Dear all, tolong jangan salah paham…
Kalau saya mendebat pendapat Cak Nun itu bukan berarti saya tidak suka atau membenci Cak Nun. Sama sekali tidak. Saya MENCINTAI dan NGEFAN sama Cak Nun… Saya dulu mengoleksi buku-bukunya dan masih suka mendengarkan videonya (biasanya cuma potongan) sesekali. Bagi saya Cak Nun itu luar biasa pemikiran dan sikapnya. Aset bangsa banget…!
Saya juga SANGAT mencintai istri saya. Saya juga MENGAGUMINYA.
Tapi ya kami sesekali tidak sepakat satu sama lain. Dia membantah saya dan saya juga membantah dia. Dan setelah itu kami kelon lagi (yang ini bukan kelas online lho ya…!) Biasa saja kalau kita sesekali tidak sepakat dengan siapa pun.
Lha wong para sahabat saja juga tidak selalu sepakat dengan Nabi lho…! Sudah gitu Tuhan malah membela pendapat sahabat, bukannya Nabi Muhammad. Piye ngono kuwi…?!
Jadi tolong jangan menghujat Cak Nun yang saya cintai itu hanya karena Anda tidak cocok dengan pendapatnya. Mending kalian misuhi saya karena saya bisa balik misuhi kalian.
Mari kita berdiskusi baik-baik. Ini pendapat Cak Nun yang mau saya kritisi.
“Jangan membenci HTI, karena mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Mestinya Anda panggil mereka untuk dialog, simposium 3-5 sesi supaya matang. Kalau langsung Anda berangus, nanti ada cipratannya, akan membengkak, serbuk-serbuknya akan malah melebar ke organ-organ lain. Mohon Anda juga jangan anti-Khilafah, kita jangan cari masalah dengan Allah, sebab Khilafah itu gagasan paling dasar dari qadla dan qadar-Nya. Kita punya keluarga dan anak cucu, mari hindarkan konflik laten dengan Tuhan.” (Emha Ainun Nadjib)
– Jangan membenci HTI, karena mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.
Sik talah, Cak Nun… Apa ya mungkin HTI itu dibenci karena menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia? Ya, tidak mungkinlah, Bro. Apa sampeyan mau pura-pura tidak tahu mengapa organisasi Hizbut Tahrir dilarang dan dimusuhi di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia? Ojok ngono tah, Bro.
Lagipula kalau benar-benar mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik lalu apa KIPRAH dan UPAYA mereka untuk mendatangkan kehidupan yang lebih baik itu? Dengan memusuhi pemerintah NKRI dan Pancasila seperti selama ini? Itukah yang sampeyan maksudkan?
– Mestinya Anda panggil mereka untuk dialog, simposium 3-5 sesi supaya matang.
Temen tah, Bro? Apa sampeyan sudah pernah mengajak mereka berdialog, simposium 3-5 sesi sampek mateng? Sampeyan yakin tah kalau mereka diajak dialog dan simposium 3-5 sesi maka mereka akan SADAR DAN BERTOBAT? Kalau benar sampeyan pernah melakukan itu dan BERHASIL maka saya rasa strategi sampeyan perlu dijadikan STRATEGI NASIONAL untuk menyadarkan para pendukung HTI. Ketoke kok gampang banget ya menyadarkan mereka, Bro. Tapi sumprit aku gak yakin, Bro. Saya kan sudah menghadapi kedegilan mereka sejak tahun 2003 dan mereka malah semakin ngeyel. Lha wong sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang aja mereka masih ngeyel pol kok. Simposium 3-5 sesi…?! Yo diguyu, Bro.
– Kalau langsung Anda berangus, nanti ada cipratannya, akan membengkak, serbuk-serbuknya akan malah melebar ke organ-organ lain.
Justru akan semakin beresiko jika negara kita tidak berlaku tegas sebagaimana negara-negara lain. Apa mau menunggu mereka semakin menyebar dan semakin kuat dan kemudian melakukan kudeta sebagaimana yang terjadi di negara-negara lain? Menurutku pemerintah justru TERLALU LEMBEK dan TIDAK TEGAS terhadap mereka sehingga virus HTI ini semakin menyebar ke mana-mana.
– Mohon Anda juga jangan anti-Khilafah, kita jangan cari masalah dengan Allah, sebab Khilafah itu gagasan paling dasar dari qadla dan qadar-Nya. Kita punya keluarga dan anak cucu, mari hindarkan konflik laten dengan Tuhan.”
Ini sudah saya jawab pada postingan saya sebelumnya.
Pesan saya Cak Nun, tolong orang-orang HTI itu dinasehati, “Mohon Anda JANGAN ANTI PANCASILA DAN NKRI, kalian JANGAN CARI MASALAH DENGAN PEMERINTAH sebagai ulil amri di negara ini. Sebab Pancasila dan UUD 1945 adalah dasar dari negara kita bersama (kecuali kalau kalian mau pindah ke Suriah sana). Kita punya keluarga dan anak cucu, mari hindarkan konflik laten dengan pemerintah. Jangan membuat masalah yang akan mengenai anak cucumu kelak. Bertobatlah Nak…!”
Surabaya, 30 Agustus 2020
Salam
Satria Dharma
Salam
Satria Dharma
https://satriadharma.com
Inspiratip banget, Kang…