
“Mengapa begitu banyak orang genius di Wina akhir abad ke-19 beretnis Yahudi?” Tanya Weiner, penulis buku “The Geography of Genius”, pada Doron Rabinovici, novelis, penduduk lama Wina dan ahli masa lalu etnis Yahudi di kota ini.
“Tuntutan pembatasan, “ jawabnya. Beberapa profesi, misalnya militer dan sebagian besar posisi di pemerintahan, tertutup bagi orang Yahudi, maka mereka menyalurkan energi ke profesi yang terbuka: hukum, kedokteran, dan jurnalisme. Dan karena mereka mengerahkan segala energi mereka ke profesi-profesi tersebut maka mereka menjadi sangat menonjol dan menguasai bidang-bidang tersebut.
Jadi jika saat ini warga Indonesia keturunan China menguasai perekonomian di negara kita maka itu jelas juga karena ‘Tuntutan Pembatasan’. Kita telah membatasi gerak mereka untuk menjadi tentara, polisi, pegawai negeri, dosen, guru, politisi, hakim, tukang cukur, tambal ban, dll.
Semua bidang sudah kita kuasai dan kita tidak memberi kesempatan pada warga keturunan China, kecuali di bidang ekonomi. Ini karena kita menganggap berjualan atau berdagang itu kurang terhormat. Semua bidang yang lain itu kita kuasai sepenuhnya, 99.9%. Coba perhatikan dari jutaan orang yang bergerak di bidang politik ada berapa yang warga keturunan China? Lha wong ada Ahok satu saja yang memusuhi sampai jutaan orang sampai sekarang! Para kepala daerah dan wakilnya, para ketua DPR, DPRD, dan anggotanya dari Sabang sampai Merauke itu semua orang kita. hampir tidak ada yang keturunan China.
Bidang Militer apa lagi… Dari ratusan ribu orang yang bekerja di Hankam dan TNI, ada nggak yang keturunan China? Kita akan terheran-heran kalau ada anggota Kopassus yang keturunan China.
Bidang keamanan begitu juga… Dari ratusan ribu orang yang bekerja di Kepolisian, ada berapa sih yang keturunan China? Lha wong ada satu Brigjen Polisi keturunan China aja sudah difitnah anaknya presiden China. Satpam dan Sekuriti juga kita kuasai sepenuhnya. Tidak kita biarkan keturunan China menjadi satpam atau jaga malam.
Bidang hukum sami mawon. Siapa yang menguasai Kehakiman dan Kejaksaan? Ada nggak orang keturunan Chinanya? Kalau ada hakim dan jaksa yang keturunan China dan menangani kasus warga keturunan China juga maka kita pasti akan mencurigainya. Jangan-jangan… 🤔
ASN atau PNS jelas-jelas bukan untuk keturunan China. Bahkan kampus-kampus negeri sangat jarang ada mahasiswanya yang keturunan China. Makanya mereka bikin kampus sendiri yang lebih bagus. Dan setelah lulus mereka meneruskan ke luar negeri agar tidak bersaing dengan yang mengaku pribumi asli.
Lha terus warga keturunan China disuruh kemana…?! Kita hanya menyisakan satu bidang kepada mereka, yaitu bidang ekonomi. Mengapa? Karena kita sendiri yang tidak mau menguasainya.
Menguasai perekonomian sama dengan mengejar dunia. Sedangkan kita kan memang tidak mau mengejar dunia. Pantang bagi kita mengejar harta dunia. Dunia itu hina di mata kita. Akhiratlah tujuan kita. The ultimate goal of life is after life. Allahu Akbar…! Kita selalu punya prinsip bahwa harta tidak dibawa mati. Urip sak madyo ae, ojo ngoyo. Jangan menjadikan dunia sebagai tujuanmu. Orang kaya itu sulit masuk sorga. Orang miskin itu mudah timbangannya kelak di akhirat. Masuk sorga mak wes…! Nek wis rejekine gak bakal salah alamat. Kalau sudah tertulis rejeki kita meski pun kita leyeh-leyeh di rumah nanti rejeki yang datang sendiri. Biar pun usaha tidak terlalu keras yang penting doa harus kenceng. Perbanyak doa, dzikir, dan shalawat. Barangsiapa yang mengejar dunia maka tak ada akhirat bagiannya. Mari kita penuhi masjid-masjid dan semarakkan mimbar-mimbar dakwah. Mari kita jadikan anak-anak kita menjadi hafiz hafal 30 juz semuanya. Ketimbang mengumpulkan warga untuk memperbaiki selokan mampet dan jalan yang berlobang mending diajak istighozah. Kerahkan semua kapasitas diri kita untuk mengejar akhirat. Kalau akhirat sudah di tangan maka dunia pasti akan ikut. Dunia bul-bul…. 🤭
Anak-anak kita dorong untuk jadi PNS, ASN, menguasai kantor-kantor semua kementrian, menguasai dunia perpolitikan, menguasai parlemen, menjadi tentara, menjadi polisi, menjadi jaksa, hakim sekaligus pengacaranya, menguasai pondok-pondok pesantren, menjadi penghafal Alquran, pembela Palestina, jadi tukang kayu, tukang batu, petani, Youtuber, artis sinetron, dlsbnya sedangkan saudara keturunan China kita itu kita beri bidang yang tidak kita inginkan, yaitu bidang ekonomi. Biar dia saja yang nguber dunyo. Biar dia saja nanti yang kerepotan menjawab pertanyaan malaikat maut dan malaikat kubur untuk apa hartanya yang berlimpah itu. Kita ingin menguasai akhirat saja. Sorga jelas sudah ada di tangan kita. Bahkan replika kunci sorga sudah dalam tahap produksi. 😎
Jadi ketika Sembilan Naga ada di tangan mereka kita ketawa saja. Lha wong Sembilan lainnya ada sama kita. Kita punya Sembilan Garangan, Sembilan Gajah, Sembilan Singa, Sembilan Badak, Sembilan Macan Tutul, Sembilan Buaya Sungai dan Darat, Sembilan Manuk Dadali, Sembilan Lele Dumbo, Sembilan Perkutut, Sembilan Wewe Gombel, Sembilan Cecurut, Sembilan Ular Keket,, dan yang lain sudah kita kuasai. Mau ngapain Sembilan Naga kalau yang lain kita kuasai? Mau jadi barongsai…?! 😂
Surabaya, 11 Mei 2023
Satria Dharma