Kapan kemusliman kita perlu kita tonjolkan dan tampakkan…?!
Sesekali saya perlu menonjolkan kemusliman saya di antara para non-muslim. Ada saat di mana kemusliman saya HARUS nampak, nyata, dan berbeda. I should stand out as a moslem. Pada saat itulah saya harus dengan tegas menyatakan, “Ya, saya seorang muslim.” Mungkin tidak perlu dengan gagah tapi mesti tegas dan tanpa keraguan. Ini perlu agar pihak yg saya beri pernyataan tentang kemusliman saya juga bisa memandang dan memperlakukan saya berbeda, yaitu sebagai muslim, di antara orang-orang lain.
Tentu saja saya tidak perlu menunjukkan kemusliman saya di kompleks perumahan saya. Semua tetangga tahu bahwa saya muslim lha wong saya kalau ke mesjid ya pakai sarung dan songkok. Di tempat pertemuan atau acara di mana saya biasanya jadi pembicara juga tidak perlu lha wong saya selalu membuka presentasi saya dengan assalamu alaikum. Bahkan presentasi saya tentang Gerakan Literasi Sekolah basisnya Surat Al-Alaq 1-5 tentang Iqra tersebut. Tidak. Di Indonesia ini saya hampir tidak pernah perlu menonjolkan status muslim saya. Kalau pun ada teman yg meragukan derajat kemusliman saya ya saya ngakak saja dalam hati. 😃 Sungguh tidak ada perlunya saya menonjolkan status kemusliman saya sama teman. Nek dianggep kurang muslim dan mukmin yo ben wae…
Tapi saya perlu dan HARUS menjelaskan dan menonjolkan status muslim saya ketika saya ke Amerika Serikat dan Kanada minggu lalu. Anda tahulah seperti apa negara Amrik itu… 😉 Ada hal yang mungkin remeh bagi non-muslim tapi bagi saya penting dan harus justru karena saya muslim. I must stand out as a moslem…! Anda harus MEMBEDAKAN saya dengan yang non-muslim pada saat itu. Mohon maaf, ini bukan masalah SARA tapi sesuatu yg prinsip bagi saya.
Biasanya di situasi yg sama di Indonesia saya TIDAK AKAN menunjukkan status muslim saya. Tapi ketika saya meninggalkan Jakarta menuju New York via Frankfurt dengan naik Singapore Airlines maka pada saat itulah saya dengan tegas menyatakan dan menegaskan bahwa saya seorang muslim dan minta DIPERLAKUKAN sebagai seorang muslim. Hey…! I’m a moslem and need to be treated as a moslem! 😃
Alhamdulillah…! Para pramugari Singapore Airlines bisa menerima sikap saya tersebut dan mereka juga memperlakukan saya secara berbeda. Mereka memperlakukan saya SEBAGAI MUSLIM yang berbeda dengan penumpang lain yang non-muslim dengan penuh hormat. Saya merasa puas, lega, dan salut atas TOLERANSI yang ditunjukkan oleh awak kapal SQ tersebut.
Karena saya sudah menyatakan diri saya sebagai muslim maka mereka menghargai dan memperlakukan saya sebagai seorang muslim. Sepanjang penerbangan yang memakan waktu lebih dari sehari semalam itu mereka selalu memberi saya ‘moslem meals’. Ya! Saya mendapat perlakuan khusus dengan mendapat makanan khusus sesuai dengan kemusliman saya. Saya dapat makanan halal sedangkan penumpang yang lain yo sak karepmu kono…! Mau nenggak minuman keras kek makan daging babi kek yo silakan. Ada berbagai menu kok…! 😃
Sekian cerita sore ini…
(Apa sebaiknya tulisan ini saya beri judul “Balada Seorang Muslim Sejati di Amerika” ya…?!)
Surabaya, 9 Oktober 2016
Salam
Satria Dharma