
Manusia memang akan berada di jalan yang buruk jika dia harus dijerat oleh rasa takut akan hukuman dan harapan pahala setelah kematian. Oleh karena itu mudah untuk melihat mengapa gereja selalu memerangi sains dan menganiaya para penyembahnya. Di sisi lain saya berpendapat bahwa perasaan relijius kosmik adalah motif terkuat dan termulia di balik penyelidikan sains. (p. 6)
Hanya orang yang telah mempersembahkan hidupnya untuk tujuan yang sama yang dapat memiliki kesadaran yang jelas tentang apa yang telah mengilhami orang-orang ini dan memberi mereka kekuatan untuk tetap setia pada tujuan mereka meski pun menemui banyak kegagalan. Perasaan relijius kosmis yang memberi manusia kekuatan seperti itu. Maka tidak keliru jika orang sekarang mengatakan bahwa di zaman materialistis kita ini, para ilmuwan yang serius adalah satu-satunya kaum yang sangat relijius. (p. 7-8)
Semuanya ditakdirkan…oleh kekuatan yang atasnya kita tidak punya kendali. Telah ditakdirkan bagi serangga dan juga bagi bintang-bintang. Manusia, sayuran, atau debu kosmik – kita semua menari dengan irama misterius, dilantunkan di kejauhan oleh peniup seruling yang tak kasat mata. (p. 87)
Mengingat keselarasan dalam kosmos yang dapat saya kenali, dengan pikiran manusia saya yang terbatas, masih ada orang yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan. Tetapi yang membuat saya marah adalah mereka mengutip saya untuk mendukung pandangan seperti itu (p. 99) 😎
Lalu ada kaum ateis fanatik yang intoleransinya sama dengan kaum fanatik agama, dan muncul dari sumber yang sama…. Mereka adalah mahluk yang tidak bisa mendengar musik dari atmosfernya. ( p. 100)
Sangat mungkin bahwa kita tidak dapat melakukan hal-hal yang lebih besar daripada Yesus, karena apa yang tertulis dalam Alkitab tentangnya dibumbui secara puitis.
Dikutip dalam W. Hermanns, “A Talk with Einstein.” Oktober 1943. (p. 101)
Sila baca buku tipis tapi berat ini. Harganya tidak sampai 50 ribu. 🙏😁
Surabaya, 30 Oktober 2022
Satria Dharma