Kemarin saya dilanda oleh keharuan yang luar biasa. Mbrebes mili…!
Ribuan warga Mamarika non-muslim di New York tiba-tiba “Mendadak Muslim” dan mengadakan demo “Today I’m a muslim too” di New York Times Square dan sekitarnya. Sekitar sepuluh ribuan warga New York mendemo Donal Trump, presiden yang mereka pilih sendiri, yang ingin menggencet umat Islam.
Seperti diketahui, Donald Trump sebagai POTUS 45 ingin melarang pendatang dari tujuh negara mayoritas muslim untuk masuk AS. Dan itu memang sesuai dengan janjinya sebelum ia naik jadi presiden. Jadi ketika ia benar-benar terpilih jadi presiden AS maka dikeluarkannya Executive Order untuk melarang pendatang dari tujuh negara muslim untuk masuk ke AS. Tujuh negara yang disiwak sama Trump adalah Iran, Iraq, Syria, Yemen, Somalia, Sudan dan Libya. Untungnya Indonesia tidak termasuk negara yang kena cekal oleh Trump. Mungkin Setya Novanto dan Fadli Zon punya andil besar dalam hal ini. Mungkin Trump mengira bahwa muslim Indonesia itu seperti mereka semua (maksudnya sehari-hari pakai jas dan dasi kalau ngantor) sehingga muslim Indonesia dikategorikan ‘benign’. I think we must thank to both of them…
Dengan naiknya Trump dan keluarnya Executive Order tersebut maka semakin meninggilah Islamophobia di AS. Kasus-kasus kekerasan kepada komunitas muslim meningkat. Umat Islam di Amerika semakin dicurigai, ditakuti, dan dibenci. Trump berhasil menyuntikkan racun ketakutan dan kebencian pada umat Islam di AS. Mengapa umat Islam ditakuti dan dibenci di Amerika? Itu ada sebabnya sih. Tapi mari kita bicara hal lain sajalah. Ini topiknya tentang TERHARU…
Mengapa saya terharu…?! Ternyata meski pun POTUS 45 telah mengeluarkan perintah untuk mencekal umat Islam tapi tidak semua pejabat dan warganya setuju. Mereka justru marah pada Trump karena membenci umat Islam bukanlah sifat asli warga Amerika. Ada sekitar 3,3 juta umat Islam (atau 1% dari jumlah warga AS) yang tinggal di AS. Tentu saja umat Islam AS tidak ingin menjadi umat yang ditakuti dan dibenci, apalagi digencet dan diperlakukan buruk di mana-mana. Umat Islam AS, meski cuma 1% dari total populasi warga AS, ingin agar diperlakukan dengan adil dan dihargai sama seperti 99% warga AS lainnya. (Saya agak kesulitan untuk mencari pembanding umat beragama apa ya di Indonesia yang hanya 1% tapi minta agar hak-haknya dihargai dan minta diperlakukan sama adilnya dengan umat beragama terbesar di Indonesia. Jika Anda punya contoh semacam ini di Indonesia tolong dong sampaikan agar rasa terharu saya ini menjadi mantap dan George Gandoz). Kebencian pada umat Islam ini bertentangan dengan dasar konstitusi AS yang menjamin keadilan untuk semua (justice for all) sekaligus menistakan nilai yang dijunjung tinggi Amerika (American Value) dalam toleransi dan kebebasan beragama.
Meski katanya kebebasan beragama dilindungi oleh konsitusi AS tapi faktanya umat Kristen yang mayoritas di AS lebih dijamin kebebasan beragamanya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Associated Press (AP) dan Pusat Riset Opini Nasional Amerika Serikat, warga Negeri Paman Sam menilai lebih penting melindungi kebebasan beragama bagi penganut Kristen daripada Muslim. Sebanyak 82 persen responden mengatakan, penting untuk menjaga kebebasan beragama umat Kristiani. Sementara untuk Islam, terdapat hanya 61 persen responden menyatakan hal serupa. Kalau bisa dibalik dong, Mamarika…! Mosok gak kasihan sama kami yang hanya 1% ini.
Singkat kata singkat cerita, umat Islam mengadakan demo besar-besaran. Tapi karena umat Islam hanya 1% dari jumlah populasi maka tolong jangan disamakan dengan jumlah peserta Demo Bela Islam Part I, II, and III yang katanya sempat menggetarkan arsy dan dapat kiriman hujan berkah langsung dari para malaikat yang ikut terharu pada ukhuwah yang terjalin pada umat Islam Indonesia. Selain hujan sesama umat Islam juga kirim makanan dan minuman bagi para peserta demo sebagai rasa cinta dan simpatinya (Sorry, Sari Roti. You’re not part of us.). Hebatnya ternyata demo umat Islam ini juga diikuti oleh warga AS lain yang non-muslim. Demo Bela Islam ala Mamarika ini bahkan terjadi di mana-mana, mulai dari jalan-jalan, depan Trump Tower, kantor-kantor pemerintahan, bandara-bandara, hingga ke Gedung Putih. Yang lebih George Gandoz adalah keterlibatan masyarakat Wahyudi pada demo Bela Islam Amerika ini. Pokoknya semua umat beragama ikut cancut tali wanda berjuang membela hak umat 1% ini. Mereka beramai-ramai ‘masuk Islam’ tanpa syahadat dengan menyatakan “Dino iki aku yo muslim, Cuk!”. Yang lebih heroik lagi adalah Jaksa Agung Amerika menentang untuk melaksanakan keputusan pelarangan Trump. Ia lalu mengundurkan diri, lantas dipecat oleh Presiden Donald Trump. Pada akhirnya memang Executive OrderTrump ini dibatalkan oleh Hakim Tinggi Amerika. Permintaan banding Trump ditolak kembali oleh Hakim Agung untuk kedua kalinya. Kapokmu kapan, Trump….! Jangan coba-coba kau menyakiti hati umat Islam Amerika ya…! Meski hanya 1% tapi kami dibela oleh umat beragama lain termasuk umat Wahyudi (yang sebenarnya sangat kami benci itu. Tapi tolong hal ini jangan dibesar-besarkan dululah!).
Saya mbrebes mili membaca betapa hebatnya ‘ukhuwah Amriki’ ini. Kaum Mamarika ini membela saudara-saudara saya di sana yang meski 1% tapi benar-benar disayang dan dibela sampai tidak peduli kalau harus dipecat dari jabatannya. Insya Allah nanti saudara kami Setya Novanto dan Fadli Zon akan berupaya membalasnya dengan berupaya membela dan melindungi kaum Nasrani yang jumlahnya sudah lebih dari 10% itu.
Wahai Mamarika…! Aku padamu…! Kami berjanji akan melindungi wargamu di Indonesia. Pokoknya kalau ada orang yang mau menyebar racun kebencian dan penindasan pada wargamu atau umat beragama non-muslim lainnya maka kami akan adakan Demo Bela Islam Part IV. Minimal kami akan minta Jaksa Agung untuk turun dari jabatannya.
Howgh…!
Surabaya, 21 Pebruari 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com