Dari Whatssapp Group saya mendapat kiriman hasil ulangan seorang anak, entah kelas berapa. Kata seorang teman itu mungkin soal kelas 6 SD. Nampaknya itu soal ulangan IPA. Soalnya bentuk isian dan bukan pilihan. Jadi si anak mesti menuliskan apa jawabannya. Ini bukan soal pilihan ABCD yang bisa tinggal ia pilih.
Jelas sekali bahwa si anak kesulitan menjawab soal-soal yang diberikan. Meski demikian ia berupaya untuk menjawab semua pertanyaan atau soal yang diberikan dengan segala pengetahuan yang ia miliki. Hampir semua soal yang diberikan disalahkan oleh gurunya. Dari 20 soal ia hanya mendapat nilai ½ pada soal nomor 7. Nampaknya itu pun sekadar bonus dari si guru. Mungkin si guru kasihan melihat ‘kegigihan’si anak untuk menjawab soal yang diberikannya.
Ketika membaca jawaban-jawaban si anak saya tidak bisa menahan ketawa. Saya baca ulang pun tetap saya tidak bisa menahan ketawa saya. Baik jawaban si anak mau pun tanggapan guru pada jawaban anak menimbulkan situasi yang lucu bagi saya. Jawaban si anak sendiri menimbulkan rasa geli tapi komentar guru juga menimbulkan rasa geli. Jelas sekali bahwa si anak ini tidak memahami materi pelajaran yang diujikan oleh si guru tapi dengan gigihnya si anak menjawab dengan bekal pengetahuan yang ada di benaknya. Si anak merasa bahwa ia HARUS menjawab, apa pun jawabanya. Dan itu menimbulkan kegelian bagi yang membacanya (dan juga kekaguman saya).
Coba lihat beberapa contoh soalnya.
Jika Anda mendapat soal seperti ini kira-kira apa jawaban Anda?
- Kemampuan mahluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut…
- Kupu-kupu mempunyai mulut penghisap yang disebut …
- Tulis 4 tempat cadangan makanan dalam tumbuhan …
- Bebek dapat berenang di air karena …
- Tumbuhan singkong menyimpan makanan pada…
Inilah jawaban yang diberikan oleh si anak:
- Kemampuan mahluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut: silaturahmi
- Kupu-kupu mempunyai mulut penghisap yang disebut: sedotan
- Tulis 4 tempat cadangan makanan dalam tumbuhan: lemari, kulkas, meja makan, sekolah/kantin
- Bebek dapat berenang di air karena: bisa berenang
- Tumbuhan singkong menyimpan makanan pada: lemari
Tentu saja jawaban ini disalahkan oleh gurunya. Pernahkah Anda mengetahui mahluk hidup yang menyesuikan dirinya dengan lingkungannya dengan silaturahmi? Ya ‘adaptasi’dong jawabannya. Betul juga sih bahwa bebek dapat berenang karena ia memang bisa berenang, tapi dalam buku kan sudah disebutkan bahwa bebek dapat berenang karena mempunyai selaput pada kakinya. Bagaimana mungkin bebek dapat berenang kalau tidak punya selaput dikakinya, kan…?!
Satu soal yang membuat anak mendapat nilai ½ adalah:
- Jika kamu menyimpan air dalam freezer lemari es maka …
Mestinya jawaban yang benar menurut versi gurunya adalah ‘air berubah menjadi es’ tapi si anak menjawab ‘dibuat es teh’. Ada hal yang logis di sini. Tentu saja si anak boleh menjadikan air yang disimpan di dalam freezernya menjadi es teh (bayangkan nikmatnya membuat es teh pada saat ulangan di hari yang terik…!). Si guru sedikit bingung antara menyalahkan total atau memberi nilai. Akhirnya diputuskan memberi nilai setengah, setengah benar dan setengah salah. J “Boleh saja kamu membuat es teh dengan air yang kamu simpan di freezermu tapi bukan itu jawaban yang kuinginkan, Boy!”, mungkin begitu pikir gurunya.
Ada dua soal yang membuat saya tertawa ngakak tapi juga merasa terhenyak dan berpikir. Dua soal tersebut adalah:
- Pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau bertujuan untuk …
- Tanaman yang menggugurkan daunnya ketika musim kemarau disebut …
Apa jawaban Anda untuk soal ini? Inilah jawaban si anak.
Pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau bertujuan untuk: menyembunyikan kehamilannya
Tanaman yang menggugurkan daunnya ketika musim kemarau disebut: tanaman malu
Saya yakin Anda juga akan mengernyitkan kening dulu sebelum memahami mengapa jawaban si anak dan kemudian baru ketawa ngakak. 😀
Jelas sekali bahwa si anak memahami makna kata ‘menggugurkan’adalah pada konteks ‘menggugurkan bayi dalam kandungan’. Itu adalah satu-satunya konteks yang ia pahami sehingga meski soal ulangan bicara tentang ‘menggugurkan daun’ tetap saja si anak mengasosiasikannya dengan ‘menggugurkan bayi’…! 😀
Apa yang terjadi sehingga terjadi kesalahan pemahaman seperti ini? Jelas sekali bahwa si anak memahami arti kata ‘menggugurkan’ tapi bukan dalam konteks pembelajaran IPA. Kata ‘menggugurkan’ hanya punya satu makna baginya dan itu bukan dalam konteks adaptasi tumbuhan. Baginya kata ‘menggugurkan’hanya punya satu konotasi yaitu ‘menggugurkan kandungan/bayi’ dan ia tidak pernah mengetahui penggunaan kata ‘menggugurkan’ dalam konteks pembelajaran IPA. Kata ‘menggugurkan’ berhubungan dengan ‘menggugurkan kandungan/bayi’ dan itu biasanya terjadi ketika ada seorang wanita yang tidak menginginkan kehamilannya sehingga harus digugurkan. Mungkin si wanita malu dengan kehamilannya sehingga ia terpaksa menggugurkan kandungannya. (begitu kata sinetron dan berita-berita di TV yang selalu saya tonton). Mungkin begitu juga yang terjadi pada Si Pohon Jati malang ini. Pohon jati menggugurkan daunnya pada musim kemarau bertujuan untuk menyembunyikan kehamilannya. Apa boleh buat…! Daripada malu ketahuan hamil tanpa jelas siapa suaminya. Jadi ketika ditanya tanaman apa yang menggugurkan daunnya ketika musim kemarau maka jelaslah itu adalah Tanaman Malu…! J (Kalau nggak malu kenapa digugurkan, Mbak Tanaman…?! Iya nggak.). Silakan tertawa ngakak as I did …
Mengapa ini bisa terjadi…?! Saya punya analisa seperti ini. Pertama, nampaknya terjadi kegagalan guru dalam mengajar. Jelas sekali bahwa pembelajaran tentang ‘proses adaptasi’yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan dengan cara menggugurkan daunnya tidak dipahami oleh siswa ini. Ada kemungkinan bahwa si anak tidak masuk ketika konsep tersebut diajarkan atau mungkin saja guru tidak dapat menjelaskan pelajaran tersebut dengan baik, atau bahkan mungkin saja si guru memang tidak pernah mengajarkan materi tersebut tapi sekedar memberi tugas melalui LKS dan meminta si anak untuk mencari sendiri jawabannya. Katanya ‘student centered’…! Jika kosakata ‘menggugurkan’saja tidak dipahami oleh siswa dalam konteks ‘proses adaptasi’maka itulah kemungkinannya.
Nampaknya pemahaman kosakata ‘menggugurkan’ si anak ini dibentuk oleh berita di media dan bukan dari buku bacaan. Lihatlah betapa ia mengasosiasikan soal dengan kata ‘menggugurkan’ tersebut dengan ‘menyembunyikan kehamilannya’ dan (perasaan) ‘malu’. Darimana kira-kira si anak memperoleh konsep tersebut? Apakah dari buku pelajaran, buku bacaan sekolah, atau dari sinetron…?!
Si guru juga nampaknya sadar dengan hal ini sehingga di bawah ia memberi catatan pada si anak sbb:
“Jangan banyak nonton ya. Kartun dan Sinetron, kurangi.”
Pertanyaan yang muncul di kepala saya adalah:
- Kondisi sosial seperti apakah yang ada pada lingkungan sekolah dan si anak sehingga terjadi ‘kesalahan’seperti ini?
- Apa yang terjadi di ruang kelas sehingga terjadi ‘kesalahan’seperti ini?
- Apakah si guru tidak merasa bersalah jika siswa tidak memahami pelajaran sehingga terjadi kesalahan konsep seperti ini? Apa yang akan ia lakukan jika mengetahui hal seperti ini (siswa samasekali tidak paham pada materi yang ia ujikan dan siswa memahami makna kata ‘menggugurkan’ hanya dalam konteks ‘menggugurkan bayi’
- Apakah si anak di kelas/sekolahnya tidak mendapatkan paparan buku bacaan yang memadai? Adakah program membaca atau literasi di sekolahnya?
- Mengapa si guru masih juga menggunakan soal yang bersifat hapalan seperti ini? Apakah kepala sekolah dan pengawasnya tahu? Kalau tahu mengapa dibiarkan?
- Apa yang akan dilakukan oleh Dinas Pendidikan/Kemdikbud mengetahui adanya fakta seperti ini? (Oke, forget it. Lupakan saja pertanyaan yang tidak layak ini). 😀
Meski si anak mungkin dianggap ‘gagal total’ dalam tes IPA ini tapi ada beberapa hal yang mesti saya apresiasi darinya, yaitu:
- Si anak punya sikap pantang menyerah. Meski ia tidak yakin dengan kebenaran jawaban-jawabannya tapi ia tetap berupaya untuk menjawab semua pertanyaan dengan ‘sedikit’ pengetahuan yang ia peroleh dari mana-mana. Terima kasih sinetron…!
- Si anak tetap mempertahankan sikap jujurnya dengan tidak berupaya untuk bertanya pada teman-teman lainnya yang mungkin lebih pintar darinya atau berupaya untuk melihat jawaban temannya. Saya yakin ia punya kemampuan dan kesempatan untuk itu tapi ia bertahan pada prinsipnya ‘biar salah yang penting jujur’. Kudos for you, Boy…!
Foto ulangan siswa bisa dilihat di: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153627443571085&set=a.10151833752881085.1073741825.750381084&type=3&theater
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com