“Gus Mek, statusnya Hizbut Tahrir itu bagaimana sih? Kok ada yang membela mati-matian dan juga ada yang membencinya?” demikian tanya seorang santrinya.
“Aha…! Kebetulan kamu bertanya,”jawab Gus Mek dengan gembira. “Ayo kumpul sini semua saya jelaskan tentang HT biar kalian semua mendapat informasi yang lebih luas.”
Ketika para santri sudah berkumpul semua dan siaa mendengarkan maka bertanyalah Gus Mek pada para santrinya. “Apa yang kalian ketahui tentang Hizbut Tahrir selama ini? Ayo, John, coba kamu jawab dulu.”
“Saya nggak tahu banyak, Gus. Yang saya tahu pengikut HTI itu fanatik banget dan mati-matian membelanya.” Jawab John malu-malu.
“Baik, saya jelaskan apa itu Hizbut Tahrir. Memang banyak umat Islam yang tertipu dan tidak tahu bahwa HT itu bukan ajaran agama. Dikiranya Hizbut Tahrir itu dakwah penegakan agama Islam padahal HT itu partai politik. HT itu partai politik yang berazaskan Islam sama seperti PKS, PBB, PKB. Tapi kalau PKS, PBB, PKB itu partai politik yang asli made in Indonesia sedangkan Hizbut Tahrir itu organisasi politik impor dari Palestina. Banyak umat Islam yang tertipu dan mengira kalau memperjuangkan HT maka itu sama dengan memperjuangkan agama Islam. Itu sebabnya mereka berani mati karena mengira bakal mati syahid kalau membelanya. Padahal sebetulnya ya sama saja dengan mereka yang membela PKS atau PKB, sama-sama membela partai politik yang berazaskan Islam. Tidak lebih dan tidak kurang. Apa kalau kamu jadi anggota partai politik berazaskan Islam dan kamu berjuang mati-matian di sana maka kamu lebih Islam daripada yang tidak ikut partai politik? Kan ndak toh. Hizbut Tahrir sendiri memang memproklamirkan diri sebagai kelompok partai politik, bukan kelompok yang berdasarkan kerohanian, bukan lembaga ilmiah, bukan lembaga pendidikan (akademis) dan bukan pula lembaga sosial (baca buku Mengenal HT, hal. 1). Atas dasar itulah, maka seluruh aktivitas yang dilakukan HT bersifat politik, baik dalam mendidik dan membina umat, dalam aspek pergolakan pemikiran dan dalam perjuangan politik. (Mengenal HT, hal. 16)”
“Jadi Hizbut Tahrir itu bukan bertujuan menegakkan agama Islam dan hanya partai politik biasa ya, Gus?”
“Tahu nggak kalian artinya ‘Hizbut Tahrir’? ‘Hizbut Tahrir’ itu artinya ‘Partai Pembebasan’. Jadi memang jelas-jelas partai politik dan sama dengan PKS dan PKB yang juga partai politik. Hizbut Tahrir itu malah partai politik impor dari Timur Tengah yang didirikan pada tahun 1953 yang pendirinya bernama Taqiyuddin An-Nabhani. Partai ini didirikan dengan tujuan untuk membebaskan Palestina dari Israel. HT ini di negara asalnya sendiri malah tidak laku dan bahkan dilarang. Bayangkan…! Lha wong di tanah airnya saja partai ini ditolak. Lha kok di sini dipuja-puja seolah sebuah ideologi dari langit. Yang namanya partai politik ya jelas tujuannya politis. Kalau soal dakwah Islam semua partai politik yang berazaskan Islam juga berdakwah. Apa dipikir PKS dan PKB tidak punya divisi dakwah? Kalau soal membela agama kan semua partai politik berazaskan Islam juga sama. Tapi kalau soal membela bangsa dan negara jelas partai politik Islam yang asli Indonesia akan mati-matian membela Indonesia. HTI sendiri tidak akan mungkin akan mempertahankan bangsa dan negara Indonesia lha wong tujuannya mendirikan khilafah yang tidak jelas. Jadi mana mungkin partai politik impor akan membela Indonesia mati-matian? ”
“Tapi kan Hizbut Tahrir itu katanya berjuang untuk menegakkan syariah, Gus?” seorang santi bertanya.
“Kalau jualan kan boleh-boleh saja promosi supaya dagangannya laris,” jawab Gus Mek sambil tersenyum. “Tapi coba tanyakan pada pengikut HTI syariah apa sebenarnya yang hendak mereka tegakkan atau sudah mereka tegakkan dan selama ini tidak dilakukan oleh partai politik Islam lainnya. Mereka itu sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Coba lihat, selama puluhan tahun di Indonesia apakah mereka pernah menegakkan syariah yang tidak dilakukan oleh partai Islam lain atau oleh umat Islam lain? Insya Allah tidak ada. Mereka hanya jualan nama Islam. Mereka juga jualan bendera Islam. Makanya bendera mereka dimiripkan dengan benderanya Rasulullah. Maksudnya agar kalau ada yang menentang mereka maka akan dituduhnya menentang Islam. Itu sebabnya Gus Dur, Gus Mus, dan Buya Syafii Maarif menolak organisasi ini. Gus Dur mengatakan bahwa ”Jargon memperjuangkan Islam sebenarnya adalah memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Langkah ini sangat ampuh karena siapa pun yag melawan mereka akan dituduh melawan Islam.” Jadi mereka itu memanipulasi Islam untuk agenda politik mereka. (Ilusi Negara Islam hal 19).”
“Kalau katanya Gus Mus gimana, Gus?” para santri semakin tertarik.
“Sudah, segini dulu. Lain kali lagi ya. Aku mau ngopi dulu.” Jawab Gus Mek. “Kono sing adus ndang adus.”
Surabaya, 16 Mei 2017
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com