“Pak Satria pilih siapa…?! Nomor 1, 2, atau 3…?!”
Beberapa kali saya ditanya seperti ini dan dengan enggan saya jawab. “Ya entah nanti saja kalau sudah di bilik suara.” Actually I hate this question. Bagi saya ini pertanyaan yang bisa memancing perdebatan dan pertengkaran yang berlarut-larut dan tidak perlu. 🥴
Pilpres ini bagi banyak orang sudah seperti ideologi yang hitam putih. Kalau Anda tidak memilih yang sama dengan saya berarti Anda orang jahat, keji, busuk, idiot, tidak bermoral, tidak bermartabat, merusak bangsa dan negara, berpihak pada dunia hitam, dan terancam masuk neraka. Tidak peduli siapa pun pilihan orang lain, jika dia berbeda dengan pilihan kita maka dia adalah penjahat yang berlumuran noda dan dosa, temannya Dajjal. Hanya pilihan kita yang bersih, suci, murni, diberkahi Tuhan, berpihak pada rakyat, dan akan membawa bangsa dan negara kita ke kejayaan dan kemakmuran seperti yang kita idam-idamkan selama ini. Jika ada yang membantah dengan sigap kita lalu menyodorkan bukti-bukti, fakta-fakta, berita-berita, tayangan-tayangan, yang akan mendukung pilihan kita dan sekaligus kita membrondong para ‘pendukung capres jahat dan keji’ lawan kita dengan bukti-bukti, pendapat-pendapat, tayangan-tayangan yang akan menyudutkan mereka. Pokoknya kita akan jihad fisabilillah, holopis kuntul baris, hong wilaheng, mempertahankan capres kita dan menyerang capres yang lain. Capres kita adalah harga mati dan capres yang lain biar mati.
Saya mengikuti banyak WAG yang berbeda policy soal kampanye capres dan cawapres ini. WAG alumni sekolah (SMP, SMA, PT) memutuskan untuk tidak boleh ada kampanye soal capres cawapres. Kami tidak ingin ada perdebatan soal politik yang kemudian PASTI akan menjadi semakin memanas dan akhirnya menjadi pertengkaran. Pertengkaran ini akan membuat rasa persaudaraan dan pertemanan yang indah menjadi bubrah. Been there, done that. Jadi sebaiknya kita ngobrol soal remeh-remeh saja biar WAG jadi adem (meski pun cenderung boring to some members).
Tapi ada WAG pensiunan yang justru isinya full of quarrels dan hajar menghajar soal politik. Setiap hari ratusan postings masuk dan isinya adalah serang menyerang capres-cawapres. Segala macam tuduhan, hujatan, caci-maki, hinaan, kepada masing-masing capres-cawapres bersliweran dengan entengnya. Tentu saja apa yang disampaikan adalah tuduhan, cacian, makian, olok-olok, ungkapan kebencian, hoax, dan fitnah yang sama dan diulang-ulang dan dibantah dengan balasan yang tidak kurang serunya. Selalu ada saja tayangan, video, artikel, tuduhan baru yang ditampilkan dan kemudian akan muncul bantahannya dengan tidak kurang meyakinkannya. Lalu mereka pun saling tuding, saling olok, dan saling hina satu sama lain lagi. Dan herannya tampaknya semua menikmati pertengkaran dan permusuhan yang muncul dari perdebatan tersebut. Kok bisa ya…?! 🥴
Saya mengamati bahwa di medsos pertengkaran dan permusuhan bisa sangat keras, runcing, pedas, membara, dan beberapa sudah terang-terangan saling meng’unfriend’ orang yang selama ini menjadi teman di medsosnya tapi ternyata membela capres lain dengan sengit. Pilpres ini sudah menjadi ajang jihad fisabilillah, pertarungan hidup dan mati, yang akan menentukan bagaimana dunia kita kita nantinya.
Tentu saja pilihan kita itu SANGAT BENAR menurut nalar, rasio, nurani, pemikiran dan pertimbangan kita. Tapi pilihan kita itu juga sekaligus SALAH TOTAL menurut pendukung yang lain. Kita punya banyak alasan cerdas, rasional, dan pertimbangan yang matang dan bijak dalam memilih capres-cawapres kita, tapi para pendukung lain tentu juga punya alasan yang sama sekaligus punya setumpuk alasan mengapa pilihan kita itu salah total dan tidak selayaknya dipilih.
Jadi bagaimana dong…?! 🥺
Begini lho…!
Jangankan soal pilpres, lha wong soal agama yang katanya bakal membuat kita masuk sorga atau neraka aja kita tidak pernah sepakat kok! Kita tentu saja sangat yakin dengan kebenaran agama dan keyakinan spiritual kita tapi kita tentu harus sadar bahwa apa yang kita yakini SANGAT BENAR bagi orang lain bisa menjadi bahan olok-olok dan dianggap sesuatu yang bodoh, menggelikan, tidak bermoral, jahat, penuh noda dan berlumuran darah. Lha wong agamanya sama, tuhannya sama, nabinya sama, salatnya sama, puasanya sama, dan begitu banyak kesamaan saja kita bisa saling bermusuhan dan saling membunuh kok. Apalagi kalau berbeda tuhan, beda agama, beda suku, beda partai, beda panutan, beda capres-cawapres, dst. Ada orang yang suka bertengkar akan mempertengkarkan segala hal yang berbeda dengannya. Begitu juga ada orang yang sama sekali menghindari pertengkaran dan akan menyingkir jika orang mulai bertengkar. Ada orang yang berpendapat bahwa ada hal yang perlu kita pertengkarkan dan ada hal yang tidak perlu dipertengkarkan. Tapi apa yang perlu dan tidak perlu kita pertengkarkan itu bisa berbeda satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa masalah agama tidak perlu dan harus dihindari untuk diperdebatkan tapi soal politik, utamanya pilihan capres dan cawapres ini wajib diperdebatkan dan kalau perlu ya sampai kita bermusuhan dan saling benci. Mungkin kalau ketemu darat kita perlu bacok-bacokan. Mesisan…! 😁
Nah, Anda termasuk yang mana…?! 😎
Surabaya, 23 Desember 2023
Satria Dharma