkan dengan berbagai permainan. Dengan alat bantu kartu remi dan permainan dadu pun sebenarnya kita bisa menciptakan beberapa permainan matematika yg menyenangkan dan menantang bagi siswa. Anak-anak itu suka bermain secara berkelompok dan jika kita bisa menciptakan permainan matematika berkelompok maka mereka bisa belajar matematika melalui permainan.
Salah satu buku menarik yg saya temukan ketika berburu dengan istri saya di Gramedia adalah buku. Seri Brain Power SD dg judul “Aktivitas Permainan dan Ide Praktis Belajar Matematika” karya John Dabell yg diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Esensi. Buku ini aslinya dari Pearson Education Limited. John Dabell adalah seorang guru SD yg memiliki pengalaman mengajar selama 14 tahun dan memulai karier mengajarnya di Londonborough of Brent. Selain itu ia juga bekerja sbg penulis. John Dabell telah menulis lebih dari 1000 artikel pendidikan dan tiga judul buku lainnya.
Bukunya ini adalah buku ide-ide mengajarkan matematika melalui permainan. Ada seratus lebih permainan yg ia ciptakan utk melatih siswa utk menguasai angka, penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, bilangan faktor, pecahan, bilangan desimal, logika, dan campuran. Buku ini sangat menarik dan semestinya menjadi buku wajib bagi guru SD yg hendak mengajar Matematika. Dengan menggunakan permainan yg ada dalam buku ini maka matematika menjadi pelajaran yg menyenangkan karena dilakukan dengan bermain bersama. Meski beberapa permainan cukup rumit tapi sebagian besar contoh yg ia berikan benar-benar bisa diterapkan dg mudah. Saya bahkan bisa membuat beberapa variasi baru dari contoh-contoh yg diberikan.
Saya lantas membayangkan alangkah bagusnya jika saya dapat mengajarkan beberapa permainan ini agar dapat dipakai oleh para guru dalam melatih siswa mereka dalam matematika. Saya yakin bisa menjadi trainer Metoda PAKEM utk Matematika SD ini jika mau serius mendalaminya. Ini jelas sebuah profesi baru yg bisa saya jalani jika saya pensiun kelak. Saya akan bisa berkeliling ke sekolah-sekolah utk mengajarkan metoda pembelajaran matematika yg efektif dan menyenangkan pada guru-guru SD nanti. Saya akan mengajarkan bagaimana menggunakan buku John Dabell pada mereka. Setelah itu saya mungkin akan menulis dan menerbitkan buku saya sendiri. Alangkah senangnya!
Tapi ngapain ya saya nunggu pensiun…?! Lha wong sekarang saja saya sudah tidak punya pekerjaan kok. 🙂
Balikpapan, 3 Maret 2012
tolong cariin pelajaran un 2012
hah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!lama nunguin taunya tulisan doang!cepe deh……..