Seperti yang saya duga, akhirnya yang terjadi adalah kegaduhan. Petisi para dosen dan profesor yang mengatasnamakan kampus mereka akhirnya dibantah oleh kampus masing-masing. Rektorat UGM menegaskan petisi itu tidak mewakili universitas secara resmi.
Sekretaris UGM Andi Sandi mengatakan Petisi Bulaksumur tidak mewakili UGM sebagai institusi. Sebab, jika atas nama institusi maka ada proses yang harus dilewati, sementara Petisi Bulaksumur itu bermula dari diskusi para dosen, tendik, dan mahasiswa. Jadi yang bicara bukan kampus tapi pribadi-pribadi yang mengatasnamakan kampus. Jika para profesor itu bicara atas nama etika dan aturan maka apa yang mereka lakukan itu justru tidak beretika dan melabrak aturan kampus di mana mereka mengajar dan mestinya mereka tegakkan aturannya. Trus piye ngono kuwi…?! 🤔
Sementara itu Rektor Undip, Yos Johan Utama, terang-terangan menyatakan agar semua orang menggunakan cara yang santun dalam masalah pesta demokrasi ini. “Kami mengimbau dalam setiap pelaksanaan dalam masalah pesta demokrasi ini gunakan cara yang santun yang benar sesuai ketentuan yang ada dan juga menghargai pilihan orang lain,” ujarnya.
Saya setuju dengan Rektor Undip ini. Para professor tidak perlu konfrontatif dan demonstratif dalam menyampaikan pesannya. Apalagi menjelang pilpres. Yang terjadi hanyalah kegaduhan semata. Apa ini yang diinginkan oleh mereka? 🤔
Baca artikel detiknews, “Rektor Undip: Gunakan Cara Santun di Pemilu 2024, Hargai Pilihan Orang Lain” selengkapnya
Rektor Unhas Jamaluddin Jompa lebih tegas dan keras lagi dalam menyikapi sikap latah dan partisan dari para dosen dan profesor ini.
Beliau juga menyatakan bahwa “Adanya flyer yang mengatasnamakan Guru Besar dan Dosen Unhas untuk mengajak menyampaikan keprihatinan itu tidak mewakili Unhas sebagai institusi,” kata Jamaluddin, Jumat (2/2).
Jamaluddin mengajak civitas Unhas untuk menjaga situasi dan kondisi menjelang Pemilu 2024 tetap kondusif. “Maka saya selaku Rektor Unhas menyampaikan secara tegas kepada semua sivitas akademika di lingkungan Universitas Hasanuddin agar harus aktif menjaga situasi dan kondisi termasuk ikut memperbaiki suasana perbincangan agar tidak mengarah ke hal-hal yang provokatif dan intimidatif,” ujarnya.
Jadi beliau jelas-jelas menuding bahwa petisi-petisi semacam itu PROVOKATIF dan INTIMIDATIF. 🥴
Madigondo, 3 Februari 2024
Satria Dharma