Kadangkala kita melakukan mispersepsi ketika berkomunikasi dengan seseorang. Kita mengira yang dimaksud adalah ‘A’ tapi ternyata yang dimaksud berbeda. Meski pun kita merujuk pada sebuah istilah atau hal yang sangat umum.
Sebagai contoh, ketika kita bicara tentang ‘sepeda’, benda apa yang ada di dalam benak Anda? Anda mungkin akan mengira bahwa Anda tidak akan mungkin salah persepsi dengan kata yang sangat umum ini, tapi percayalah dalam kehidupan sehari-hari kita bisa mispersepsi. Ternyata ‘sepeda’ yang dimaksud bukanlah ‘sepeda’ seperti yang ada di benak kita. Sepeda bisa berarti sesuatu yang lain. 😎
Saya mengalami hal ini ketika berkomunikasi dengan seorang teman. Dia bilang bahwa ia merasa bersalah pada anaknya karena ia suatu hari terpaksa harus menjual sepeda anaknya . Namanya juga sedang kepepet. Satu-satunya harta yang likuid saat itu ya sepeda anaknya. Ya dijuallah…. Problem solved. But another problem arises….
Anaknya kemudian protes karena ia membutuhkan sepedanya untuk transportasinya sehari-hari. Sayangnya ia belum bisa menebus kembali sepeda yang ia jual tersebut dan ia merasa bersalah pada anaknya. 😔
Kebetulan di rumah ada sebuah sepeda lipat yang sudah lama tidak dipakai. Dari pada memenuhi gudang dan mubazir akhirnya saya tawarkan padanya jika ia mau. Tentu saja ia senang dan tak lama kemudian ia datang bersama suaminya untuk mengambil sepeda tersebut. Mereka naik sepeda motor berdua lumayan jauh jaraknya dari rumah saya.
Lama tidak bertemu kami akhirnya ngobrol cukup lama. Ya ngalor ya ngidul ya ngetan ya ngulon… Setelah selesai ngobrol akhirnya saya tanya bagaimana ia akan membawa sepeda yang akan saya berikan. “Ya saya naiki sendiri,’ jawab suaminya. “Haah…! Mau naik sepeda dari rumah saya di Rungkut sampai ke Gersik? Gak lempoh tah…?!” demikian komentar saya dalam hati. 😳
“Lha ini saya sudah siap helmnya.” Ujar suaminya sambil menunjuk helm yang ia bawa. “Siap helm…?” tanya saya dalam hati, “Olaopo kok naik sepeda pakai helm motor?”. Tapi saya mulai curiga.
Mereka lalu saya ajak ke halaman rumah di mana saya meletakkan sepeda lipat yang sudah saya siapkan. Di situ juga ada beberapa sepeda motor milik anak dan keponakan saya. Begitu saya pegang sepeda yang saya tawarkan dan bilang, “Ini sepedanya. Masih sangat bagus karena memang sangat jarang dipakai. ” mereka berdua tampak terkejut dan keheranan. Mereka lalu saling pandang. “Is something wrong…?!” pikir saya. 🤔
“Saya kira yang ditawarkan sepeda motor….” Jawab teman saya terbata-bata. Saya langsung kaget. Rupanya ada kesalahpahaman dan mispersepsi. “Yang saya maksud sepeda itu sepeda motor.” lanjutnya. “Weladalah…!” 😳
Jadi yang dimaksud dengan kata ‘sepeda’ oleh teman saya itu adalah ‘sepeda motor’ dan bukan ‘sepeda onthel’. Masyarakat umum biasanya memang hanya bilang ‘sepeda’ untuk menyatakan ‘sepeda motor’ sedangkan sepeda biasa disebut ‘sepeda onthel’. Ketika mereka bicara tentang ‘sepeda’ maka yang ada di benak mereka adalah ‘sepeda motor’ yang memang merupakan ungkapan yang umum di masyarakat. Sedangkan saya menganggap ‘sepeda’ yang dimaksud ya ‘sepeda onthel’. Saya menggunakan istilah yang standar dalam hal ini. 😁
Tidak ada yang salah di antara kami dalam hal ini. Kami berpegang pada persepsi kami masing-masing yang ditunjang dengan pemahaman yang sama-sama umum tapi bisa berbeda makna.
Apakah Anda pernah mengalami kesalahpahaman karena mispersepsi seperti ini?
Surabaya, 23 Januari 2024
Satria Dharma