
Ini catatan saya mengikuti Tour ITB STIKOM BALI di Kuala Lumpur dan Hat Yai, Thailand. 🙏
DAY 1
Karena salah paspor dan tidak bisa berangkat bareng maka saya ketinggalan jadwal tour sehari. Kisahnya bisa dibaca di dua postingan saya sebelumnya. Tapi ternyata saya tidak kehilangan apa pun kata istri saya. Pemeriksaan imigrasi yang berlarut-larut sampai dua jam dan hujan deras yang turun ketika mereka sampai di KL membuat jadwal tour jadi kacau. Karena sudah siang maka bis langsung ke tempat makan siang yang sudah dipesan. Setelah makan langsung menuju ke Genting Highland yang cukup jauh. Hilang sudah skedul ke Twin Tower dan belanja-belanja di Bukit Bintang. 🥺 Hari sudah sore ketika sampai di Genting Highland dan waktu tinggal 45 menit. Mereka harus segera balik ke KL untuk makan malam dan check in di hotel di mana mereka menginap. Ada juga drama peserta yang ketinggalan bis karena tidak mendengarkan dengan cermat di mana meeting point. Tentu saja waktu yang hanya ‘sak nyukan’ itu tidak memuaskan bagi peserta tour. Tapi apbolbu… 🥴
Saya dan istri sudah pernah dua kali ke tempat orang main judi yang indah ini. Actually it’s a beautiful place. Soalnya ini juga tempat orang belanja. Jadi kami tidak terlalu kehilangan. Been there. 😁 Selesai dari Genting Highland langsung ke tempat makan malam dan setelah itu ke hotel untuk menginap malam itu. Praktis grup kami hari ini cuma menikmati rekreasi selama kurang dari satu jam di Genting Highland. Sisanya adalah mengantri di bandara, makan siang dan makan malam, dan berada di bis. 😁
DAY 2
Hari kedua saya sudah bersama grup. Tapi ini juga sama. Pagi ini setelah sarapan kami langsung menuju ke Penang yang berjarak 6 jam lebih (350 km) dengan berhenti untuk ke tandas dan istirahat. Sampai di Penang sudah jam 13:00 lebih dan kami hanya punya 45 menit waktu untuk jalan-jalan di sekitar Art Street dan sekalian salat. Jam 14:00 kami harus sudah naik bis untuk melanjutkan perjalanan ke Hat Yai yang berjarak 3,5 jam (215 km). Sebelum masuk ke Hat Yai kami makan malam dulu lalu langsung menuju ke perbatasan. Dari perbatasan sampai ke Hat Yai juga cukup jauh. Kami tiba di hotel sekitar jam 22:00 malam dan sudah terlalu lelah untuk jalan-jalan. Begitu dapat kunci kamar kami langsung masuk kamar, salat, dan tidur. 😎 Meski demikian beberapa peserta tour yang masih muda tidak mau menyia-nyiakan waktu mereka dan jalan sendiri ke pusat kuliner Asian Night Hat Yai. Emang beda yang masih muda dengan yang sudah tuwir seperti kami. 😁
Jadi kalau dipikir-pikir tour kami seharian ini hanyalah di Penang selama kurang dari 1 jam tersebut. Sisanya makan siang, makan malam, dan dalam bis perjalanan ke Penang dan ke Hat Yai. Tapi bagi saya dan istri yang sudah sering ke Penang kami tidak merasa kehilangan juga. Kami sering ke Penang dan pernah berminggu-minggu tinggal di Penang karena mengantarkan almarhum adik saya yang kena kanker berobat dulu. Waktu kami ikut Singapore cruise tour juga mampir di Penang. Apalagi Penang ini pulau kecil yang kalau dikelilingi sebentar saja sudah habis. 😁
DAY 3.
Pagi ini kami sarapan dan langsung naik bis. Tujuan wisata yang kami datangi seharian ini adalah tempat belanja seperti Toko Kaysorn, Nora Plaza, Toko Kacang, dan Peternakan Lebah. Selain pertokoan yang kami datangi adalah masjid Sentral Hat Yai dan Pantai Samila. Saya heran pantai seperti ini kok dijadikan tujuan wisata. Apalagi bagi kami yang dari Bali. Sungguh gak ada bagus+bagusnya pantai ini. 😁
Orang Indonesia ini sungguh menakjubkan minat dan kemampuan belanjanya. Di semua toko yang kami datangi mereka memborong tanpa ampun. Tak heran jika para penjual di semua toko itu senang dan sayang pada turis Indonesia. Tak ada baht, ringgit, rupiah pun oke. Pokoknya habiskan uang kalian….! 😁 Bahkan karyawan dan dosen kami juga belanja dengan full gusto. Saya sampai heran kok banyak banget duit mereka bisa belanja begitu banyak. Tapi saya lalu diberitahu oleh Pak Rektor ITB STIKOM BALI bahwa mereka memang dapat uang saku yang lumayan besar. Pantesan kok mereka bisa belanja begitu banyak, bahkan lebih banyak dari istri saya yang suka belanja. 😁
Ada yang menarik dari Masjid Songkhla yang kami datangi untuk salat. Masjid ini indah Seperti Masjid Taj Mahal. Masjid Songkhla yang terletak di Hat Yai, Thailand Selatan ini memang terkenal karena keindahan arsitekturnya yang membuat pengunjung berdecak kagum. Di Masjid ini, selain beribadah dan mengagumi arsitektur indah, wisatawan juga bisa merasakan aura sejuk yang menenangkan. Tapi masjid ini sangat terkenal bagi orang-orang Malaysia yang ingin berpoligami atau ingin nikah siri. 🤭
Rupanya masjid ini memang menyediakan fasilitas semacam KUA bagi warga Malaysia yang ingin poligami, nikah siri, atau pun kawin lari. Meski berbagai aturan dibuat oleh pemerintah Malaysia agar warganya tidak menikah di sini tapi tidak mempan. Bahkan ketika biaya pernikahan dinaikkan sampai 5.000 baht (Rp. 2,5 juta) pun tidak menggentarkan para pasangan yang mau menikah di sini. Kabarnya tiap hari tidak kurang dari 30 pasangan yang memanfaatkan fasilitas KUA disini. Saya jadi ketawa dan ingat ada teman di Surabaya yang pernah menawarkan saya ustad yang bisa membantu saya kalau mau nikah siri. Rahasia dijamin, katanya. Asu tenan kok kancaku iki. Membuat saya berpikir yang sanes-sanes. Tapi saya bergeming. Soalnya sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya dia akan tua juga. Eh! Salah ding…! 😁
DAY 4.
Hari ini kami hampir dikata tidak punya acara selain balik ke Kuala Lumpur yang jaraknya belasan jam perjalanan termasuk makan dan berhenti di rest area untuk setor urine. Berangkat dari hotel Merlin Grand Hotel jam 07:00 dan baru masuk di hotel EDC di KL jam 22:00. Kami sudah terlalu capek untuk jalan-jalan lagi setelah seharian berada di bis. Soalnya sebelum masuk KL kami mampir dulu di Batu Caves dan makan malam. Gua ini adalah salah satu kuil Hindu di luar India yang paling populer, yang didedikasikan untuk Dewa Murugan. Tinggi patungnya mencapat 42,7 meter Kami hanya berfoto-foto sebentar dan tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Sebagian dari kami tidak sempat lari ke bis dan terpaksa menunggu hujan agak reda. Kami juga tidak naik ke guanya karena dulu sudah pernah naik. Lagipula kami sudah terlalu lelah untuk menaiki 272 anak tangga. Bisa gempor kami kalau menaikinya. Tapi toh staf STIKOM BALI yang masih muda sangat bersemangat untuk naik.
DAY 5
Pagi ini kami sempatkan untuk ke Lapangan Merdeka untuk berfoto-foto. Mungkin hanya sekitar 20 menit sahaja (pakai dialek Melayu). 😁 Dari sini kami langsung ke Twin Tower. Bukan ke gedungnya tapi ke tempat di mana kami bisa berfoto-foto dengan latar belakang Twin Tower. Kami sudah pernah naik ke Twin Tower tapi tidak sampai menyeberang ke tower sebelahnya karena untuk itu kami harus beli tiket jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi untuk menyeberang dari satu tower ke tower lainnya itu harus punya tiket yang harus dibeli jauh-jauh hari sebelumnya.
Setelah puas berfoto-foto kami lalu meluncur ke…toko lagi. 😁 Kali ini ke toko coklat dengan segala macam produknya. Dan kembali kami belanja habis-habisan. 😎
Kayaknya tema dari tour kali ini adalah BELANJA. 😁
Saya dan istri cukup sering ke Kuala Lumpur soalnya dua anak kami Yubi dan Yufi dulu pernah kuliah di sini di kampus yang berbeda (tapi dua-duanya drop out dan kuliah dari awal lagi di tanah air). Jadi dulu kalau kami mau rekreasi kami pinjam mobil dan jalan sepuasnya bersama mereka. Kebetulan juga kampus kami punya kerjasama kuliah double degree dengan Help University sehingga setiap kali ada wisuda mahasiswa kami di Sheraton KL kami juga diundang untuk menghadirinya.
Sekian kisah perjalanan tour kami kali ini. Satu nasihat dari saya kalau mau bikin group tour adalah perhatikan itinerarynya. Jangan hanya menerima saja jadwal dan tujuan yang ditetapkan oleh travelnya. Kalau bisa minta agar kunjungan ke toko-toko dihapus dan perbanyak mendatangi lokasi wisata saja. Mengapa…?! Karena hampir semua travel akan mengatur agar kita mendatangi toko-toko tempat belanja yang akan menguras isi dompet dan ATM kita. Para guide itu dapat persenan dari toko-toko tersebut sehingga mereka tentu saja akan membawa kita ke toko-toko tersebut di mana penjualnya akan dengan gigih merayu kita untuk berbelanja. Bahkan kita akan diberi presentasi dulu untuk meyakinkan kita (dan kita kok ya mau saja digiring untuk mendengarkan presentasi mereka dan setelah itu belanja habis-habisan). 😁 Sebagai mantan ‘korban bujuk rayu’ seller berbagai produk mahal seperti jaket kulit anak domba di Turki, ginseng di Korea, madu di Malaysia, kain sutra di Shanghai, giok di Beijing, dan entah apa lagi saya perlu ingatkan agar yang lain tidak jadi ‘the next victims’. 😂 Waktu transaksinya sih kita seolah tersihir. Tapi begitu sampai di rumah baru kita tersadar betapa jancukannya harga yang mereka tawarkan. Mosok jaket kulit di Turki dua buah saja sampai 17 juta (pengalaman bojoku yang menggesek kartu kreditku sampai berasap). Padahal kalau di tanah air saya tidak bakalan beli jaket yang harganya satu jutaan. Mantan anggota Kaypang kok pakai jaket harga jutaan. Sungguh najis…! 😂
Pokoknya sakit deh hati ini kalau dikemplang habis-habisan di luar negeri. I really feel like a fool after. 😂
However, kami tetap senang dan menikmati tour bersama staf dan dosen kami ini. Ada rasa syukur yang sangat besar kami rasakan melihat mereka bisa kami ajak jalan-jalan ke LN dan juga memberi mereka uang saku yang memadai. Eh! Kebalik ding..! Kami yang diajak mereka ikut tour ke LN dan disangoni pula. 😂 Kemarin mereka ramai-ramai berharap bisa ke Korea pada kesempatan tour berikutnya. Ya hayuklah…! 😁
Denpasar, 3 Mei 2023
Satria Dharma
Foto-foto