Rakor Stikom Bali Group tahun ini diselenggarakan pada tanggal 11 dan 12 Januari 2014 di Singaraja. Nampaknya para pimpinan lembaga di bawah Stikom Bali Group ingin memadukan antara bekerja dan bersenang-senang. Para staf pingin bersantai di Pantai Lovina sambil melihat ikan lumba-lumba katanya. Kalau saya mah ayo ajah kalau diajak hepi-hepi seperti ini. I’m more than happy to join.
Karena Singaraja berjarak sekitar tiga jam perjalanan dari Denpasar maka saya dan istri berangkat Subuh. (I will surely miss two days of my jogging session).
Meski masih Subuh Bandara Juanda sudah ramai seperti pasar. Bahkan utk masuk ke dalam bandara pun kami harus antri panjang. Ada apa kok bandara sepadat ini di pagi yg masih buta? Saya melihat beberapa rombongan jamaah umrah berdesak-desakan utk masuk ke bandara. Nampaknya pergi umrah telah menjadi tren life style bagi masyarakat kita sehingga biro perjalanan umrah juga menjamur di mana-mana. Ini bukti nyata betapa perekonomian rakyat meningkat cukup signifikan. Siapa bilang perekonomian rakyat stagnan atau rakyat semakin miskin? Lha yang berangkat umrah hampir setiap hari lewat Juanda itu apa bukan rakyat?
Karena kami telat mendarat di bandara Ngurah Rai yang sudah hampir selesai semua pembangunannya itu maka kami terpaksa tidak bisa ikut rombongan yg naik bis ramai-ramai. Daripada menunggu kami yang terlambat maka mereka berangkat duluan. Kami dimintai utk naik Camry yg menjemput kami utk langsung ke Singaraja. Wah…! Itu mah namanya pucuk dicinta ulam bakar rica-rica tiba. Ini namanya ‘upgrade’ dari perjalanan klas ekonomi ke klas VIP…! Bahkan Camat Buleleng belum tentu bisa menikmati fasilitas seperti ini. Ya Tuhan…! Thank you…thank you…!
Karena pakai sedan sendirian maka kami tidak perlu buru-buru. Andri, sopir kami, saya minta untuk belok cari sarapan dulu. Meski tadi sudah sempat sarapan omelette di lounge dekat pintu 3 Juanda tapi turun dari pesawat kok jadi pingin mbadok sesuatu lagi.
Jadi kami belok ke sebuah resto kecil dengan tak lama kemudian di hadapan saya terhampar sepiring sapo tahu Jepang, ikan gurami goreng, dan jus buah naga. Istri saya tidak makan nasi jadi cuma sy yg pesan nasi putih. Gurami goreng di pagi hari memang cukup berat. But who cares…?! I consider myself on vacation. 😀 Kami bahkan menyempatkan diri untuk turun membeli dan makan durian di jalanan menuju Bedugul. Murah dan sungguh enak rasanya. Lha wong durian Montong yang besarnya sekepalanya Mike Tyson harganya cuma 75 ribu rupiah! (Sik talah! Mike Tyson itu kepalanya gak besar-besar amat. Yang besar itu justru lehernya)
Kami menginap di Villa & Spa Sunari di daerah Pantai Lovina yg kamarnya sungguh lega dan nyaman. Bahkan kamar mandinya sangat luas dengan shower model atap terbuka. Jadi kesannya seolah mandi di alam terbuka. Sungguh eksotik…! Di belakang villa terhampar kolam renang dengan air yg sangat jernih sehingga membuat kita ingin nyemplung aja rasanya. Tapi saya tidak pernah bisa menikmati fasilitas kolam renang hotel yg saya tinggali. There are always other interesting things to do than swimming.
Rakor Stikom Bali Group : Berkembang Karena Utang
Tanpa saya sadari ternyata ada 10 (sepuluh) lembaga yg ada di bawah naungan Stikom Bali Group saat ini. Bahkan selain PT ada dua yayasan di bawahnya, yaitu Widya Dharma Shanti dan Widya Dharma Sidi. Tapi menurut Marlowe tidak di semua lembaga kami punya share. Ada juga yg hanya sekedar memberikan management fee ke Stikom.
Rakor kali ini diawali dengan pelantikan para pejabat baru di tahun 2014 di lembaga-lembaga tersebut. Pelantikan sekitar 40 orang pejabat baru atau yang diperpanjang ini dilakukan sambil berdiri di ruangan pertemuan hotel yg AC-nya tidak memadai. Saya merasakan keringat keluar menderas dari pori-pori saya. Padahal saya cuma pakai hem batik lengan pendek sedangkan mereka semua pakai jas. Betapa tersiksanya mereka…! :-). Entah kebetulan atau tidak saya selalu hanya hadir dengan baju batik lengan pendek di tiap acara pelantikan sedangkan para anggota yayasan dan staf selalu pakai jas lengkap. Untungnya saya tidak pernah melantik dan tidak ikut dilantik. Hehehe…! Saya cuma ikut tandatangan sebagai saksi.
Presentasi pertama sore itu adalah laporan dari Pak Dadang tentang perkembangan grup secara umum. Jumlah staf dan karyawan Stikom Bali Group sudah mencapai lebih dari 250 org belum termasuk sekitar 200-an orang tenaga honorer. Jadi orang yang bekerja di Stikom Bali Group sudah hampir mencapai 500 orang. Wow…! Udah kayak pabrik aja…! Banyak wajah baru dari pejabat yg diangkat ini.
Pada tahun 2013 ini masuk beberapa lembaga baru yaitu : Poltek Nasional, SMKTI Indonesia Global Ponorogo, SMKTI Bali Global Karangasem, Inkubator Bisnis Bali Techno & Culture Park, dan LPK Darma.
Selain perkembangan lembaga ternyata asetnya juga berkembang cukup signifikan. Aset kami sampai akhir Des 2013 tercatat telah melampaui 100 M. Haah…! I never realize that…! Itu artinya diam-diam kami juga semakin kaya tentunya. Hehehe…! Tapi itu cuma di atas kertas menurut perhitungan akunting. Soalnya kan beberapa aset baru seperti pembelian tanah dan pembangunan kampus diperoleh dari utang pd Bank Muamalat. Jadi kalau aset kami semakin besar itu artinya utangnya juga sak hohah. Semoga saja bisnis kami lancar dan kami juga bisa lancar membayar utang sampai lunas.
Pertumbuhan terbesar tetaplahlah dari Stikom Bali. Dan setelah itu diikuti oleh SMKTI Bali Global. SMKTI BG sendiri sudah ada beberapa, termasuk di Karang Asem dan Singaraja yg merupakan program kemitraan.
Apa sebenarnya bisnis inti dari lembaga-lembaga baru yang dibentuk oleh Pak Dadang itu? Inkubator Bisnis yang digawangi oleh Andi Antono akan menawarkan program pelatihan berasrama (technopreneur camp) bagi para lulusan SMA dan PT yang ingin bekerja atau khususnya yang ingin menjadi entrepreneur. Andi Antono nampak sangat yakin dengan apa yang akan dilakukannya dan seperti biasa saya melihat beberapa kelemahan. J Apa yang disampaikannya barulah merupakan ide dan gagasan karena ia sendiri belum pernah melakukannya sebelumnya. Itu baru sebuah opportunity yang masih perlu penggalian lebih dalam. Jadi saya mengusulkan agar ia berhubungan dengan Pak Gatot HP di Seamolec yang sudah pernah melakukan program yang sama untuk mengetahui apa peluang dan hambatannya.
LPK Darma adalah sebuah lembaga pelatihan untuk mengirim siswa atau lulusan SMK/SMA untuk magang di Jepang. Pak Rahman, yang sebelumnya adalah seorang wartawan, akan memimpin LPK ini dan ia juga cukup optimis karena ia telah pernah melakukannya sebelumnya. Ia menyampaikan peluang yang ada dan peritungan bisnisnya sekalian. Dengan bergabung dengan Stikom Bali Group ia berharap bisa mengembangkan bisnisnya dengan lebih cepat dan lebih muda.
Franchise SMKTI Bali Global (kalau di luar Bali dinamai Indonesia Global) setidaknya telah menghasilkan SMKTI Bali Global Karangasem dan SMKTI Indonesia Global Ponorogo dan bakal akan MOU lagi dengan mitra dari Manado. Tentu saja ini menggembirakan meski kalau diliat secara bisnis it’s not profitable. Marlowe bahkan menyatakan bahwa ‘we are juggling (and keep adding balls)’. Maksudnya tambah lembaga itu belum tentu menguntungkan tapi yang jelas lebih merepotkan dan juga punya potensi merugikan secara finansial. Kenapa tidak fokus pada apa yang ada saja?
Saya mengamini tapi tetap berharap bahwa intuisi Pak Dadang tetap tajam dan tepat. Apa yang bisa saya lakukan adalah memberi masukan-masukan agar setiap divisi benar-benar melakukan tindakan yang radikal dan tepat di lapangan untuk mengatasi hambatan-hambatan mereka.
Denpasar, 12 Januari 2014
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com