“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga, Pen.).” (HR. Imam Malik)
Faktanya, umat Islam sudah mengalami konflik besar-besaran sejak wafatnya Rasulullah. Begitu Rasulullah wafat para sahabat sudah terpecah pendapat, pandangan, dan sikapnya soal siapa yang akan menggantikan Rasulullah. Sejak itu umat Islam terus menerus dalam ketegangan antar sesama umat Islam dan bahkan saling bunuh dan musnahkan. Apakah mereka, para sahabat ini tidak ‘kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah’? Jika sesama sahabat Rasulullah yang pernah hidup dan bersama Rasulullah saja bisa berperang dan saling bunuh, apatah lagi umat Islam jaman sekarang.
Rasul sendiri sudah menyatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 bagian dan hanya satu bagian yang masuk surga (dan semua ‘bagian’ kini mengklaim sebagai yang bakal masuk surga sementara lainnya insya Allah akan mendiami neraka jahannam, katanya)
Lalu bagaimana dengan hadist tersebut? Apakah ini berarti bahkan para sahabat juga ‘tersesat’ sehingga saling berperang? Bukankah para khawarij itu katanya justru sangat saleh tapi tidak segan-segan membunuh sesama umat Islam.
Anda bingung dengan kontradiksi ini? Jangan. 😃
Sebetulnya ini sama dengan mengatakan “Gunakan Google Map atau Waze. Insya Allah Anda akan sampai ke tempat yang anda tuju.” Tapi coba tanyakan pada para pengguna aplikasi tersebut. Insya Allah sangat banyak yang justru tersesat karena menggunakannya. Saya sendiri pernah ‘tersesat’ justru karena pakai aplikasi tersebut. 😃
Apakah pendapat atau petunjuk untuk menggunakan Google Map dan Waze salah? Tentu saja tidak. Tapi memang tidak ada jaminan bahwa penggunanya pasti akan sampai di tujuan dan tidak akan tersesat. Itu hanya petunjuk umum tapi seringkali orang juga butuh petunjuk khusus (dan petunjuk yang lebih khusus lagi depends on their understanding).
Al-Qur’an itu petunjuk yang benar. Umat Islam pasti sepakat (begitu juga kata pembuat aplikasi Waze dalam mempromosikan aplikasinya) Tapi sungguh tidak ada jaminan kalau Anda sudah mengutip ayat, selalu bawa Al-Qur’an ke manaana, atau bahkan sudah menjadi ulama dengan ribuan santri, maka Anda tidak akan tersesat dalam menafsirkan ayat-ayat di dalamnya. Tidak ada jaminan. 😊
Para ulama tentu boleh dan bahkan sudah dan terus menerus menafsirkan ayat-ayat di dalamnya dengan semua kemampuan dan kealimannya (itu sebabnya ada banyak kitab tafsir yang isinya tentu bisa berbeda antara satu penafsir dengan penafsir lainnya) tapi tafsir adalah tetap tafsir dan ia bukan kebenaran itu sendiri. Di sini Nusron Wahid (yang bukan termasuk keluarganya KH Abdurrahman Wahid) benar. Para ulama tidak perlu GR dengan menyatakan bahwa tafsir mereka atas ayat tertentu adalah kebenaran itu sendiri. Ulama lain boleh dan bisa memberikan tafsirnya yang berbeda tentang ayat-ayat tertentu dan itu memang sudah sunnatullah (if you know what I mean).
Alhakku mir rabbik, Kebenaran itu adalah milik Allah semata, kata Nusron Wahid (yang katanya sebenarnya namanya Nusron Purnomo).
“ Ya, tapi jangan melotot gitu dong, Sron”, kata yang merasa diplototi. “Gilak lu. Masak ulama lu plototin. Kualat lu. Coba bikin redup tuh mata. Adab dong, adab…!”
“Eh, emang mata gua termasuk wattnya besar”, jawab Nusron, “Problem buat lu dengan watt gedean…?!”
Wallahu a’lam bissawab.